I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengendalian hayati khususnya pada
pcnyakit tumbuhan dengan menggunakan mikroorganisme telah dimulai sejak lebih
dari 70 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1920 sampai 1930 ketika pertama
kali diperkenalkan antibiotik yang dihasilkan mikroorganisme tanah, tetapi
beberapa percobaan belum berhasil sampai penelitian mengenai pengendalian
hayati terhenti selama kurang lebih 20 tahun. Sekarang ini sudah menjadi satu
pengetahuan bahwa pengendalian hayati akan memainkan peranan penting dalam
pertanian pada masa akan datang. Ini terutama disebabkan kekhawatiran terhadap
bahaya penggunaan bahan kimia sebagai pestisida. Sejumlah mikroba telah
dilaporkan dalam berbagai penelitian efektif sebagai agen pengendalian hayati
hama dan penyakit tumbuhan diantaranya adalah dari genus-genus Agrobacterium,
Ampelomyces, Arthrobotys, Ascocoryne, Bacilllls, Bdellovibrio,
Chaetomium, Cladosporium, Coniothyrium, Dactylella, Endothia, Erwinia,
Fusarium,Gliocladium, Hansfordia, Laetisaria, Myrothecium, Nematophthora,
Penicillium, Peniophora, Phialophora, Pseudomonas, Pythium, Scytalidium,
Sporidesminium, Sphaerellopsiss, Trichoderma, dan Verticillium.
Pertanian modern di seluruh dunia saat
ini dibebani oleh berbagai tuntutan mendesak untuk mengatasi berbagai kemelut
dunia, selain pertanian modern harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk seluruh
dunia, sektor ini harus pula memenuhi tuntutan ekonomi sebagai penghasil
devisa. Karena itu berbagai kebijakan dibidang pertanian di negara manapun
selalu terkait erat dengan berbagai kebijakan di bidang politik sesuatu negara,
atau hubungannya dengan dunia intemasional. Sebagai usaha untuk mengatasi
tuntutan di atas telah menjadi satu keharusan bahwa usaha pertanian harus
memproduksi berbagai jenis hasilnya dalam jumlah yang banyak yang melebihi
kebutuhan dalam negeri sehingga dengan demikian dapat berperan sebagai
penghasil devisa untuk pembangunan ekonomi dan politik negara. Karena itu
pertanian modern selalu dicirikan dengan penggunaan energi berupa pupuk dan
pestisida. Tidak dapat disangkal lagi bahwa konsep penggunaan pupuk dan
pestisida yang telah diterapkan di pertanian modern telah menimbulkan berbagai
efek disamping seperti pencemaran lingkungan di pabrik-pabrik penghasil pupuk
dan pestisidamaupun dilahan-lahan pertanian yang menggunakan bahan kimia ini,
biaya produksi yang semakin tinggi akibat mahalnya harga yang harus ditebus
petani untuk setiap kebutuhan pupuk dan pestisida persatuan luas atau persatuan
produksi dan kelergatungan negara, pengguna kepada negara penghasil pupuk dan
pestisida. Sehingga pertanian modern sekarang dapat dicirikan sebagai usaha
biaya tinggi. Sebuah cita-cita yang menelan dirinya sendiri. Masalah penggunaan
pestisida tidak terbatas pada yang telah disebut di atas, pestisida telah pula
menyebabkan timbulnya strain hama dan penyakit tumbuhan yang resisten terhadap
bahan beracun ini, sehingga setiap kali usaha pengendalian terhadap organisme pengganggu
ini menemui kegagalannya dan setiap kali itu pula mesti dihasilkan bahan kimia
baru yang memerlukan biaya penelitian yang sangat mahal baik secara ekonomi
maupun biaya pencemaran terhadap lingkungan yang tidak dapat dihitung secara
pasti. Masalah-masalah di atas dan masalah-masalah lain yang telah ditimbulkan
pertanian modern yang telah memasukkan energi tinggi kesetiap satuan luas lahan
telah mendorong pertanian modern untuk menggali berbagai potensi alam terutama
terhadap mikroba dan serangga berguna bagi meningkatkan hasil pertanian.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa banyak jenis mikroba sangat
potensial sebagai pengganti pupuk kimia dan pestisida yang dapat diaplikasikan
kelapangan dalam skala luas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kondisi pertumbuhan
pada mikrobia pada kondisi yang berbeda-beda dan pada medium cair.
II. METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
- Nutrient brod
- Tabung reaksi
- NaCl 1%, 2%, 3%
- Lemari pendingin
- Oven
- Kapas
- Jarum Ose
- Bunsen
- Bakteri biakan murni
- Nutrien cair dengan pH yang
berbeda
- Pipet
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Pengaruh temperature
·
Siapkan alat dan bakteri yang
telah dibiakkan secara alami
·
Sterilkan alat (jarum ose),
dengan dibakar dan dicelupkan kedalam alcohol 70 % beberapa kali.
·
Ambil bakteri dengan
menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak
satu ose
·
Celupkan hasil goresan dalam
nitrien brod
·
Tutup tabung reaksi dengan
kapas
·
Letakkan hasil praktikum
tersebut pada tempat yang berbeda, yaitu pada lemari pendingin, tempat bersuhu
ruang dan oven.
·
Lakukan pengamatan dan amati
apa yang terjadi pada nutrient brod
·
Catat perubahan yang terjadi
2.2.2 Pengaruh NaCl]
·
Siapkan alat dan bakteri yang
telah dibiakkan secara alami
·
Siapkkan juga nutrient brodyang
berisi kandungan NaCl yang berbeda, yaitu 1%,2%,3%
·
Sterilkan alat (jarum ose),
dengan dibakar dan dicelupkan kedalam alcohol 70% beberapa kali
·
Ambil bakteri dengan
menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak
satu ose
·
Celupkan hasil goresan dalam
nitrien brod yang memiliki kandungan NaCl yang berbeda disetiap tabungnya
·
Tutup tabung reaksi dengan
kapas
·
Letakkan hasil praktikum
tersebut pada tempat yang bersuhu ruang
·
Lakukan pengamatan dan amati
apa yang terjadi pada nutrient brod
·
Catat perubahan yang terjadi
2.2.3 Pengaruh pH
·
Siapkan alat dan bakteri yang
telah dibiakkan secara alami
·
Siapkkan juga nutrient brod
yang mamiliki pH yang berbeda, yaitu 4, 5, 7 dan 9
·
Ambil bakteri dengan
menggunakan jarum ose (dengan digoreskan pada medium biakan murni), sebanyak
satu ose
·
Celupkan hasil goresan dalam
nitrien brod
·
Tutup tabung reaksi dengan
kapas
·
Letakkan hasil praktikum
tersebut pada tempat yang mempunyai pH yang berbeda yaitu 4, 5, 7, 9
·
Lakukan pengamatan dan amati
apa yang terjadi pada nutrient brod
·
Catat perubahan yang terjadi
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan senamyak dua kali, yaitu pada
tanggal 23 Desember 2008 dan 24 Desember 2008.
Hasil pengamatan dalam bentuk tabel pada hari pertama
No
|
Perlakuan
|
Ulangan
|
Keterangan
|
|
I
|
II
|
|||
1.
|
Pengaruh Suhu
· Kulkas
· Ruang
· oven
|
-
+
+
-
|
-
+
+ +
-
|
Tidak ada
bakteri yang tumbuh pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada ulangan
tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa
Tidak ada
bakteri pada perlakuan tabung I dan Tabung II
|
2.
|
Pengaruh NaCl
· 1%
· 2%
· 3%
|
+ + +
-
-
|
+ + +
-
-
|
Pada ulangan
tabung I bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II juga sama dengan
sebelumnya
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
|
3.
|
Pengaruh pH
· pH 4
· pH 5
· pH 7
· pH 9
|
-
+
+ + +
+ +
|
-
-
+ +
+ + +
|
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada tabung I bakteri tumbuh sedikit dan pada tabung II bakteri
tidak tumbuh
Pada tabung I
bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II bakteri tumbuh baik
Pada ulangan
tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa
|
Keterangan :
-
: tidak ada
+ : tumbuh
sedikit
+ + : tumbuh
baik
+ + + : tumbuh
luar biasa
Hasil pengamatan dalam bentuk tabel pada hari kedua
No
|
Perlakuan
|
Ulangan
|
Keterangan
|
|
I
|
II
|
|||
1.
|
Pengaruh Suhu
· Kulkas
· Ruang
· oven
|
-
+ +
-
|
-
+ + +
-
|
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada ulangan
tabung I bakteri tumbuh baik dan pada tabung II tumbuhnya luar biasa
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
|
2.
|
Pengaruh NaCl
· 1%
· 2%
· 3%
|
+ + +
-
-
|
+ + +
-
-
|
Pada tabung I bakteri tumbuh sangat luar biasa begitu juga pada
tabungII
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung
II
Tidak ada bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung
II
|
3.
|
Pengaruh pH
· pH 4
· pH 5
· pH 7
· pH 9
|
-
+ +
+ +
+ + +
|
-
+ +
+ +
+ + +
|
Tidak ada
bakteri yang tumbuh Pada perlakuan tabung I dan tabung II
Pada tabung I
bakteri tumbuh baik begitu juga pada tabyng II
Pada tabung I
bakteri tumbuh baik begitu juga pada tabyng II
Pada ulangan
tabung I bakteri tumbuh luar biasa dan pada tabung II juga sama dengan
sebelumnya
|
Keterangan :
-
: tidak ada
+ : tumbuh
sedikit
+ + : tumbuh
baik
+ + + : tumbuh
luar biasa
3.2 Pembahasan
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungannya. Perubahan ingkungandapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi mikroba.Beberapa kelompok mikroba sangat resisten
terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebutdapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondiso alam tersebut.Faktor lingkungan meliputi
faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
A. FAKTOR ABIOTIK
1. Suhu
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran
suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu
optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba
masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan
mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisar suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi
mikroba psikrofi (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapa tumbuh pada suhu 0-300C
dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adala kelompok mikroba pada umumnya,
mempunyai suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil.
Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik
didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak
terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam
jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.
2. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan kandungan
air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water
activity) atau kelembaban relatif. Mikroba mumnya dapat tumbuh pada aw
0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran
dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii.
Aspergillus glaucus dan jamur benang
lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban
tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75.
Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau
dapat membentuk kista
3. Tekanan osmose
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat
hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan
hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran
sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan
pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu
pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya
pecah. Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1)
mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba
halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi,
(3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi
tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh
pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba
halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium.
Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl
yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium
yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai
membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga
tahan terhadap ion Natrium.
4. pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH
7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya
adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea.
Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli,
Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil
misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah.
Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh
jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan
pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil
(neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c)
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
5. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya
elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat
menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba
dalam suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus
listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya
shock karena tekanan hidrolik listrik. Kematian mikroba akibat shock terutama
disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan
terbentuknya ion logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
6. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi
molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang
tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida,
terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh
germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang
ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao), sinar ultra
violet (4000-2950 Ao), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila
tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan
terjadinya mutasi pada mikroba.
7. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan
sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti
telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi
dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan
mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen,
dan zat-zat pembasah (surfaktan) sepertiTween80 dan Triton A20 dapat engurangi
tegangan muka cairan/larutan. mumnya mikroba cocok pada tegangan uka yang
relatif tinggi.
8 Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi
metabolisme dan pertumbuhan mikroba. mumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi
atau hanya sedikit mempengaruhi etabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat enghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi apat menghambat sintesis
RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport embran sel maupun
mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.Tekanan diatas 00.000 pound/inchi2
menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang ahan hidup pada
tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh ptimal pada
tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup dilaut
dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri
sprilium.
9. Getaran
Getaran mekanik dapat merusakkan
dinding sel dan membran sel mikroba. Oleh karenaituetaran mekanik banyak
dipakai untuk memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi seldapat diperoleh dengan
cara menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif ataudengan cara pembekuan
kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara 100-10.000 x/detik juga dapat
digunakan untuk memecah sel.
B. FAKTOR ABIOTIK
1. Simbiose
Simbiosis adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis.
Kebanyakan yang diajarkan di sekolah adalah tiga macam simbiosis yakni
mutualisme, komensalisme, dan parasitisme. Tapi ternyata ada juga jenis
simbiosis yang lain yaitu amensalisme.
1.
Mutualisme
Dalam simbiosis jenis ini, kedua organisme yang berinteraksi sama-sama mendapatkan keuntungan. Contoh simbiosis mutualisme misalnya antara lebah dan bunga. Lebah mendapatkan madu dari bunga. Ketika menghisap madu tersebut, serbuk bunga melekat pada lebah. Jika lebah tersebut berpindah bunga, serbuk bunga yang telah melekat pada lebah akan melekat pada bunga yang lain. Terjadilah penyerbukan oleh lebah.
Dalam simbiosis jenis ini, kedua organisme yang berinteraksi sama-sama mendapatkan keuntungan. Contoh simbiosis mutualisme misalnya antara lebah dan bunga. Lebah mendapatkan madu dari bunga. Ketika menghisap madu tersebut, serbuk bunga melekat pada lebah. Jika lebah tersebut berpindah bunga, serbuk bunga yang telah melekat pada lebah akan melekat pada bunga yang lain. Terjadilah penyerbukan oleh lebah.
2.
Komensalisme
Dalam simbiosis komensalisme, salah satu organisme diuntungkan, tetapi organisme lain tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh simbiosis komensalisme adalah tanaman anggrek yang tumbuh menempel pada inangnya. Tanaman anggrek mendapatkan keuntungan berupa rumah tinggal, sedangkan inangnya tidak mendapatkan keuntungan apapun dan tidak dirugikan.
Dalam simbiosis komensalisme, salah satu organisme diuntungkan, tetapi organisme lain tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh simbiosis komensalisme adalah tanaman anggrek yang tumbuh menempel pada inangnya. Tanaman anggrek mendapatkan keuntungan berupa rumah tinggal, sedangkan inangnya tidak mendapatkan keuntungan apapun dan tidak dirugikan.
3.
Parasitisme
Dalam simbiosis ini, salah satu organisme mendapatkan keuntungan tetapi organisme lainnya dirugikan. Contoh simbiosis parasitisme adalah tali putri dengan inangnya. Tali putri mendapatkan keuntungan dengan cara menghisap bahan makanan dari inangnya. Sedangkan inangnya dirugikan karena makanannya diambil.
Dalam simbiosis ini, salah satu organisme mendapatkan keuntungan tetapi organisme lainnya dirugikan. Contoh simbiosis parasitisme adalah tali putri dengan inangnya. Tali putri mendapatkan keuntungan dengan cara menghisap bahan makanan dari inangnya. Sedangkan inangnya dirugikan karena makanannya diambil.
4.
Amensalisme
Dalam simbiosis amensalisme, salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contohnya adalah jamur Penicilium yang mensekresikan penisilin dengan bakteri. Penisilin mampu membunuh bakteri. Sehingga bakteri dirugikan, tetapi jamur Penicillium tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
Dalam simbiosis amensalisme, salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contohnya adalah jamur Penicilium yang mensekresikan penisilin dengan bakteri. Penisilin mampu membunuh bakteri. Sehingga bakteri dirugikan, tetapi jamur Penicillium tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
2.Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu
populasi yang sama ada dua macam, yaitu nteraksi positif maupun negatif.
Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek
sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secarateoritis meningkatkan
kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh
adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhanpada fase
lag (fase adaptasi).Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan
pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba
yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang
meracun. Interaksi negatif disebutjuga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium
dan Verticillium pada tanah sawah,dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat
meracun.
3 Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda
berasosiasi, maka akan timbul berbagaimacam interaksi. Interaksi tersebut
menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupuntidak ada pengaruh antar populasi
mikroba yang satu dengan yang lain.
4. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang
menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia
tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasimelibatkan 2 populasi atau lebih
dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme sintropsme sangat
penting dalam peruraian bahan organik tanah, atauproses pembersihan air secara
alami.
Contoh
sinergisme: Streptococcus faecalis dan Escherichia coli
5. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi
mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan
menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi
mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan
nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoaParamaecium caudatum dengan
Paramaecium aurelia.
6 Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila
satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain
(prey). Umumnya predator berukuran lebihbesar dibandingkan prey, dan
peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalahProtozoa (predator) dengan
bakteri (prey).
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Medium pertumbuhan (disingkat
medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa
protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat
fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia
sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel.
Bakteri adalah yang paling
berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme
lain. Banyak patogen
merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5
μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka
umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel hewan
dan jamur, tetapi dengan
komposisi sangat berbeda (peptidoglikan).
Banyak yang bergerak menggunakan flagela,
yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum ini
harus dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati karena dalam praktikun ini
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pertumbuhan bakteri. http//:id.
Wikipedia.org/wiki/bakteri. [diakses pada tanggal 20 desember 2008].
Anonim, 2008. Perkembangan Bakteri. http//:id.
Wikipedia.org/pertumbuhan_bakteri. [diakses pada tanggal 20 desember 2008].
Waluyo, 1998. Mikroorganisme. http//:id.
Wikipedia.org/mikroorganisme. [diakses pada tanggal 20 2008]
No comments:
Post a Comment