Friday, February 17, 2012

pengamatan pertumbuhan bakteri


I.  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian hayati khususnya pada pcnyakit tumbuhan dengan menggunakan mikroorganisme telah dimulai sejak lebih dari 70 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1920 sampai 1930 ketika pertama kali diperkenalkan antibiotik yang dihasilkan mikroorganisme tanah, tetapi beberapa percobaan belum berhasil sampai penelitian mengenai pengendalian hayati terhenti selama kurang lebih 20 tahun. Sekarang ini sudah menjadi satu pengetahuan bahwa pengendalian hayati akan memainkan peranan penting dalam pertanian pada masa akan datang. Ini terutama disebabkan kekhawatiran terhadap bahaya penggunaan bahan kimia sebagai pestisida. Sejumlah mikroba telah dilaporkan dalam berbagai penelitian efektif sebagai agen pengendalian hayati hama dan penyakit tumbuhan diantaranya adalah dari genus-genus Agrobacterium, Ampelomyces, Arthrobotys, Ascocoryne, Bacilllls, Bdellovibrio, Chaetomium, Cladosporium, Coniothyrium, Dactylella, Endothia, Erwinia, Fusarium,Gliocladium, Hansfordia, Laetisaria, Myrothecium, Nematophthora, Penicillium, Peniophora, Phialophora, Pseudomonas, Pythium, Scytalidium, Sporidesminium, Sphaerellopsiss, Trichoderma, dan Verticillium.
Pertanian modern di seluruh dunia saat ini dibebani oleh berbagai tuntutan mendesak untuk mengatasi berbagai kemelut dunia, selain pertanian modern harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk seluruh dunia, sektor ini harus pula memenuhi tuntutan ekonomi sebagai penghasil devisa. Karena itu berbagai kebijakan dibidang pertanian di negara manapun selalu terkait erat dengan berbagai kebijakan di bidang politik sesuatu negara, atau hubungannya dengan dunia intemasional. Sebagai usaha untuk mengatasi tuntutan di atas telah menjadi satu keharusan bahwa usaha pertanian harus memproduksi berbagai jenis hasilnya dalam jumlah yang banyak yang melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga dengan demikian dapat berperan sebagai penghasil devisa untuk pembangunan ekonomi dan politik negara. Karena itu pertanian modern selalu dicirikan dengan penggunaan energi berupa pupuk dan pestisida. Tidak dapat disangkal lagi bahwa konsep penggunaan pupuk dan pestisida yang telah diterapkan di pertanian modern telah menimbulkan berbagai efek disamping seperti pencemaran lingkungan di pabrik-pabrik penghasil pupuk dan pestisidamaupun dilahan-lahan pertanian yang menggunakan bahan kimia ini, biaya produksi yang semakin tinggi akibat mahalnya harga yang harus ditebus petani untuk setiap kebutuhan pupuk dan pestisida persatuan luas atau persatuan produksi dan kelergatungan negara, pengguna kepada negara penghasil pupuk dan pestisida. Sehingga pertanian modern sekarang dapat dicirikan sebagai usaha biaya tinggi. Sebuah cita-cita yang menelan dirinya sendiri. Masalah penggunaan pestisida tidak terbatas pada yang telah disebut di atas, pestisida telah pula menyebabkan timbulnya strain hama dan penyakit tumbuhan yang resisten terhadap bahan beracun ini, sehingga setiap kali usaha pengendalian terhadap organisme pengganggu ini menemui kegagalannya dan setiap kali itu pula mesti dihasilkan bahan kimia baru yang memerlukan biaya penelitian yang sangat mahal baik secara ekonomi maupun biaya pencemaran terhadap lingkungan yang tidak dapat dihitung secara pasti. Masalah-masalah di atas dan masalah-masalah lain yang telah ditimbulkan pertanian modern yang telah memasukkan energi tinggi kesetiap satuan luas lahan telah mendorong pertanian modern untuk menggali berbagai potensi alam terutama terhadap mikroba dan serangga berguna bagi meningkatkan hasil pertanian. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa banyak jenis mikroba sangat potensial sebagai pengganti pupuk kimia dan pestisida yang dapat diaplikasikan kelapangan dalam skala luas.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kondisi pertumbuhan pada mikrobia pada kondisi yang berbeda-beda dan pada medium cair.





II. METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
  • Nutrient brod
  • Tabung reaksi
  • NaCl 1%, 2%, 3%
  • Lemari pendingin
  • Oven
  • Kapas
  • Jarum Ose
  • Bunsen
  • Bakteri biakan murni
  • Nutrien cair dengan pH yang berbeda
  • Pipet
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pengaruh temperature
·         Siapkan alat dan bakteri yang telah dibiakkan secara alami
·         Sterilkan alat (jarum ose), dengan dibakar dan dicelupkan kedalam alcohol 70 % beberapa kali.
·         Ambil bakteri dengan menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak satu ose
·         Celupkan hasil goresan dalam nitrien brod
·         Tutup tabung reaksi dengan kapas
·         Letakkan hasil praktikum tersebut pada tempat yang berbeda, yaitu pada lemari pendingin, tempat bersuhu ruang dan oven.
·         Lakukan pengamatan dan amati apa yang terjadi pada nutrient brod
·         Catat perubahan yang terjadi


2.2.2 Pengaruh NaCl]
·         Siapkan alat dan bakteri yang telah dibiakkan secara alami
·         Siapkkan juga nutrient brodyang berisi kandungan NaCl yang berbeda, yaitu 1%,2%,3%
·         Sterilkan alat (jarum ose), dengan dibakar dan dicelupkan kedalam alcohol 70% beberapa kali
·         Ambil bakteri dengan menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak satu ose
·         Celupkan hasil goresan dalam nitrien brod yang memiliki kandungan NaCl yang berbeda disetiap tabungnya
·         Tutup tabung reaksi dengan kapas
·         Letakkan hasil praktikum tersebut pada tempat yang bersuhu ruang
·         Lakukan pengamatan dan amati apa yang terjadi pada nutrient brod
·         Catat perubahan yang terjadi
2.2.3 Pengaruh pH
·         Siapkan alat dan bakteri yang telah dibiakkan secara alami
·         Siapkkan juga nutrient brod yang mamiliki pH yang berbeda, yaitu 4, 5, 7 dan 9
·         Ambil bakteri dengan menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak satu ose
·         Celupkan hasil goresan dalam nitrien brod
·         Tutup tabung reaksi dengan kapas
·         Letakkan hasil praktikum tersebut pada tempat yang mempunyai pH yang berbeda yaitu 4, 5, 7, 9
·         Lakukan pengamatan dan amati apa yang terjadi pada nutrient brod
·         Catat perubahan yang terjadi

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan senamyak dua kali, yaitu pada tanggal 23 Desember 2008 dan 24 Desember 2008.
Hasil pengamatan dalam bentuk tabel pada hari pertama
No
Perlakuan
Ulangan
Keterangan
I
II
1.
Pengaruh Suhu
·     Kulkas


·     Ruang


·     oven

-



+ +




-

-



+ + +




-

Tidak ada bakteri yang tumbuh pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada ulangan tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa
Tidak ada bakteri pada perlakuan tabung I dan Tabung II
2.
Pengaruh NaCl
·     1%


·     2%


·     3%

+ + +


-




-



+ + +


-




-

Pada ulangan tabung I bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II juga sama dengan sebelumnya
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II

3.
Pengaruh pH
·     pH 4


·     pH 5


·     pH 7


·     pH 9

-


+


+ + +


+ +

-


-


+ +


+ + +

Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada tabung I bakteri tumbuh sedikit dan pada tabung II bakteri tidak tumbuh
Pada tabung I bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II bakteri tumbuh baik
Pada ulangan tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa


Keterangan :
-                    : tidak ada
+         : tumbuh sedikit
+ +      : tumbuh baik
+ + +  : tumbuh luar biasa
Hasil pengamatan dalam bentuk tabel pada hari kedua
No
Perlakuan
Ulangan
Keterangan
I
II
1.
Pengaruh Suhu
·     Kulkas


·     Ruang


·     oven

-


+ +



-

-



+ + +




-

Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada ulangan tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II

2.
Pengaruh NaCl
·     1%


·     2%


·     3%

+ + +


-




-

+ + +


-




-

Pada tabung I bakteri tumbuh sangat luar biasa begitu juga pada tabungII
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II

3.
Pengaruh pH
·     pH 4


·     pH 5

·     pH 7

·     pH 9

-


+ +

+ +


+ + +

-


+ +

+ +


+ + +

Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada tabung I bakteri tumbuh baik begitu juga pada tabyng II
Pada tabung I bakteri tumbuh baik begitu juga pada tabyng II
Pada ulangan tabung I bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II juga sama dengan sebelumnya


Keterangan :
-                    : tidak ada
+         : tumbuh sedikit
+ +      : tumbuh baik
+ + +  : tumbuh luar biasa

3.2 Pembahasan
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan ingkungandapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebutdapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondiso alam tersebut.Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
A. FAKTOR ABIOTIK
1. Suhu
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisar suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofi (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok  mikroba yang dapa tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adala kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C. Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.
2. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba mumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus  dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista
3. Tekanan osmose
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %. Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
4. pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
5. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik. Kematian mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
6. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950 Ao), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
7. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) sepertiTween80 dan Triton A20 dapat engurangi tegangan muka cairan/larutan. mumnya mikroba cocok pada tegangan uka yang relatif tinggi.
8 Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. mumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi etabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat enghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi apat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport embran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.Tekanan diatas 00.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang ahan hidup pada tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh ptimal pada tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup dilaut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri sprilium.
9. Getaran
Getaran mekanik dapat merusakkan dinding sel dan membran sel mikroba. Oleh karenaituetaran mekanik banyak dipakai untuk memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi seldapat diperoleh dengan cara menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif ataudengan cara pembekuan kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara 100-10.000 x/detik juga dapat digunakan untuk memecah sel.

B. FAKTOR ABIOTIK
1. Simbiose
Simbiosis adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis. Kebanyakan yang diajarkan di sekolah adalah tiga macam simbiosis yakni mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Tapi ternyata ada juga jenis simbiosis yang lain yaitu amensalisme.
1.    Mutualisme
Dalam simbiosis jenis ini, kedua organisme yang berinteraksi sama-sama mendapatkan keuntungan. Contoh simbiosis mutualisme misalnya antara lebah dan bunga. Lebah mendapatkan madu dari bunga. Ketika menghisap madu tersebut, serbuk bunga melekat pada lebah. Jika lebah tersebut berpindah bunga, serbuk bunga yang telah melekat pada lebah akan melekat pada bunga yang lain. Terjadilah penyerbukan oleh lebah.
2.    Komensalisme
Dalam simbiosis komensalisme, salah satu organisme diuntungkan, tetapi organisme lain tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh simbiosis komensalisme adalah tanaman anggrek yang tumbuh menempel pada inangnya. Tanaman anggrek mendapatkan keuntungan berupa rumah tinggal, sedangkan inangnya tidak mendapatkan keuntungan apapun dan tidak dirugikan.
3.    Parasitisme
Dalam simbiosis ini, salah satu organisme mendapatkan keuntungan tetapi organisme lainnya dirugikan. Contoh simbiosis parasitisme adalah tali putri dengan inangnya. Tali putri mendapatkan keuntungan dengan cara menghisap bahan makanan dari inangnya. Sedangkan inangnya dirugikan karena makanannya diambil.
4.    Amensalisme
Dalam simbiosis amensalisme, salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contohnya adalah jamur Penicilium yang mensekresikan penisilin dengan bakteri. Penisilin mampu membunuh bakteri. Sehingga bakteri dirugikan, tetapi jamur Penicillium tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
2.Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu nteraksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secarateoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhanpada fase lag (fase adaptasi).Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebutjuga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah,dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.
3 Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagaimacam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupuntidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain.
4. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasimelibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme sintropsme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atauproses pembersihan air secara alami.
Contoh sinergisme: Streptococcus faecalis dan Escherichia coli
5. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoaParamaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.
6 Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebihbesar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalahProtozoa (predator) dengan bakteri (prey).




IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini harus dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati karena dalam praktikun ini membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pertumbuhan bakteri. http//:id. Wikipedia.org/wiki/bakteri. [diakses pada tanggal 20 desember 2008].
Anonim, 2008. Perkembangan Bakteri. http//:id. Wikipedia.org/pertumbuhan_bakteri. [diakses pada tanggal 20 desember 2008].
Waluyo, 1998. Mikroorganisme. http//:id. Wikipedia.org/mikroorganisme. [diakses pada tanggal 20 2008]


No comments:

Post a Comment