Thursday, February 16, 2012

tanaman juga butuh nutrisi

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pembangunan pertanian terutama bidang kecukupan dan ketahanan pangan yang telah lama dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih sangat memprihatinkan.Kondisi pertanian pangan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas ternyata belum mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri bahkan akhir-akhir ini kita cenderung semakin tergantung pada impor produk pangan dari luar negeri.Hasil yang diperoleh dari kinerja ekspor produk-produk pertanian juga dinilai belum menggembirakan.Laju peningkatan impor produk-produk pertanian cenderung lebih besar daripada laju peningkatan ekspor sehingga semakin menyulitkan posisi Indonesia dalam era pasar global yang penuh dengan persaingan.Untuk mencapai sasaran program pembangunan pertanian dan perlindungan tanaman, Pemerintah tetap mengutamakan pendekatan teknologi.Paradigma pembangunan berbasis teknologi sangat percaya bahwa segala masalah yang dihadapi oleh masyarakat selalu dapat diselesaikan melalui penerapan teknologi yang tepat.Paradigma tersebut mendorong masyarakat ilmiah untuk menemukan dan mengembangkan teknologi pertanian guna meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan demikian diharapkan bangsa kita dapat memenuhi kebutuhan sendiri serta mampu menghasilkan devisa dari kegiatan ekspor dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi. Teknologi pertanian diharapkan sesuai dengan perkembangan masyarakat sekarang diantaranya harus memiliki tingkat produksi tinggi, kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen, dan proses teknologinya aman bagi kesehatan serta bersahabat dengan lingkungan.
            Masa depan kehidupan di muka bumi sangat ditentukan oleh kegiatan dan cara umat manusia memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas secara hemat dan bijaksana. Daya dukung dan daya tampung lingkungan di beberapa negara/ region/lokasi telah terlampaui oleh berbagai kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia guna peningkatan kesejahteraan. Apabila kegiatan manusia dalam menguras dan merusak sumber daya alam tidak terkendali maka dunia diperkirakan akan mengalami bencana ekologi yang mengerikan. Semua negara di dunia telah sepakat dan bertekad untuk menerapkan serta mengembangkan konsep pembangunan pertanian berwawasan lingkungan. Kegiatan pembangunan harus memperhitungkan kemampuan dan daya dukung lingkungan baik di tingkat lokal, daerah, nasional, regional maupun global.Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang pertanian disebut Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

1.2 Tujuan
1.      Supaya kita bisa mengetahui dampak yang terjadi jika melakukan budidaya yang tidak sesuai dengan system pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lungkungan.
2.      Agar kita mengetahui kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
3.      Supaya kita bisa mengetahui inovasi-inovasi dalam budidaya tanaman.

II PEMBAHASAN
           
Dengan semakin berkembangnya teknologi perlindungan tanaman saat ini banyak teknologi baru dalam bidang perlindungan tanaman yang muncul dan sudah dipasarkan, bahkan sudah ada yang digunakan oleh petani di Indonesia. Jenis teknologi baru perlindungan tanaman sangat beragam diantaranya teknologi deteksi hama dan penyakit tumbuhan, varietas tahan hama dan penyakit tumbuhan, teknologi pengendalian hama secara fisik, pestisida kelompok baru, teknik aplikasi bahan-bahan perlindungan tanaman dan lain-lainnya
            Setiap jenis teknologi baik yang baru maupun yang lama apabila digunakan dan dilepaskan ke lingkungan tentu mengandung risiko yang membahayakan bagi manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat, serta berbahaya bagi lingkungan hidup lokal, nasional maupun global. Setelah berbagai jenis teknologi dipasarkan dan digunakan, kekhawatiran masyarakat global akan berbagai dampak dan risiko ini semakin meningkat sehingga berbagai reaksi dan tanggapan bermunculan,salah satu teknologi inovasi yang paling diminati masyarakat adalah bioteknologi, Teknologi rekayasa genetika atau secara umum disebut bioteknologi modern merupakan teknologi yang populer saat ini. Bioteknologi tersebut mencakup rekombinasi DNA, pemindahan gen, manipulasi dan pemindahan embrio, kultur sel dan jaringan, regenerasi tanaman dan antibodi monoklonal. Hasil penelitian bioteknologi di bidang pertanian yang sudah dipasarkan dan dimanfaatkan adalah tanaman hasil rekayasa genetika atau tanaman transgenik. Tanaman transgenik memiliki sifat-sifat unggul yang merupakan ekspresi gen dari sumber-sumber gen organisme lain yang berhasil disisipkan pada tanaman tersebut. Tanaman transgenik yang sudah dihasilkan tidak hanya tanaman yang memiliki sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit tetapi juga tanaman yang dapat menghasilkan nutrisi tertentu sesuai dengan komposisi yang dikehendaki. Hasil bioteknologi yang sudah dikembangkan dan digunakan dalam perlindungan tanaman antara lain:
a. Tanaman transgenik tahan hama
Pada umumnya telah disisipi dengan gen yang berasal dari banyak strain Bacillus thuringiensis yang ditujukan untuk mengendalikan jenis-jenis hama tertentu. Di pasar dunia telah dikenal kapas transgenik atau kapas Bt., jagung Bt., kentang Bt., kedelai Bt., tomat Bt, kanola Bt., dan lain-lainnya. Sampai saat ini kapas Bt. sudah diijinkan di Indonesia tetapi masih ditanam secara terbatas di Propinsi Sulawesi Selatan.

b. Tanaman transgenik tahan herbisida
beberapa jenis tanaman seperti kapas, jagung dan kedelai telah disisipi gen tertentu sehingga tanaman tersebut  tidak mati apabila terpapar herbisida. Beberapa jenis tanaman telah disisipi dua gen sehingga tanaman tersebut tahan terhadap hama tertentu dan tahan terhadap herbisida.
c. Tanaman tahan terhadap penyakit
beberapa tanaman sepeti tomat, tembakau dan kentang berhasil disisipi gen yang menghasilkan protein pembungkus dari virus penyebab penyakit mozaik pada tembakau. Tanaman tahan terhadap penyakit virus dapat lebih meningkatkan efektivitas pengendalian penyakit virus daripada penggunaan teknik yang biasa dilakukan.
d. Rekayasa genetika agensia pengendalian hama
Aplikasi bioteknologi dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat agensia pengendalian hayati termasuk peningkatan kemampuan membunuh inang/mangsa. Agensia pengendalian hayati berupa parasitoid, predator, maupun patogen hama (bakteri, virus, jamur, nematoda, protozoa). Saat ini para peneliti lebih menekankan pada kelompok bakteri dan virus dari pada jamur, nematoda dan protozoa.Hal ini disebabkan genom bakteri dan virus lebih dikenal dan lebih mudah dimanipulasi daripada kelompok musuh alami lainnya (Waage, 1996). Treacy (1999) menguraikan tentang bagaimana meningkatkan kemampuan Baculovirus khususnya NPV untuk membunuh hama melalui teknik rekayasa genetika. Bioteknologi juga berpotensi untuk menyelesaikan masalah dalam pemeliharaan dan produksi massal musuh alami di laboratorium.
e. Pengembangan Biopestisida
Pengembangan dan penemuan jenis-jenis biopestisida baru yang lebih efektif dan efisien dapat dipercepat melalui pemanfaatan bioteknologi
f. Rekayasa genetika tanaman
Tumbuhan tertentu mempunyai sifat allelopati yang berfungsi melindungi tumbuhan tersebut dari pengaruh tumbuhan lain disekitarnya. Apabila sifat tersebut dapat dipindahkan ke tanaman lain maka akan diperoleh tanaman yang mampu mengendalikan gulma yang hidup disekitarnya.
g. Sebagai perangkat deteksi penyakit virus
Salah satu teknik bioteknologi yaitu pembuatan antibodi monoklonal yang dapat digunakan sebagai perangkat deteksi yang sangat tepat dan cepat terhadap serangga penular atau transmitter penyakit virus seperti Nephottetix virescens yang menularkan penyakit tungro pada padi. Melalui pemanfaatan teknologi antibodi monoklonal, random amplified polymorphin DNA (RAPD), polymerase chain reaction (PCR) dan metode bioteknologi lain maka pengelompokan organisme berdasarkan sifat-sifatnya dapat dilakukan lebih teliti sehingga membantu penerapan PHT di lapangan.
            Sebagai warga Negara yang baik dalam melakukan budidaya tanaman,kita harus menerapkan system pertanian yang berkelanjutan yang bewawasan lingkungan misalnya dalam budi daya sayuran berkelanjutan kita mengaplikasikan teknologi yang bersifat efisien dan ramah lingkungan, Input yang digunakan lebih mengutamakan bahan organik atau bahan alami sebagai sumber pupuk atau pestisida.itu dilakukan agar tidak terjadi penurunan kualiatas tanah atau kita sering mendengar istilah degradasi tanah.
Beberapa ciri atau sifat pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan yaitu:
1.Mampu mendukung kehidupan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kesempatan kerja dan kehidupan yang layak bagi petani.
1.Mampu meningkatkan kemandirian petani secara berkelompok dalam mengambil keputusan pengelolaan eksosistem pertanian secara berkelanjutan.
2.Mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri.
3.Mampu menghasilkan pangan yang dapat terbeli oleh konsumen dengan kualitas nutrisi tinggi serta bebas dari bahan-bahan berbahaya.
4.Tidak membahayakan kesehatan petani dan konsumen produk pertanian akibat penggunaan racun kimiawi yang berbahaya.
5.Tidak mengurangi dan merusak kesuburan tanah dan tidak meningkatkan erosi.
6.Meminimalkan ketergantungan pada sumber daya alam yang tak terbaharukan.
7.Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian dan pedesan termasuk terhadap sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara esensial (N, P, K, Ca, Mg, dan S) adalah nutrisi yang berperan penting sebagai feed bagi tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman. Nitrogen adalah unsur hara yang palingdinamis di alam. Ketersediaannya di tanahdipengaruhi oleh keseimbangan antarainput dan output dalam sistem tanah.Unsur N mudah hilang dari tanah melaluivolatilisasi atau perkolasi air tanah, mudahberubah bentuk, dan mudah pula diseraptanaman, Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi nitrat nitrogen (NO3-) akibat proses nitrifikasi oleh organisme tanah, Kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil, daun kuning, serta mempengaruhi penyerapan P dan K dan pembentukan protein, Fosfor (P) adalah unsur hara yang tidak mudah bergerak (immobile) dalam tanah. Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnya dinamis, bergantung pada reaksi tanah, sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksida dan mineral liat membentuk Al, Fe, dan Ca-P atau oleh bahan organik, Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat, dan transfer energy. Kalium (K) sebagai unsur hara esensial Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, hara K mudah bergerak dan terikat oleh permukaan koloid tanah.Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi gula.Hara Ca dan Mg merupakan unsurmakro sekunder yang sering terlupakan pengelolaannya dalam usaha tani.Unsur tersebut tersedia di tanah dan berkurang akibat intensifnya pengelolaan lahan untuk produksi tanaman) Kekurangan Mg pada tanaman mengganggu unsur penyusun klorofil daun, yang ditandai oleh warna kuning di antara tulang-tulang daun yang menua. ). Gejala tanaman yang kekurangan Cayaitu terhambatnya pertumbuhan pucuk (titik tumbuh), kemudian pertumbuhan tanaman kerdil dan mati.
Ketersediaan dan Efisiensi Penyerapan Unsur Hara oleh Tanaman
Tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman tergantung pada banyak faktor antara lain status hara dalam tanah dengan keragaman jenis dan sifatnya, ketersediaan air (irigasi), jenis tanaman yang diusahakan, dan pola pemupukan sebelumnya, Alat diagnosis (kits) untuk mengidentifikasi gejala kekurangan hara bagi tanaman sangat membantu dalam menetapkan kebutuhan unsur hara bagi tanaman tersebut. Kekurangan unsur hara pada tanaman sering termanifestasikan pada daun, Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganikatau organik sesuai kebutuhan tanaman.Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman.Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%.Penerapan teknologi penggunaan pupuk yang tepat, baik jenis, takaran maupun aplikasinya, dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K hingga 40-50%.Untuk budi daya sayuran dataran tinggi, takaran pupuk N berkisar antara 100-200 kg/ha, P2O5 90-180 kg/ha, dan K2O 60-150 kg/ha.Dalam pemupukan N, tanaman sayuran umumnya menghendaki kombinasi urea dan ZA secara proporsional, sesuai jenis sayuran yang diusahakan. Penggunaan pupuk P dapat ditingkatkan efisiensinya melalui cara dan waktu aplikasi yang tepat.
Demikian pula pupuk K, efisiensinya meningkat bila penggunaannya dikombinasikan dengan urea dan ZA secara berimbang, Upaya lain untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman sayuran pada beberapa jenis tanah seperti Aluvial, Andosol, dan Latosol adalah penggunaan pupuk organik atau pupuk kandang. Cara ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK pada bawang merah hingga 50% di tanah Aluvial.
MENAKAR KEBUTUHAN HARA TANAMAN
Dalam menakar kebutuhan hara tanaman sayuran, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan,yaitu karakteristik fisiologis dan ekologis tanaman.
a. Karakteristik Umum Fisiologis Tanaman Sayuran
Sayuran, terutama jenis introduksi, merupakan tanaman tipe C3 yang memiliki titik kompensasi cahaya yang rendah dengan faktor pembatas fotorespirasi yang tinggi,  Kelompok tanaman C3 relatif kurang efisien dalam memanfaatkan radiasi surya, air, dan unsur hara dibandingkan dengan tanaman C4 dan CAM.Khusus tanaman kelompok C3/III yang sebagian besar terdiri atas sayuran introduksi juga mempunyai titik kompensasi suhu udara yang rendah, sehingga cocok sebagai tanaman dataran tinggi.Berdasarkan karakteristik fisiologis tanaman sayuran, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang terkait dengan praktek budi daya, sistem usaha tani sayuran dikelompokkan atas ekologinya, yaitu sayuran dataran tinggi (> 700 m dpl), dataran medium (350-700 m dpl), dan dataran rendah (< 350 m dpl).Pengelompokan tersebut terkait dengan kebutuhan optimum masing-masing jenis tanaman sterhadap suhu. Jika suhu terlalu tinggi(panas), tanaman kubis-kubisan tidak mampu membentuk krop (head), stolon kentang tidak dapat membentuk umbi, dan tanaman tomat tidak menghasilkan buah, bahkan pertumbuhan beberapa jenis sayuran tidak normal atau kerdil yang kemudian mati, Aspek fisiologis lain yang juga erat kaitannya dengan dinamika unsur hara adalah sistem perakaran tanaman sayuran yang relatif dangkal, Efektivitas serapan haranya ditentukan oleh ketersediaan unsur hara di sekitar perakaran dan dukungan mobilitas unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tingkat mobilitas unsur hara di dalam tanah dipengaruhi pula oleh suhu tanah.Yang berkorelasi positif dengan ekologi budi daya sayuran    dataran tinggi dan dataran rendah.Oleh karena itu, teknologi mulsa (penutup tanah) memegang peranan penting dalam budi daya tanaman sayuran.
Kebutuhan Unsur Hara Berdasarkan Umur Fisiologis Tanaman dan Indikator Kecukupan Hara
Selain kesesuaian ekologi budi daya, tanaman sayuran berbeda menurut periode tumbuh dan umur panen.Beberapa jenis sayuran daun seperti kangkung, bayam, dan sawi dapat dipanen pada umur 20-40 hari.Jenis sayuran mentimun, kacang panjang, petsai, dan bawang merah dipanen sejak umur 50-60 hari.Kentang, tomat, kubis, kubis bunga, dan bawang putih di dataran tinggi umumnya dipanen sejak tanaman berumur lebih dari 80 hari.Di antara jenis sayuran berumur panjang, cabai dipanen sejak tanaman berumur lebih dari 100 hari setelah fase seedlings atau persemaian.Berdasarkan keragaman umur fisiologis tersebut maka akutansi keharaan untuk tanaman sayuran juga dapat diukur berdasarkan jangka waktu pemanfaatanaman dipanen.Konsumsi hara oleh tanaman juga berbeda, bergantung pada umur fisiologis tanaman tersebut. Kajian kebutuhan hara untuk efisiensi penggunaan pupuk didekati melalui ketepatan jenis, takaran, cara, dan waktu aplikasi pupuk sesuai sifatnya . Penelitian pemupukan pada sayuran umumnya lebih tertuju pada penetapan kebutuhan hara selama musim tanam atau total kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman. Walaupun bervariasi, takaran pemupukan sayuran berumur > 2 bulan berkisar antara 100-200 kg N, 50-180 kg P2O5, dan 50-150 kg K2O/ha.Berdasarkan analisis dinamika unsur hara NPK dan umur fisiologis tanaman, aplikasi pupuk N untuk sayuran dimulai pada saat tanam hingga maksimum 2/3 umur tanaman.Pupuk P dan K diaplikasikan sebelum tanam atau sebagian ditambahkan sebelum fase vegetatif maksimum.Untuk indikator kecukupan hara tanaman yang sehat di lapangan didiagnosis melalui pengamatan visual berdasarkan minus hara tertentu atau omissionplot.Secara praktis, penentuan kebutuhan hara N tanaman dapat menggunakan bagan warna daun (BWD) yang dewasa ini telah digunakan oleh sebagian petani pada tanaman padi sawah.
b.Keragaan Ekologi dan Kebutuhan Tanaman
Dari aspek kesuburan tanah, secara ekologis terdapat perbedaan tingkat kesuburan yang jelas antara tanah-tanah untuk produksi sayuran di dataran tinggi dengan dataran rendah. Jenis tanah untuk budi daya sayuran di dataran tinggi umumnya Inceptisol sampai Entisol (Latosol sampai Andosol) dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang, sedangkan di dataran rendah umumnya Vertisol, Latosol, dan Aluvial.Secara alami, berbagai jenis tanah tersebut memiliki sifat dan ciri khusus,seperti perbedaan kemasaman dan tingkat kesuburan. Demikian pula tingkat ketersediaan hara (N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada masing-masing jenis tanah. Dinamika hara pada ekosistem ini dipengaruh oleoh lingkungan ekologi, yaitu suhu tanah yang dalam batas tertentu mempengaruhi mobilitas unsur hara yang dapat dimanfaatkan tanaman Karena itu, inovasi pengelolaan kesuburan tanah spesifik sesuai ekologi budi daya sayuran memegang peranan penting.
Menakar Kebutuhan Unsur Hara Sesuai Kebutuhan Tanaman Sayuran
Pada prinsipnya,feed what the crop needs adalah pemberian unsur hara secara akurat sesuai kebutuhan tanaman dan status hara dalam tanah,untuk mencapai tujuan peningkatan produktivitas, efisiensi, dankelestarian lingkungan serta keberlanjutanusaha tani. Prinsip ini hampir samadengan konsep “pemupukan berimbang yang sudah populer di kalangan petugas pertanian dan petani dalam arti yang sebenarnya,bukan pupuk berimbang yang sering kali disalah artikan sebagai “penggunaan pupuk majemuk”.Pendekatan telah dikembangkan oleh pakar pemupukan dalam menentukan kebutuhan unsur hara atau pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan data analisis tanah umumnya lebih popular dijadikan dasar dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi suatu tanaman, seperti sistem pakar SIPAPUKDI dan SIPADI untuk tanaman padi , atau penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah,atau dengan BWD. Untuk tanaman pangan(arable crops) di Eropa digunakan metode Quept Systems dalam menetapkan kebutuhan pupuknya, sedangkan untuk komoditas perkebunan dikembangkan system pakar berbasis data analisis tanaman.Pendekatan pola pertanian perspektifatau sistem pakar dalam menakar kebutuhan hara tanaman sayuran ke depan diharapkandapat menggunakan model harmoni, yaitu sistem pakar yang mampu menjadi enabler pencapaian tujuan keunggulan kompetitif usaha tani. Inovasi ini menggabungkan basis data analisis tanah  dan analisis tanaman, termasuk aspek pengelolaan tanaman spesifik. Data hasil analisis tanah menjadi dasar penetapan kemampuan tanah menyediakan hara yangdapat segera dimanfaatkan tanaman. Sementara data hasil analisis tanaman, baik periodik maupun serapan total hara tanaman (total uptake), dapat dijadikan alat penakar kebutuhan hara tanaman untuk satuan produksi di lapangan.Besarnya serapan total hara untuk satuanproduksi yang diharapkan dikurangijumlah hara tanah tersedia menjadi kebutuhanriil unsur hara yang dibutuhkan.Pendekatan tersebut selain meningkatkanefisiensi pemupukan, juga mampu menjagakelestarian lingkungan bagi keberlanjutanusaha tani.Fakta lapangan menunjukkan bahwapupuk organik merupakan kebutuhan pokoktanaman sayuran dataran tinggi.Untuktanaman kentang, misalnya, pupuk organicyang diperlukan dapat mencapai lebih dari40 ton kotoran sapi atau kotoran kuda perhektar per musim.Untuk tanaman bawang merah dancabai di dataran rendah, pupuk organicjarang digunakan.Penggunaan pupuk buatan dan pestisidakimia telah menjadi tumpuan bagipetani sayuran dalam meningkatkan produksi.Di tingkat petani, takaran pupuk buatan (urea, ZA, TSP/SP36, KCl/K2SO4, atau NPK 15-15-15) pada sayuran datarantinggi berkisar antara 1,5-2,0 t/ha, sementarauntuk tanaman cabai dataran rendahdapat mencapai lebih dari 3 t/ha/musim. Pengelolaan hara tanaman selain masihterfokus pada NPK, perhatian terhadapsuplai hara sekunder seperti Ca, Mg, danS menjadi relevan dengan budi daya sayuran yang intensif.Gejala kekurangan hara Ca dan Mg pada beberapajenis sayuran sudah mulai muncul padatahun 1980-an. Bagi tanaman tomat, kentang,dan kacang-kacangan di sentra produksisayuran dataran tinggi, kekuranganhara Ca dan Mg dapat menurunkan hasil5-30%. Pemberian hara Cadan Mg dari sumber dolomit dengan takaran 1,5 t/ha nyata meningkatkan hasilkomoditas sayuran tersebut, sekaligusmengatasi masalah kekurangan hara Cadan Mg pada tanah Andosol di datarantinggi .Upaya peningkatan produksi tanamansayuran ke depan masih dan akan terusbertumpu pada penggunaan input luar,termasuk pupuk organik dan pupuk kimia,yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhanhara tanaman, apalagi bagi varietasunggul yang responsif terhadap pupuk.Tingkat ketersediaan hara tanah bagitanaman umumnya bervariasi, bergantungpada jenis tanah dan kesuburannya. Perbedaankebutuhan hara tanaman disebabkanoleh perbedaan kemampuan tanamanatau varietas menyerap hara dan perbedaanpengelolaan input produksi. Atas dasar itu,maka sistem pakar harmoni yang menggunakanbasis data analisis tanah dan tanamandalam menakar kebutuhan unsur harabagi tanaman dan expertise judgement dalam pengelolaannya menjadi relevandikembangkan dalam usaha tani sayuranberkelanjutan.
Reorientasi Sistem Pengelolaan Hara
Penerapan teknologi budi daya sayuran yang berorientasi pada input agrokimia tinggi merupakan tantangan yang serius dalam mewujudkan sistem produksi berkelanjutan. Reorientasi usaha tani sayuran ke depan adalah upaya pemenuhan tuntutan kebutuhan yang dilandasi oleh peningkatan efisiensi dan daya saing produksi. Satu di antaranya adalah perencanaan seksama dalam pengelolaan unsur hara (pupuk) untuk tanaman dengan mempertimbangkan dukungan sumber daya lahan dan aplikasi teknologi spesifik lokasi.Analisis biofisik lahan perlu dilakukan dalam rangka mengelola kesuburan tanah yang dinamis untuk menjamin produktivitas optimal dan penyediaan hara tanah sesuai kebutuhan tanaman. Analisis komoditas diperlukan untuk menetapkan dukungan teknologi budi daya spesifik dalam mencapai target yang ditetapkansecara menguntungkan. Suatu inovasi teknologi harus mampu menekan ongkos produksi untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dengankualitas yang lebih baik (cost ant quality).Pergeseran model pengelolaan pupuk dari orientasi respons tanaman terhadap penggunaan model atau sistem pakar, selainmampu mengeliminasi pemborosaninput yang tidak tepat juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan input dengan hasil yang realistis. Aspek keberlanjutan usaha tani sayuran dapat lebih terjaga karena adanya orientasi pemakaian input yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keseimbangan suplai hara internal maupuneksternal. Implikasi sinergis dari penerapan inovasi budi daya adalah manifestasi responstanaman terhadap lingkungan biofisik danmanajemen produksi yang diharapkan.Tingkat keselarasan inovasi yang relevan di lapangan akan banyak ditentukan olehkemampuan sumber daya manusia (SDM)dalam memanfaatkan dan/atau mengadopsiteknologi secara harmonis (deleniationand priority setting).

KESIMPULAN

1. Dalam budidaya tanaman kita menerapkan system pertanian yang berkelanjutan yang bewawasan lingkungan misalnya dalam mengaplikasikan teknologi yang bersifat efisien dan ramah lingkungan, Input yang digunakan lebih mengutamakan bahan organik atau bahan alami sebagai sumber pupuk atau pestisida.itu dilakukan agar tidak terjadi penurunan kualiatas tanah atau kita sering mendengar istilah degradasi tanah.
2.Ketersediaan masing-masing unsur (N, P, K, Ca, Mg, dan S)di dalam tanah berbeda antar tanaman
3.Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman
4.Analisis biofisik lahan perlu dilakukan dalam rangka mengelola kesuburan tanah yang dinamis untuk menjamin produktivitas optimal dan penyediaan hara tanah sesuai kebutuhan tanaman.
 DAFTAR PUSTAKA
Triharso, 1992.  Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Yang Berkelanjutan.   ISAAA 1992. http:// psi.ut.ac.id/Jurnal/5triharso.htm. 1-25. 9/23/2002.http:// psi.ut.ac.id/Jurnal/5triharso.htm. 1-25. 9/23/2002.
Trisyono, Y. A. 2002. Ecdysone agonist: New Insecticides with Novel Mode of Action. J. Perlindungan Tanaman Indonesia. Vol. 8(2): 75-85.
Hobir, S.F. Syahid dan I. Mariska, 1998. Pengaruh pupuk dan jarak tanam terhadap pertumbuhan sayuran. JurnaL Penelitian Tanaman Industri. IV(4): 129-134.




No comments:

Post a Comment