Friday, February 17, 2012

pencemaran air akibat pupuk nitrat


pencemaran pupuk nitrat dalam air

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Nitrat secara langsung diasimilasi oleh tanaman, tetapi bentuk ini bersifat lebih mudah tercuci( leaching ) dibandingkan dengan amonium. Proses tercucinya nitrat menyebabkan bentuk ini berada diluar jangkauan akar tanaman. Nitrat yang tercuci ini mengikuti aliran air, yang pada ahirnya akan menyebabkan pencemaran lingkungan seperti terjadinya eutrofikasimethemoglobin dan nitrosamine.
eutrofikasi adalah terjadinya pertumbuhan yang tidak terkendali pada algae ataupun tanaman air lainnya pada kolam, danau atau sungai oleh adanya pengkayaan oleh nitrogen,sehingga mengganggu kehidup biota lainnya.
methemoglobin terjadi bila nitrat terminum atau terbawa melalui makanan ataupun terbawa melalui pakan pada ternak , tereduksi dalam sistem pencernaan menjadi bentuk nitrit. Nitrit masuk dan bereaksi kedalam darah membentuk methemoglobin dan mengganggu proses aliran oksigen dalam darah.
nitrosamines dilaporkan membahayakan kesehatan karena diduga merupakan pencetus terjadinya kanker.
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama – tama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan air bawah tanah. (Harry Wahyudhy Utama, 2009)
Pada daerah dimana pupuk nitrogen secara luas digunakan, sumur-sumur perumahan yang ada di sana hampir pasti tercemar oleh nitrat. Diperkirakan 14 juta rumah tangga di Amerika Serikat menggunakan sumur pribadi untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Pada daerah pertanian, pupuk nitrogen merupakan sumber utama pencemaran terhadap air bawah tanah yang digunakan sebagai air minum. Sebuah penelitian oleh United States Geological Survey menunjukkan bahwa > 8200 sumur di seluruh AS terkontaminasi oleh nitrat melebihi standar air minum yang telah ditetapkan oleh Environmental Protection Agency (EPA), yaitu 10 ppm. Sumber nitrat lainnya pada air sumur adalah pencemaran dari sampah organik hewan dan rembesan dari septic tank.
Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia simptomatik pada anak-anak. Walaupun sayuran jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi kontribusi >70% nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbi-umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya. Sisanya berasal dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau produk olahan daging (6%) yang sering memakai natrium nitrat (NaNO3) sebagai pengawet maupun pewarna makanan. Methemoglobinemia simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan sosis yang menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan. (Harry Wahyudhy Utama, 2009)
Penyalahgunaan inhalan nitrit yang mudah menguap dapat menyebabkan methemoglobinemia berat dan kematian. Terpapar nitrit tak sengaja dalam laboratorium kimia dan penghirupan pada usaha bunuh diri pernah terjadi. Tingginya kadar nitrat pada air minum terutama yang berasal dari sungai atau sumur di dekat pertanian juga sering menjadi sumber keracunan nitrat terbesar. Hal ini sangat berbahaya bila kandungan nitrat ini dikonsumsi oleh anak bayi dan dapat menimbulkan keracunan akut. Bayi yang baru berumur beberapa bulan belum mempunyai keseimbangan yang baik antara usus dan bakteri usus. Sebagai akibatnya, nitrat yang masuk dalam saluran pencernaan akan langsung diubah menjadi nitrit yang kemudian berikatan dengan hemoglobin membentuk methemoglobin. Ketidak mampuan tubuh bayi untuk mentoleransi adanya methemoglobin yang terbentuk dalam tubuh mereka akan mengakibatkan timbulnya sianosis pada bayi. Pada bayi yang telah berumur enam bulan atau lebih, bakteri pengubah nitrat di dalam tetap ada walau dalam jumlah sedikit. Pada anak-anak dan orang dewasa, nitrat diabsorbsi dan di sekresikan sehingga resiko untuk keracunan nitrat jauh lebih kecil.
Menurut siklusnya, bakteri akan mengubah nitrogen menjadi nitrat yang kemudian digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan kemudian menggunakan nitrat untuk menghasilkan protein di dalam tubuh. Setelah itu, nitrat akan dikeluarkan kembali ke lingkungan dari kotoran hewan tersebut. Mikroba pengurai kemudian mengubah nitrat yang terdapat dalam bentuk amoniak menjadi nitrit. Selain itu, nitrat juga diubah menjadi nitrit pada traktus digestivus manusia dan hewan. Setelah itu bakteri dilingkungan akan mengubah nitrit menjadi nitrogen kembali. (Harry Wahyudhy Utama, 2009)
Tetapi apabila jumlah nitrit ataupun nitrat yang berada di suatu lingkungan melebihi kadar normal maka siklus ini tidak akan dapat berjalan sebagaimana metinya. Aktifitas pertanian yang dilakukan manusia telah banyak meningkatkan kadar nitrat dilingkungan karena penggunaan pupuk yang berlebihan. Nitrat dan nitrit sangat mudah bercampur dengan air dan terdapat bebas didalam lingkungan.
Nitrat adalah sumber utama nitrogen di perairan, namun amonium lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar amonium. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/liter menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan. Nitrat adalah bentuk nitrogen sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna di perairan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, air sumur yang akan digunakan untuk air minum tercemar nitrat yang berasal dari resapan air atau limpasan dari persawahan yang menggunakan pupuk dengan kandungan nitrat. Di sisi lain, untuk menghentikan kegiatan pertanian yang ada di desa tersebut sangat tidak memungkinkan, karena mayoritas masyarakat mendapatkan penghasilan dari rangkaian kegiatan pertanian. Mengacu pada manajemen penyakit berbasis wilayah/kawasan, maka untuk mengendalikan dan mengelola pencemaran nitrat yang terdapat di wilayah pertanian, maka perlu dijabarkan dalam suatu rangkaian mata rantai pencemaran kemudian disusun dengan menggunakan pendekatan sistem. Untuk menghilangkan risiko teracuni nitrat yang akan mengganggu kesehatan masyarakat dalam satu wilayah, dalam hal ini wilayah pertanian, maka diperlukan serangkaian upaya yang terarah dan terintegrasi. Hal ini dapat dilakukan oleh semua lapisan komponen dalam wilayah, termasuk didalamnya tenaga sanitasi, unit pelayanan swasta, Puskesmas, Dinas Kimpraswil, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perairan dan dinas-dinas atau institusi terkait lainnya. (http://pengaruh-jarak-sumur-dan-pengolahan.hnitratml.html. 2009)
Pupuk adalah suatu bahan penyubur tanaman yang diberikan melalui tanah maupun langsung ketanaman dengan cara disemprotkan kedaun (Mulyati, 2006). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pupuk diperlukan untuk dapat meyuburkan tanaman sehingga dapat memberi hasil yang optimal bagi manusia. pupuk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara salah satunya berdasarkan proses pembuatan dan senyawa yang terkandung dalam pupuk itu sendiri. Berdasarkan proses pembuatannya pupuk dapat di bedakan menjadi dua. Yaitu;
1.      Pupuk alam, yaitu pupuk yang terbuat dari bahan alam dan proses terbentuknya berlangsung secara alami. Contoh; pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk batuan silikat pupuk batuan fosfat pupuk zeolit dan sebagainya.
2.      Pupuk buatan, yaitu pupuk yang diproduksi oleh pabrik. Umumnya mengandung hara yang telah ditetapkan macam dan komposisinya. Contohnya; urea, SP-36 dll.
Sedangkan pupuk berdasarkan senyawa yang terkandung dapat terbagi menjadi;
  1. Pupuk organik, yaitu pupuk yang mengandung senyawa organik dan berasal ari makhluk hidup yang telah mati.
  2. Pupuk an-organik, yaitu pupuk yang mengandung senyawa an-organik dan bahan dasarnya berasala dari mineral.
Setiap jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai contoh unsure hara dalam pupuk an-organik lebih cepat tersedia dibandingkan dengan unsure hara dalam pupuk organik. Namun pupuk organik cendrung lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk an-organik. Hal tersebut yang ikut memberi perbedaan antara pupuk organik dengan pupuk anorganik selain perbedaan mendasar seperti jenis senyawa yang terkandung dalam masing-masing pupuk.
Dalam aplikasinya selain menbawa dampak baik terhadap pertumbuhan tanaman serta hasil tanaman, pupuk juga membawa dampak negatif bagi lingkungan yang baik langsung maupun tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman serta keseatan masnusia. Dampak negatif dari pupuk adalah dapat menjadi sumber pencemar baik di tanah, air, dan udara.
Dalam UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah di tetapkan.
Pupuk dikategorikan sebagai sumber pencemar karena adanya kandungan unsure serta senyawa tertentu yang masuk kedalam suatu sistem dimana unsure maupun senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumlah banyak atau dapat membahayakan komponen dalam lingkungan tersebut. zat pencemar yang berasal dari pupuk biasanya berupa logam berat maupun senyawa yang merupakan residu dari pupuk. Residu apabila terakumulasi akan mencemari lingkungan dan akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ditempat terakumulasinya residu pupuk tersebut. akumulasi tersebut terjadi karena penggunaan pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang.
Dalam dunia pertanian pencemaran yang menjadi pokok perhatian adalah pencemaran yang terjadi di tanah. hal ini karena tanah merupakan media tumbuh tanaman dan yang dominan menerima dampak langsung dari pencemaran yang disebabkan oleh pupuk.
Polutan yang sering menjadi masalah ditanah yaitu logam berat. Tanah secara alami mengandug logam berat dengan kadar yang rendah. Hal ini menyebabkan logam berqat pada kondisi lingkungan yag alami tidak menjadi masalah. Namun akibat campur tanga manusia terhadap lingkungan seperti pemupukan, maka logam berat tersebut terakumulasi dan menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan terutama tanah. Oleh karena itu dalan tulisan ini akan dibahas mengenai hubungan pemupukan dan akumulasi logam berat sebagai penyebab pencemaran tanah. Dengan sedikit informasi mengenai hubungan serta potensi dan hubungan anatara pemupukan dengan akumulasi logam berat yang menjadi penyebab pencemaran tanah maka diharapkan agar akan mempermudah pengambilan keputusan penanggulangan pencemaran logam berat akibat penggunaan pupuk.
Logam Berat
Logam berat adalah  unsur logam yang memiliki berat molekul yang tinggi. Umumnya bersifat racun, baik bagi tanaman maupun hewan. Contonya Hg, Pb, Ni, Cd, Cr. As dan masih banyak  lagi ( Am. Geol. Inst, dalam Charlena, 2004). Menurut subowo et al. (1999) adanya logam berat dalam tanah pertanian dapat menururnkan produktivitas pertanan dan kualitas hasil pertanian selain dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilakan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut. Karakteristik logam berat ialah memiliki berat jenis > 4, bernomor atom 22-34 dan 40-50. Logam berat memilki respon biokimia spesifik pada makhluk hidup. Logam berat yang telah diketahui  berjumlah lebih dari 70 unsur  dan yang perlu diperhatikan adalah Hg, Pb, Cd, Cu, Cr, Co dan Mo karena unsure-usnru ini yang lebih sering terkandung pada tanah yang tercemar.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit. Berdasarkan analisis Notohadiprawiro dkk (1991) jenis tanah Vertisol Sragen,Ferrassol Karanganyar (Solo), dan Regosol kuningan Yogyakarta mengandung logam berat 20.9-49.8 (Zn), 18.7- 35.4 (Cu), 5.6- 15.1 (Pb), dan 6.4-28.8 ppm (Ni).Kadarnya pun tergantung dari bahan induk pembentuk tanah itu sendiri. Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda untuk tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing 150 ppm dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku (Charlena, 2004)
logam berat berbahaya karena berpotensi mengganggu kesehatan organism apabila masuk kedalam jaringan tubuh organism tersebut. Sebagian tanaman memerlukan logam berat sebagai unsure hara. Namun, dalam jumlah yang sangat sedikit. Yang menjadi permasalahan apabia terjadi akumulasi logam berat dalam tanah akibat penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan. Logam berat yang diserat tanaman dalam jumlah yang besar akan meracuni tanaman dan menurunkan kualitas hasil tanaman. Lalu hal ini akan berimlikasi kepada manusia malalui rantai makanan.
Kandungan Logam Berat dalam Pupuk
Logam berat biasanya terkandung dalam bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida. Pupuk biasanya mengandung logam berat sebagai bahan tambahan. Pupuk yang sering bahkan selalu mengandung logam berat adalah pupuk buatan anorganik. Namun pupuk organik belum tentu bebas dari kandungan logam bera. Hal tersebut dipernguhi oleh sumber bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku pupuk organik.


Pupuk yang diberikan ketanah secara intensif akan sangat berbahaya bagi tanah serta tanaman yang ada diatasnya. Hal ini karena beberapa jenis pupuk mengandung logam berat dalam kadar ang sangat tinggi. Kadar yang tinggi ini akan sangat berbahaya jika terjadi akumulasi secara terus menerus dan membuat pertumbuhan dan kualitas serta kuantitas hasil tanaman menurun. Selain itu logam berat yang terakumulasi terlalu banyak akan mengganggu aktivitas mikrobia atau bahakan meracuninya.
Oleh karena itu diperlukan kebijaksaan serta perngetahuan yang cukup untuk melakukan pemupukan sehingga tidak mencemarai lingkuungan. Hal ini karena kelestarian lingkungan akan menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman serta kualitas hasil tanaman yang akan mempengaruhi  kesehatan manusia.
Cara Penanganan Pencemaran Logam Berat dalam Tanah
Solusi untuk menanggulangi pencemaran logam berat yang terjadi di lahan pertanian dapat di bagi menjadi  tiga yaitu, penaggulangan logam berat secara fisik, kimia dan biologi.
Tanah sawah yang telah tercemar logam beratdapat ditanggulangi secara fisik melalui pencucian dan penggunaan bahan organik (Sukmana, at el, 1986). Prinsip dari metode ini adalah dengan penghilangan logam berat dengan pencucian atau dengan membuat logam berat itu tidak aktif dengan bahan organik. Pencucian dilakukan dengan memasukkan air irigasi yang tidak tercemar logam berat ke tanah yang sedang diolah, kemudian membuang air tersebut melalui saluran drinase.
Selain penanggulangan pencemaran logam berat secara fisik ada juga penanggulangan pencemaran logam berat secara kimia. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penaggulangan secara kimia ini, yaitu dengan  metode pengapuran.
Cara kimia yang bisa digunakan adalah dengan metode pengapuran. Sebagian dari unsure logam berat terutama Pb dapat larut ditanah atau tersedia bagi tanaman dalam keadaan tanah masam, sehingga dapat menyebabkan tanaman menyerap Pb secara berlebihan dan bersifat racun bagi tanaman itu sendiri. Dengan pengapuran tanah tidak akan terlalu masam sehingga logam berat seperti Pb tidak akan berada ditanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman (Tan, 1991). Dalam keadaan basa terjadi penambahan muatan negatif jadi, peningkatan pH tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatif sehingga kemapuan koloid tanah dalam menjerap kation akan meningkat (Priyono, 2005).
Selain cara kima dan fisik ada pula cara biologi yang dapat digunakan sebagai alternative cara penaggulangan pencemaran logam berat di tanah. Penanggulangan pencemaran logam berat secara biologi di bagi dua yaitu metode  Fitoremediasi ( menggunakan tumbuhan untuk menyerap logam berat) dan metode Bioremediasi (menggunakan mikrobia).
Metode Fitoremediasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat menyerap logam berat di tanah. Salah satu tumbuhan yang dapat menyerap logam berat adalah Eceng Gondok (Eichormia crassipes). Walaupun dalam petanian Eceng Gondok dikenal sebagi gulma namun tumbuhan ini dapat menyerap logam berat dan resisten terhadap toksisitas logam berat tersebut. Tumbuhan eceng gondok yang hidup di atas air dapat menyerap logam berat Pb  sebanyak 5,167 ppm atau 96,4 % dan logam berat Fe turun sebanyak 3,177 ppm atau 65,45 % dalam kurun waktu tujuh hari (Hasim, 2005).
Fitoremidiasi dengan Eceng Gondok dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi logam berat yang terbawa oleh air sehingga tidak menambah logam berat dalam tanah. air yang telah dibersihkan dengan Eceng Gondok dapat digunakan untuk mencuci tanah yang tercemar logam berat yang caranya sama dengan metode fisik yang telah disebutkan diatas.
Kesimpulan
  1. Logam berat merupak unsure yang berbahaya bagi tanaman serta lingkungan yang akan mempengaruhi kesehatan manusia,
  2. Pupuk merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat ditanah karena kandungan logam berat yang ada di dalam pupuk tersebut,
  3. Baik pupuk organik maupun pupuk anorganik dapat mengandung logam bberat tergantung dari bahan bbaku serta bahan tamahan yang diberikan ke pupuk,
  4. Logam berat yang mencemari tanah dapat ditanggulangi baik secar fisik, kimia, maupun biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Chrlena.2004.Pencemaran Logam Berat Pb Dan Cd Pada Sayur-Sayuran.IPB.Bogor.

Hasim.2005.Eceng Gondok Pembersih Polutan Logam Berat.Kompas.Jakarta.

Mulyati, et al.2006.pupuk dan Pemupukan.Mataram University Press.Mataram

Priyono, joko.2006.Kimia Tanah. Mataram university press.mataram.

Tan. K H.1991.Dasar-Dasar Kimia. Tanah.Gadjah Mada University.Yogyakarta.

Sukmana et al.1986.Laporan Penelitian Mengatasi Keracunan Limbah Pengeboran Minyak.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Tan. K H.1991.Dasar-Dasar Kimia. Tanah.Gadjah Mada University.Yogyakarta.



Pencemaran Tanah (Pertanian)
PESTISIDA dan pupuk kimiawi menjadi masalah bagi lingkungan hidup jika terbawa arus hujan dan mengalir ke dalam sungai sehingga dapat menyuburkan ganggang, sama efektifnya ketika menyuburkan lahan pertanian. Mengalirnya pupuk seperti itu telah menyebabkan rusaknya Laut Galilee (Danau Kinneret). Danau itu, yang dialiri oleh sungai Jordan, menyediakan 1/3 sumber air bagi Israel. Ditemukan kandungan nitrat yang mengalir dari wilayah pertanian di sepanjang Jordan ke dalam danau menyebabkan rusaknya daya jernih danau tersebut.
Sebagaimana halnya dengan organisme hidup tanah suatu sistem hidup (ekosistem) yang harus tetap dalam keadaan keseimbangan dinamis agar tetap sehat. Jika ekosistemnya tanah itu terganggu keseimbangan maka akan terdapat pertumbuhan komponen-komponen tertentu, seperti bakteri, re-rumputan atau hama. Jika penyakit itu muncul maka secara berangsur-angsur seluruh organisme itu akan mati dan berubah menjadi materi organic.
Tanah yang subur adalah tanah yang mengandung jutaan organisme hidup dalam sentimeter kubiknya. Tanah tersebut merupakan satu ekosistem kompleks yang didalamnya mengandung jutaan organisme hidup dalam setiap sentimeter kubiknya. Tanah tersebut merupakan satu ekosistem kompleks yang didalamnya mengandung unsure-unsur sangat essensial bagi gerak kehidupan didalam siklus-siklus dari tumbuhan ke hewan.
Pada hakikatnya tanah memerlukan pertanian untuk melestarikan siklus ekologis yang besar, dan prinsip itu tercermin dalam perlakuan pertanian tradisional, yang didasarkan atas penghormatan yang tinggi kepada kehidupan. Petani biasanya menanam berbagai macam tanaman pangan setiap tahunnya, yang memutar sehingga keseimbangan di dalam tanah terlestarikan. Tidak ada keperluan untuk pestisida karena serangga yang tertarik pada tanaman pangan tertentu akan menghilang dengan adanya tanaman berikutnya. Petani juga tidak menggunakan pupuk kimia
Praktik pertanian ekologis berubah drastic, ketika petani beralih kepada produk organic ke produk sintetik yang membuka pasar besar bagi perusahaan-perusahaan minyak, setelah revolusi hijau. Bagi para petani pengaruh langsung dari metode pertanian baru tersebut merupakan suatu perkembangan yang spektakuler di dalam produksi pertanian.
Tetapi sisi gelap dari teknologi baru itu segera kelihatan, dan kini telah menjadi jelas bahwa revolusi hijau itu tidak membantu baik petani, tanah maupun orang kelaparan. Satu-satunya yang diuntungkan dari revolusi hijau adalah koor-porasi petrokimia.
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara besar-besaran telah mengubah keseluruhan susunan pertanian dan peternakan. Petani menanami tenan pertanian mereka yang luas dengan satu tanaman pangan tunggal yang benar-benar menguntungkan serta mengendalikan rerumputan dan hama dengan bahan-bahan kimia.
Akibat dari praktik monokultur tanaman tunggal ini adalah hilangnya keragaman genetic dalam jumlah besar dan berhektar-hektar pangan tunggal menjadi hancur oleh hanya satu hama tunggal. Tingkat kesuburan tanah juga menurun dan petani juga memiliki ketergantungan tinggi pada pestisida dan pupuk kimia.


Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bahan Pencemar Tanah
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur­sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang­barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
2) Bekas bahan bangunan (seperti  keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah) berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.

No comments:

Post a Comment