Thursday, February 16, 2012

PAdi Sistem IP400

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, serta terjangkau. Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan yang tersedia semakin berkurang akibat alih fungsi lahan subur untuk kepentingan industri, perumahan dan penggunaan lahan non pertanian lainnya. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun. Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030.
Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilakukan pada tahun 2007 maupun tahun tahun sebelumnya, namun hal ini belumlah cukup, perlu terobosan di tahun 2009. Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah mengembangkan Indeks Pertanaman Padi 400 (IP Padi 400) yang merupakan pilihan menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi.
Tekanan sistem produksi padi semakin lama semakin berat dan komplek sehingga memerlukan terobosan spektakuler non konvensional untuk mempertahankan kapasitas sistem produksi padi nasional sampai dengan tahun 2020. Konsep IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu, sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan. Pendekatan yang dilakukan dalam IP 400 adalah dengan mengintegrasikan dan mensinergikan antara bioteknologi dan hibridisasi konvensional yang didukung oleh sistem perbenihan yang handal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan benih padi ultra genjah (< 90 hari) sebagai instrumen utama yang didukung efisiensi waktu tanam dan panen. Saat ini telah tersedia padi umur sangat genjah (90-104 hari) seperti varietas Dodokan, Silugonggo dan Inpari 1. Selama untuk lahan beririgasi teknis selama setahun, dengan kondisi air yang memungkinkan, indeks pertanaman mencapai IP 300 (tiga kali tanam). Dengan umur varietas yang saat ini digunakan mencapai 110 hari, maka total hari selama setahun untuk tiga kali musim tanam mencapai 330 hari, ada waktu 30 hari untuk istirahat.
Namun penerapan IP 400 masih mengalami banyak kesulitan dan hambatn karena selama ini untuk mencapai IP 300 (tiga kali tanam padi) dalam setahun, masih ada yang belum optimal baik akibat keterlambatan sarana produksi maupun akibat iklim yang tidak mendukung.

1.2 Rumusan Masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan pola tanam padi IP 400 ?
2.   Apa saja kelemahan dan kelebihan pola tanam padi IP 400 ?
3.   Bagaimana cara untuk mencapai IP 400?


BAB 2. PEMBAHASAN

Pola tanam IP 400 merupakan suatu pola tanam padi yang dilakukan sebanyak empat kali tanam dalam setahun. Benih padi yang digunakan yaitu Varitas Hybrida yang sudah diuji daya kecambah kurang lebih 90 porsen daya tumbuh antara lain varitas mekongga, sintha, cigleyies. Varitas ini adalah hasil uji coba dengan produksi mencapai kurang lebih 6 ton perhektar gabah kering giling.
Tekanan sistem produksi padi semakin lama semakin berat dan komplek sehingga memerlukan terobosan spektakuler non konvensional untuk mempertahankan kapasitas sistem produksi padi nasional sampai dengan tahun 2020. Konsep IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu, sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dan mensinergikan antara bioteknologi dan hibridisasi konvensional yang didukung oleh sistem perbenihan yang handal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan benih padi ultra genjah (< 90 hari) sebagai instrumen utama yang didukung efisiensi waktu tanam dan panen. Saat ini telah tersedia padi umur sangat genjah (90-104 hari) seperti varietas Dodokan, Silugonggo dan Inpari 1. Untuk menghasilkan produksi yang optimal, maka faktor-faktor yang menghambat produktifitas harus dipahami dan diupayakan solusinya secara baik dan benar. Berdasarkan pengalaman maka tantangan pada Pola Tanam IP - 400 di pertanaman padi khususnya pada lokasi lahan praktek yang perlu dipertimbangkan adalah benih unggul yang sudah diujicoba daya kecambahnya oleh para widyaiswara dan tim Teknis Balai bekerjasama dengan Balai Benih Padi Maros, dan pengendalian hama dan penyakit serta gulma
Terdapat dua strategi yang perlu diterapkan pada IP Padi 400 adalah pertama rekayasa sosial. dan rekayasa teknologi. Rekayasa sosial perlu ditangani lebih awal, mengantisipasi perilaku para petani  yang belum terbiasa melaksanakan IP Padi 400. Perlu berbagai upaya rekayasa sosial yaitu (a) advokasi (b) pengorganisasian komunitas petani (c) pengembangan jaringan untuk menjalin kerjasama (d) pengembangan kapasitas dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dan (e) pengembangkan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi). Strategi kedua, yaitu Rekayasa Teknologi dengan menggunakan varietas unggul yang berumur sangat genjah (90-104 hari), berproduksi tinggi, teknologi hemat air, tanam benih langsung, persemaian culikan, serta pengembangan sistem monitoring dini.
Program IP Padi 400 dicapai melalui empat tahap yaitu : (1) Tahap Rancang Bangun dan Penelitian (2008-2014) yang bertumpu pada perakitan padi umur ultra genjah (varietas padi umur kurang dari 90 hari); (2) Tahap Uji Lapang dan Sosialisasi (2009-2010); (3) Tahap Pengembangan (2011- dst) yang akan diterapkan pada lahan sawah seluas 1,5 juta ha; dan (4) Tahap Evaluasi dan Pemantapan (2010-dst). Saat ini IP Padi 400 telah memasuki tahap uji coba yang dilaksanakan mulai Musim Hujan II 2009 (Januari/Februari 2009) sebagai musim tanam II (MT II)  yang dilaksanakn di beberapa Kebun Percobaan yang berlokasi di Pusakanegara (Sukamandi                                                                                                     Munculnya ide untuk meningkatkan IP Padi menjadi 400 ini bermula dari keinginan untuk memanfaatkan ruang dan waktu yang ada. Selama untuk lahan beririgasi teknis selama setahun, dengan kondisi air yang memungkinkan, indeks pertanaman mencapai IP 300 (tiga kali tanam). Dengan umur varietas yang saat ini digunakan mencapai 110 hari, maka total hari selama setahun untuk tiga kali musim tanam mencapai 330 hari, ada waktu 30 hari untuk istirahat. Adapun cara untuk mencapai ip 400, yaitu dengan cara menggunakan varietas ultra genjah yang berumur kurang dari 85 hari per musim tanam. Varietas ultra genjah inilah yang bakal mengawal pelaksanaan IP Padi 400.                                                        Pola tanam IP 400 merupakan suatu pola tanam padi yang dilakukan sebanyak empat kali tanam dalam setahun. Benih padi yang digunakan yaitu Varitas Hybrida yang sudah diuji daya kecambah kurang lebih 90 porsen daya tumbuh antara lain varitas mekongga, sintha, cigleyies. Varitas ini adalah hasil uji coba dengan produksi mencapai kurang lebih 6 ton perhektar gabah kering giling. Kajian ini hasil ubinan di Balai pada tahun 2008 dengan sendirinya layak untuk dikaji para widyaiswara, para penyuluh pertanian bahkan kepada ketua kelompok tani sehingga dapat diimplementasikan kepada petani lain di sekitar wilayah lahan kerja Balai.
            Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan atau pengembangan IP padi 400 perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut sebagai asupan teknologi:
Ø  Pola Tanam
Pola
Luas / musim
(ha)
Musim Tanam (MT)
MH I
(MT I)
MH II
(MT II)
MK I
(MT III)
MK II
(MT IIII)
A
0,25
VUG
Ciherang
VUG
Ciherang
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
B
0,25
VUG
Ciherang
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
C
0,25
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
VUSG
Silugonggo
D
0,25
VUG
Ciherang
VUG
Ciherang
VUG
Ciherang
-
Superimpose*
0,25
GUG, VUUG,
VUSprG, VUG,VUS, VUD
GUG, VUUG,
VUSprG, VUG,VUS, VUD
GUG, VUUG,
VUSprG, VUG,VUS, VUD
GUG, VUUG,
VUSprG, VUG,VUS, VUD
Tabel 1. Rencana penelitian pola tanam IP Padi 400

Keterangan : * Menanam berbagai verietas / galur genjah, sangat genjah,dan ultra genjah selain varietas Ciherang dan Silugonggo.
1.      GUG         : Galur Ultra Genjah <85 hari
2.      VUUG      : Varietas Umur Genjah <85 hari
3.      VUSprG    : Varietas Umur Super Genjah 85-94 hari
4.      VUSG       : Varietas Umur Sangat Genjah, 95-104 hari (Silugonggo)
5.      VUS          : Varietas Umur Genjah >105-124 hari (Ciherang)
6.      VUS          : Varietas Umur Sedang > 125-164 hari (IR42, Cisokan)
7.       VUD        : Varietas Umur Dalam > 165 hari, kelompok varietas local

           Rancangan uji coba Pola Tanam IP 400, ada 4 rancangan uji coba pola tanam IP Padi  400 disesuaikan dengan macam varietas yang ditanam dan taksiran hasil selama satu tahun sebagai berikut :
1.   Dua kali tanam varietas umur genjah Ciherang (105-124) dan 2 kali tanam varietas umur sangat genjah Silugonggo (90-104) dengan taksiran hasil 24 ton GKP/tahun.
2.   Satu kali tanam varietas genjah Ciherang dan 3 kali tanam varietas umur sangat genjah Silugonggo dengan taksiran 22 ton GKP/tahun.
3.   Empat kali tanam varietas umur sangat genjah Silugonggo dengan taksiran hasil 20 ton GKP/tahun.
4.   Tiga kali tanam varietas umur genjah Ciherang dengan taksiran hasil 21 ton GKP/tahun.
2. Persemaian
· Gunakan benih bermutu yang bernas sebanyak 25 kg/ha.
· Pesemaian dibuat di luar lahan atau menggunakan kotak/besek dengan media tanah dan bahan organik seperti kompos, pupuk kandang.
3. Pengolahan tanah
· Pengolahan tanah secara sempurna atau pengolahan tanah minimum.
· Tanpa olah tanah (TOT).
· Tanam pindah (Tapin).
· Teknik gogorancah.
5. Penanaman
· Dengan menanam dua kali varietas padi berumur genjah seperti Ciherang dan varietas berumur sangat genjah seperti Dodokan, apabila ditanam menggunakan persemaian antara 15-22 hari maka akan memakan waktu lebih dari satu tahun (2 x 115 hari + 2 x 85 hari = 400 hari). Agar IP padi 400 tidak melebihi 365 hari maka persemaian harus disiapkan pada lahan lain atau persemaian kering sebelum panen.
6. Pemupukan
· Pada PTT penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah.
· Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
· Sedangkan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) digunakan untuk mengukur status hara P, K, dan pH tanah yang dapat dikerjakan secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, dan cukup akurat.
· Limbah organik seperti sisa-sisa tanaman, arang sekam, abu dapur dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik untuk pemeliharaan kesuburan lahan.
7. Pengairan
· Lakukan teknik pengairan berselang dalam satu musim tanam.
· Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah baru diairi lagi.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
· Pada daerah endemik suatu hama/penyakit dapat ditanam varietas padi yang tahan hama/penyakit tersebut.
· Hama dan penyakit utama yang perlu mendapat perhatian adalah hama tikus, wereng coklat, penggerek batang, dan penyakit tungro.
9. Panen dan Pascapanen
· Penentuan umur panen
· Alat panen
· Cara dan sistem pemanenan


BAB 3. KESIMPULAN

Dari uraian diatas terlihat bahwa IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu, sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dan mensinergikan antara bioteknologi dan hibridisasi konvensional yang didukung oleh sistem perbenihan yang handal. Dengan menggunakan system pola tanam ip 400 sarana produksi tanaman padi akan meningkat.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Padi IP 400 (On Line). http://www.warintek.progressio.or.id. Diakses tanggal 8 November 2010. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang.

Badan Litbang Pertanian. 1999. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1999-2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Subandi. 2004. Peran inovasi dalam produksi padi IP 400. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sutoro, Y., Soeleman dan Iskandar. 2006. Budidaya Tanaman Padi IP 400. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis Budidaya Padi  Lahan Lebak. Balittra. Puslibang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.  


No comments:

Post a Comment