I. PENDAHULUAN
Tembakau merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai jual yang tinggi dan didaerah jember tanaman tembakau ini merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan. Daun tembakau sendiri dimanfaatkan untuk pembuatan bahan dasar rokok seperti rokok cerutu dan rokok sigaret .Selain itu tanaman tembakau dijadikan logo dari daerah jember selain itu juga logo untuk universitas jember. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, amun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga ada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harusdiperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen.
Tanaman tembakau di Indonesia banyak sekali varietasnya dari KY17, F1N, somporis, tembakau kasturi, tembakau besuki, tembakau lumajang dan tembakau madura. Tetapi pada dasarnya tembakau yang bermacam-macam varietasnya diduga hasil dari persilangan antara N. Sylvestris dengan N. Tumentusiformis dan hasil persilangan tersebut sering dikenal dengan nama Nicotiana tobacum. Budidaya tanaman tembakau sangat menjanjikan karena harga dari tiap daun daun sangat mahal, misalnya saja tembakau F1N. Tembakau F1N ini memiliki harga yang sangat mahal di pasaran eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk deckblad dan omblad dari cerutu. Tanaman tembakau memiliki spesies tanaman mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies, varietas yang diusahakan, dan mutu yang dihasilkan. Teknik budidaya tanaman tembakau haruslah selalu memperhatikan setiap hari tanaman tembakaunya, karena apabila pengkontrolan tanaman tidak intensif dan perawatan dari tanaman tembakau ini selalu ditunda seperti pemberian pupuk, pengairan dan lain-lain dapat menyebabkan tanaman tembakau produktivitasnya menurun.
Tanaman tembakau di daerah Jember menurut teknik budidayanya dan kegunaannya dibagi menjadi dua yaitu tembakau Na-Oogst (NO) dan tembakau Voor-Oogst (VO). Tembakau No-Oogst biasanya teknik budidayanya yaitu menggunakan naungan dan ditanam dilahan sawah setelah musim panen padi. Pegeringan yang digunakan untuk daun tembakau Na-Oogst yaitu menggunakan teknik air cured dan smoke cured. Tembakau Na-Oogst digunakan sebagai bahan baku cerutu dan tanaman ini umumnya ditanam pada akhir musim kemarau dan dipanen pada awal musim hujan. Sedangkan untuk tanaman Voor-Oogst biasaya dikelola oleh rakyat dan teknik budidayanya tidak menggunakan naungan (secara konvensional), dan tanaman Voor-Oogst ditanam dilahan tegal sebelum musim panen padi. Tembakau ini biasanya digunakan sebagai tembakau rajangan dan bahan baku sebagai rokok sigaret.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu merencanakan wilayah areal penanaman tembakau.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga ada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen. Nicotiana tobacum dibudidayakan umumnya karena memiliki arti ekonomi penting. Spesies yang sering dibudidayakan adalah Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika. Nicotiana tobacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m. Klasifikasi tanaman tembakau dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotiana L.
Spesies : N. tabaccum, N. rustica (Chairani, 2008)
Tanaman tembakau memiliki persyaratan untuk kondisi iklim, hal ini tujukan agar tanaman tembakau dapat berproduktivitas secara baik dan maksimal. Iklim yang sesuai untuk tanaman tembakau adalah
a) Tanaman tembakau tidak menghendaki terhadap keadaan iklim kering dan iklim yang sangat basah, tetapi hal ini tergantung dari varietas tanaman tembakau, karena setiap tanaman tembakau memiliki kesesuaian iklim yang berbeda.
b) Angin kencang juga tidak diharapkan dalam budidaya tanaman tembakau, karena angin yang kencang dapat merusak tanaman tembakau (tanaman roboh). Tetapi apabila menggunakan teknik budidaya tembakau dibawah naungan akan memperkecil rusaknya tenaman tembakau. Selain itu juga angin yang kencang akanberpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah tang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen yang ada didalam tanah. Angin yang kencang juga dapat merusak gudang penyimpanan daun tembakau yang sudah dipanen.
c) Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500–3500 mm/tahun.
d) Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.
e) Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21–32,3 derajat C (Tegar, 2010).
Tanaman tembakau memiliki beberapa ciri morfologi dari daun, akar, bunga, batang dan biji. Hal ini juga yang dapat membedakan antar varietas pada tanaman tembakau. Namun pada umumnya tanaman tembakau karakteristik dari tiap bagiannya adalah:
a. Batang
Batang tanaman tembakau biasanya tumbuh dengan tegak dan bentuk batangnya bundar. Permukaan batang berwarna hijau dan ditumbuhi rambut halus. Dan pada buku batang tampak jelas bekas tumbuh daun dan pada batang akan tumbuh tunas apabila tanaman tembakau tersebut dipangkas, roboh atau berbunga.
b. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai.
c. Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar. perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air,dan subur.
d. Bunga
Bunga dari tanaman tembakau berbunga majemuk dan tumbuh pada ujung batang, kelopak berwarna hijau dan berbentuk lonceng mempunyai lima daun kelopak berlekatan. Mahkota dari tanaman tembakau berwarna pink, berbentuk terompet mempunyai lima daun berlekatan. Benang sari pada tanaman tembakau berjumlah 5 tangkai yang satu pendek melekat pada mahkota bunga. Putik pada tanaman tembakau satu buah dan memiliki ruang lima.
e. Buah
Buah pada tanaman tembakau berwarna hijau dan setelah masak berwarna coklat berbentuk kapsul dan mempunyai lima ruang. Sedangkan biji dari tembakau memiliki ukuran yang kecil dan berwarna coklat. Buah tembakau masak memelukan waktu kira-kira tiga minggu untuk mencapai pemasakan sempurna. Tiap buah tanaman tembakau berisi lebih dari 2000 butir biji.masa dormansi dari biji tanaman tembakau cukup singkat kira-kira 2-3 minggu dengan masa simpan yang cukup lama bila cara penyimpanannya benar (Anik, 2000).
Dalam teknik budidayanya setiap tembakau memiliki perbedaan antara tembakau Na-Oogst dan tembakau Voor-Oogst, hal ini dikarenakan setiap tanaman tembakau memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki fungsi yang berbeda. Dalam proses pengeringan tiap tenaman tembakau memiliki perbedaan, karena tanaman tembakau memiliki fungsi yang berbeda, ada yang dijadikan sebagai bahan baku cerutu dan ada yang dijadikan sebagai bahan baku sigaret. Beberapa teknik pengeringan pada tanaman tembakau diantaranya :
1. Air cured
Air cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2. Flue cured
Flue cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Menurut Anonim (2002a), prinsip pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.
3. Sun cured
Sun cured adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan berlangsung selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
4. Fire cured
Fire curedadalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin (Edi, 2001).
Selain iklim produktivitas tanaman tembakau dipengaruhi oleh media yang digunakan untuk menanam tanaman tembakau, syarat media yang digunakan untuk budidaya tanaman tembakau meliputi:
a) Tembakau Deli sangat cocok untuk jenis tanah aluvial dan andosol. Tanah regosol sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden dan besuki. Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan untuk tembakau rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah ringan (berpasir) sampai dengan tanah berat (liat).
b) Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang memiliki pH 5–6. Tembakau Deli memerlukan pH 5-5,6, tembakau virginia 5,5-6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5, maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.
c) Tanah yang baik bersifat gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
d) Makin tinggi tempat penanaman makin tinggi kadar nikotinnya. Kemiringan di atas 30% tidak direkomendasikan (Rocman, 2006).
2.1 PEMBAHASAN
Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, dalam dunia pertanian tergolong tanaman perkebunan tetapi bukan merupakan kelompok tanaman pangan. Tanaman tembakau dibudidayakan dalam pertanian untuk dimanfaatkan daunnya sebagai pembuatan rokok. Budidaya tanaman tembakau sangat menjanjikan karena harga dari tiap daun daun sangat mahal, misalnya saja tembakau F1N. Tembakau F1N ini memiliki harga yang sangat mahal di pasaran eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk deckblad dan omblad dari cerutu. Tanaman tembakau memiliki spesies tanaman mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies, varietas yang diusahakan, dan mutu yang dihasilkan. Teknik budidaya tanaman tembakau haruslah selalu memperhatikan setiap hari tanaman tembakaunya, karena apabila pengkontrolan tanaman tidak intensif dan perawatan dari tanaman tembakau ini selalu ditunda seperti pemberian pupuk, pengairan dan lain-lain dapat menyebabkan tanaman tembakau produktivitasnya menurun.
Dalam kegiatan budidaya komoditi tembakau diperlukan persiapan guna untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman tembakau tersebut, kegiatan dapat meliputi kegiatan pemetaan lahan yang akan ditanami oleh kemoditi tanaman tembakau. Dalam hal ini pemetaan merupakan salah satu factor penentu dari kegiatan budidaya dari tanaman tembakau. Dalam kegiatan pemetaan meliputi penentuan areal tanaman dari komoditas tembakau hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi dari tanaman tembakau yang akan dibudidayakan, kebutuhan bibit yang diperlukan untuk budidaya tanaman tembakau dan kebutuhan pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman tembakau, karena dalam suatu areal penanaman tembakau perlu diketahui jumlah populasi dalam satu luasan lahan dengan mengetahui jumlah populasi dari tanaman tembakau tersebut, maka akan mudah dalam menentukan kebutuhan unsure hara dari tanaman tembakau. Selain itu perlu dibuat saluran irigasi dan saluran dari drainase dari areal penanaman, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air dari tanaman tembakau, karena apabila tidak terdapat irigasi dan drainase maka akan menyebabkan produktivitas dari tanaman tembakau berkurang karena tanaman tembakau kekurangan air. Selain itu perlu dibuat areal untuk pembibitan tapi areal pembibitan harus dekat dengan kegiatan budidaya tanaman tembakau, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bibit dari kegiatan budidaya tembakau serta dapat mengetahui jumlah sulaman dari tanaman tembakau dengan mengetahui daya kecambah dari tanaman tembakau. Pembangunan gudang merupakan salah satu kegiatan untuk menangani system pasca panen dari tanaman tembakau. Gudang tembakau ini digunakan untuk proses pengeringan setelah kegiatan panen dari tanaman tembakau, pembangunan gudang pengeringan diusahakan dekat dengan areal budidaya karena dengan dekatnya gudang pengeringan dengan areal budidaya tanaman tembakau maka penanganan pasca panen dapat dilakukan dengan cepat dan tidak membutuhkan biaya untuk pengangkutan tanaman tembakau. Pembuatan jalan dan pos pantau merupakan salah satu kegiatam untuk mengetahui kedaan dari tanaman tembakau dan memantau tanaman tembakau pada areal tersebut.
Dalam berbudidaya tanaman tembakau perlu adanya tahapan-tahapan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas dari tanaman tembakau, tahapan-tahapannya meliputi :
1. Pemilihan areal penanaman dan pengolahan tanah
Areal yang digunakan untuk budidaya tanaman tembakau harus diutamakan bekas dari tanaman padi hal ini karena pada bekas tanaman padi terdapat kandungan unsure hara yang tinggi. Areal penanaman tanaman tembakau jangan dari tanaman Lombok, tomat, semangka dan melon hal ini dapat menyebabkan tanaman tembakau terserang Phytopthora Nicotianae atau bekas dari tanaman sejenis. Selain itu pemilihan areal tanaman tembakau harus dekat dengan saluran irigasi, hal ini untuk menunjang kebutuhan air oleh tanaman tembakau. Pengolahan tanah dilaksanakan dengan menggunakan alat pertanian berupa hand Tractor minimal 2 x pembajakan untuk mempersiapkan media terbaik bagi proses penanaman tembakau dengan menjaga kesuburan tanah.
2. Penanaman dan pemupukan
Empat puluh lima hari s/d lima puluh hari (45 s/d 50) setelah benih ditabur, bibit ditanam pada tanah gudan di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai dan perlu diketahui sebelum penanaman bibit perlu diadakan pemangkasan, agar tidak terjadi stagnasi. Pada tahapan penanaman ini dilakukan pemupukan I dengan memperhatikan jenis dan dosis serta cara pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan NPK (Fertila). Pemupukan ke II dengan umur tanaman 21 hari dilakukan Pemupukan dengan NPK (KNO 3). Penanaman tembakau harus memperhatikan jarak tanam yang akan digunakan, hal ini bertujuan untuk mencegah tanaman tembakau terserang penyakit.
3. Pembubunan dan pengairan
Pembumbunan adalah proses yang dilakukan untuk tanah tetap gembur, sebagai persiapan media tumbuh yang baik bagi tanaman tembakau dan sekaligus untuk membersihkan tanaman pengganggu ( Gulma ). Adapun sistim irigasi (Pengairan) yang tepat sangat penting dalam menjamin kualitas clan tingkat produktifitas tembakau virginia. Penggemburan pada tanaman tembakau harus sesuai dengan HDSMB ( Halus Dalam Sehat Masak Bersih) dengan demikian maka tanaman tembakau dapat berproduksi secara maksimal.
4. Punggel dan wiwil atau suli
Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan basil maksimal bagi petani. Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktu yang tepat. Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun.
5. Pengendalian hama dan penyakit terpadu
Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap residu pestisida baik pada tanaman tembakau virginia. Adapaun penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada.
6. Panen tembakau
Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut :
- Kematangan daun
- Keseragaman daun dalam proses penanaman
- Penanganan daun hasil panenan
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis.
7. Persiapan curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen.
Tujuan Curing :
a. Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10 sampai 15 %.
b. Perubahan warna dari Zat hijau daun menjadi WarDa orange dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses.
Macam-macam teknik curing pada tanaman tembakau meliputi :
1) Flue cured
Flue cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Menurut Anonim (2002a), prinsip pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.
2) Smoke cured
Smoke cured adalah proses pengeringan menggunakan asap yang biasanya proses pengeringan ini dilakukan di gudang. Cara pengeringan smoke cured yaitu daun tembakau ditusuk menggunakan lidi dan digantung dan dibawahnya sebagai sumber penghasil asap yaitu membakar batang pohon. Pohon yang dijadikan bahan bakar memiliki kriteria khusus agar proses pengasapan daun tembakau maksimal. Pengeringan smoke cured biasanya digunakan pada tembakau yang akan digunakan sebagai bahan baku rokok cerutu.
3) Air cured
Air cured adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
5. Sun cured
Sun cured adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan berlangsung selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
6. Fire cured
Fire curedadalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured, dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
Dalam kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan perencanaan areal yang akan ditanami tanaman tembakau luas lahannya adalah 3050 m² dengan jarak tanam 1 X 2 m², dalam luasan tersebut dapat diketahui jumlah dari populasi tanaman yang akan dibudidayakan sebanyak 1525 tanaman tembakau. Untuk mememuni kebutuhan jumlah tanaman tersebut maka perlu diadakan proses pembibitan tanaman tembakau, sebelum pembuatan areal pembibitan perlu diketahui jumlah sulaman dari tanaman tembakau, kebutuhan bibit, dan kebutuhan benih. Untuk jumlah sulaman dari tanaman tembakau adalah 10%dari populasi tanaman tembakau yang diketahui jumlah sulamannya adalah 152 sulaman, sedangkan kebutuhan bibit dari tanaman tembakau dapat diketahui dengan menambah jumlah populasio dengan jumlah sulaman yang diketahui hasilnya adalah 1677 bibit tembakau. Sedangkan kebutuhan benih untuk luasan areal 3050 dengan populasi tanaman 1525 tanaman adalah 2466. Dengan diketahui bahwa dalam 1 gram berat benih tembakau adalah 1000 benih jadi dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan benih dari tanaman tembakau seberat 2,466 gram. Dengan efektivitas lahan mencapai 40% yang dapat dikali dengan kebuhuan bibit sebanyak 1525 maka dapat diketahui evektivitas lahan adalah 3812 bibit tanaman tembakau. Jadi luasan areal untuk pembibitan adalah 238,25 m² hal ini dapat diketahui dengan mengitung jumlah bibit dari efektivitas lahan (3812 bibit) dengan jarak tanamn 25X25 cm². Untuk mengetahui kebutuhan pupuk pada tanaman tembakau yaitu dengan menghitung jumlah kebutahan pupuk (%) dikali kebutuhan pupuk dari tiap tanamn tembakau dikali dengan jumlah populasi dari tanaman tembakau. Dari penghitungan tersebut dapat diketahui untuk kebutuhan pupuk N atau urea pada tanaman tembakau adalah 5,08 kwintal, dan untuk pupuk SP36 yaitu 4,23 kwintal, sedangkan untuk kebutuhan pupuk KCl dari tanaman adalah 2,29 kwintal, kebutuhan pupuk ini dipenuhi dalam luasan areal penanaman 3050 m² dengan jumlah populasi adalah 1525 tanaman tembakau. Perencanaan areal ini bertujuan untuk lebih mempermudah dalam memanagement sebuah kegiatan budidaya komoditas tanaman tembakau.
Selain perencanaan areal penanaman hal yang mendukung dari pembudidayaan tanaman tembakau adalah sarana prasarana. Sarana dan prasarana yang dibuat meliputi pembuatan gudang pengeringan, pembuatan gudang pengeringan merupakan salah satu upaya dalam penanganan pasca panen dari tanaman tembakau. Pembuatan gudang pengeringan harus terletak dekat dengan areal budidaya tanaman tembakau hal ini bertujuan agar penganan hasil dari panen daun tembakau langsung dapat ditangani dan dengan dekatnya gudang pengeringan dengan areal budidaya dapat menghemat biaya angkut atau oprasional dari pembudidayaan tanaman tembakau. Selain gudang pengeringan sarana lainnya adalah gudang penyimpanan alat, jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sarana lain yang harus adalah jalan, jalan biasanya digunakan untuk meliahat kondisi dan keadaan dari tanaman tembakau, selain itu jalan juga dapat mempermudah dalam pengantaran pupuk dan bahan lainnya ketempat yang akan dituju. Pos pantau merupakan sarana yang dapat digunakan untuk memantau segala kegiatan dan memantau keadaan dan kondisi dari tanaman tembakau, selain itu pos pantau dapat digunakan sebagai tempat istirahat dari para pegawai perkebunan komoditas tembakau. Sarana lain adalah pembuatan got yang bertujuan untuk irigasi dan drainase dari tanaman tembakau, pembuatan saluran irigasi dan drainase merupakan factor terpenting pada pembudidayaan tanaman tembakau. Selain itu perlu dibuat areal untuk pembibitan tapi areal pembibitan harus dekat dengan kegiatan budidaya tanaman tembakau, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bibit dari kegiatan budidaya tembakau serta dapat mengetahui jumlah sulaman dari tanaman tembakau dengan mengetahui daya kecambah dari tanaman tembakau.
Masalah utama yang akan dihadapi pada penanaman tembakau adalah kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi, hal ini dapat dikendalikan atau diantisipasi dengan cara:
a) Prediksi
Kegiatan prediksi merupakan kegiatan memperkirakan kondisi cuaca yang akan terjadi pada suatu musim tanam tembakau. Kegiatan prediksi merupakan salah satu factor penentu waktu tanam tembakau dengan memperkirakan awal musim hujan atau musim kemarau
b) Adaptasi
Yaitu menyesuaikan jenis tembakau yang akan ditanam sesuai dengan kondisi iklim setempat, untuk iklim kering tanaman tembakau yang menjadi pioritas utama adalah tembakau Virginia sedangkan untuk musim agak basah tanaman tembakau yang cocok adalah tembakau cerutu.
c) Modifikasi
Yaitu mengubah kondisi cuaca mikro menjadi lebih sesuai dengan jenis dari tanaman tembakau yang akan dibudidayakan. Contohnya adalah memasang paranet untuk menentukan radiasi dari cahaya matahari. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik apabila radiasi dari matahari adalah 70%-80%, dengan pemasangan paranet maka kebutuhan radiasi tersebut akan dapat terpenuhi.
d) Subtitusi
Maksudnya adalah menambah unsure cuaca mikro yang kurang sampai tingkat yang sesuai untuk kebutuhan tanaman tembakau. Misalnya meningkatkan kelembapan melalui pemanfaatan irigasi curah.
Untuk akibat dari serangan penyakit dapat dilakukan pencegahan sejak awal yaitu dengan memilih laha penanaman, diusahakan areal penanaman tembakau bekas dari tanaman padi jangan menanam tanaman tembakau pada bekas tanaman sejenis seperti cabai, tomat dan lain-lain, hal ini dapat menyebabkan tanaman tembakau akan rentan terkena serangan dari penyakit. Dalam proses pengeringan kendala yang akan terjadi digudang adalah terajadinya busuk pada daun tembakau yang dikeringkan, hal ini dapat dicegah dengan sistem RROK (Rang-Rangan Ongge’en Kesat), Rang-rangan maksudnya adalah menentukan jarak kerapatan dalam proses pengeringan, Ongge’en adalah cara menaikkan tembakau agar tidak sobek dan Kesat maksudnya disini adalah daun dari tanaman tembakau yang akan ditanam tidak boleh ada air hal ini karena apabila daun tembakau yang berair itu menjatuhkan air pada daun yang ada dibawahnya akan menyebabkan daun yang ada dibawahnya akan busuk dan warna dari daun tembakau tidak merata dalam proses pengeringan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum tentang perencanaan areal pembibitan dan penanaman tembakau dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam kegiatan budidaya tanaman tembakau hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan luas wilayah areal pembibitan dal luas areal penanaman tembakau.
2. Untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang dapat menurunkan produksi tembakau dapat dengan cara prediksi, adaptasi, modifikasi dan subtitusi.
3. Curah hujan yang tinggi merupakan kendala dari budidaya tembakau, karena dapat merusak tanaman tembakau dari segi kualitas dan kuantitas.
4. Luas areal pembibitan dapat dihitung dengan cara Kebutuhan bibit X Jarak tanam antar bibit.
5. Hal yang menunjang keberhasilan dari budidaya tanaman tembakau adalah sarana prasarana meliputu :gudang, jalan, pos pantau, gudang penyimpanan alat dan gudang areal pembibitan.
3.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum sebaiknya praktikan harus lebih memperhatikan dan memahami apa yang asisten terangkan, hal ini bertujuan agar praktikan lebih memahami konsep dari praktikum dan tujuan dari praktikum dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anik, H. 2000. Penyaringan Galur Hasil Persilangan Tembakau Madura dan Tembakau Oriental Berdasarkan Indeks tanaman dan Kadar Nikotin. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: 21-22.
Chairani, H. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid III. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan : Jakarta.
Edi, P. 2001. Penggunaan Irigasi Curah Pada Tembakau Cerutu Besuki Tanam Awal. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang: 87-88.
Rochman, F. 2006. Potensi Hasil Dan Mutu Varietas Introduksi Tembakau Burley. Zuriat 2 (2): 122-123.
Tegar, A. 2010. Teknik Budidaya Tembakau. Atikel Budidaya Tanaman, Ikan dan Jamur. www. Teknik Budidaya Tembakau.com. diakses tanggal 08 oktober 2011.
No comments:
Post a Comment