Efek
Residu Fungisida Berbahan Aktif Mancozeb 80 %
Terhadap Jamur Filosfir dan Rhizosfir
Sebagai Dampak Pengendalian Penyakit Busuk Daun
(Phytophthora
infestans) Mont de Barry Pada Tanaman
Kentang
The
Residual Effect Of Mancozeb 80 % Fungicide On Phyllospheric and Rhizospheric
Fungi as an Impact of the Late Blight Disease
(Phytophthora
infestans) Mont
de Barry on Potato
Ignatius Julijantono
Mahasiswa Program Pascasarjana Unibraw, Malang /
Staf MD PT. Tanindo Subur Prima Surabaya
Liliek Sulistyowati dan Tutung
Hadi Astono
Staf Pengajar Program
Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Penyakit
busuk daun pada tanaman kentang yang disebabkan oleh jamur P. infestans
merupakan salah satu penyakit penting yang dapat menimbulkan kerusakan serius pada
tanaman kentang, terutama pada musim penghujan. Untuk mengendalikannya petani
lebih banyak menggunakan fungisida yang memiliki cara kerja sebagai racun
kontak dan sistemik. Fungisida dengan bahan aktif Mancozeb 80 % banyak
digunakan petani terutama pada musim penghujan dengan merk dagang Dithane M-45.
Dengan bahan aktif yang sama, Mancozeb 80 % banyak beredar dengan merk dagang
yang lain yaitu Victory 80 WP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas Mancozeb 80 % dalam mengendalikan penyakit busuk daun kentang serta
dampak residu yang ditimbulkannya terhadap kehidupan jamur-jamur filosfir dan
rhizosfir. Percobaan lapang dilaksanakan di kebun percobaan Universitas
Brawijaya di Dusun Sumberbrantas Desa Tulungrejo Batu (1800 dpl) pada bulan Desember
2001 sampai Maret 2002, sedangkan percobaan laboratorium dilaksanakan di
Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya dan Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya.
Percobaan
lapang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan : Victory
80 WP konsentrasi 0.5 gr/l (V1), 1 gr/l (V2), 1.5 gr/l (V3), 2 gr/l (V4), 2,4
gr/l (V5), 3 gr/l (V6), Dithane M-45 konsentrasi 2.4 gr/l (D1) dan 3 gr/l (D2)
sebagai pembanding serta Kontrol (k), Masing-masing perlakuan diulang 4 kali.
Data dianalisa dengan Analisis Ragam (ANOVA) dan uji lanjutannya menggunakan
Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) taraf 5 %, sedangkan tingkat residu pada daun
dan dalam tanah dianalisa menggunakan alat Gas Kromatografi (GC) dengan
standart Mancozeb murni dari PT. Tanindo Subur Prima Surabaya.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aplikasi fungisida Mancozeb 80 % mampu menekan
tingkat serangan penyakit busuk daun pada tanaman kentang. Intensitas serangan
terkecil dicapai pada aplikasi Victory 80 WP konsentrasi 3 gr/l dengan
mempertahankan hasil tertinggi sebanyak 8.40 ton/Ha. Aplikasi fungisida
Mancozeb 80 % dengan konsentrasi yang semakin meningkat, akan meninggalkan
residu yang semakin tinggi pada daun dan
dalam tanah serta berpengaruh terhadap penurunan populasi jamur-jamur
filosfir dan rhizosfir yang hidup pada permukaan daun dan di dalam tanah.
______________________
Kata kunci : Mancozeb 80 %, Residu, Filosfir,
Rhizosfir
ABSTRACT
Late
Blight which is caused by the P. infestans fungi is an important disease
causing damage to potato, especially in the rainy season. To control it, the
farmers more make the fungicide that have protective and sistemic act. Mancozeb
80 % fungicide more make farmers especially in the rainy season with Dithane
M-45 trade mark. Others with the have active ingredient same, in free market
there are Victory 80 WP. This study is aimed at determining the effectivness of
Late Blight chemical control by using Mancozeb 80 % Fungicide, and the residual
effect on phyllospheric and rhizospheric fungi. This study was conducted in
field trial Brawijaya University (1800 m above sea level) from December 2001
throught March 2002, Mycology Laboratory Brawijaya University and Health
Laboratory Surabaya.
The
experiment was carried out on site by simple Randomized Completely Block Design
with nine treatments; Spraying with Victory 80 WP 0.5 gr/l (V1), 1 gr/l (V2),
1.5 gr/l (V3), 2 gr/l (V4), 2.4 gr/l (V5), 3 gr/l (V6), Dithane M-45 fungicide
spray of 2.4 gr/l (D1) and 3 gr/l (D2) as comparison and without fungicide
spray (k). Each treatment was applied with four replications. The data were
analized by ANOVA and Duncan ’s
Multiple Range Test (DMRT) on p=0.05. The Mancozeb 80 % residual on leave and
soil was analyzed by the Gas
Cromatography (GC) with standart pure Mancozeb from PT. Tanindo Subur Prima
Surabaya.
The
result of the study indicate that Mancozeb 80 % fungicide application was able
to suppress the intensity of Late Blight attack on potato. The intensity of the
disease smallest with application of Victory 80 WP concentration 3 gr/l with
highest production 8.40 ton/ha. The residues of Mancozeb 80 % on leave and soil
more increase with application Mancozeb 80 % fungicide that increase and it
influence the number of phyllospheric and rhizospheric fungi colonies.
______________________
Key words : Mancozeb 80 %, Residues, Phyllospheric,
Rhizospheric.
PENDAHULUAN
Penggunaan
pestisida dalam bidang pertanian telah menunjukkan hasil dalam menanggulangi
merosotnya produksi akibat serangan jasad pengganggu. Bahkan penggunaan
pestisida mampu menyelamatkan paling tidak sepertiga dari kehilangan hasil
akibat penyakit (Dibiyantoro, 1995).
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pestisida telah meluas pada beberapa
komoditi pertanian, salah satunya komoditi kentang. Pada tanaman kentang
perlakuan fungisida banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk daun
yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
infestans (Mont )
de Barry. Bahkan sampai sekarang pendekatan teknik pengendalian masih
tergantung pada penggunaan fungisida.
Hasil
survey tahun 2001 (Abadi, et.al, 2001) terhadap petani-petani sayuran di
Batu Malang menunjukkan bahwa para
petani melakukan aplikasi fungisida antara 2-3 kali setiap minggu dengan dosis
1 kg/200 liter air atau setara dengan konsentrasi 5 gr/liter air. Penyemprotan
fungisida dapat ditambah intervalnya bila cuaca dianggap menguntungkan bagi
pertumbuhan jamur P. infestans. Diantara fungisida yang biasa digunakan oleh
petani adalah yang berbahan aktif Mancozeb 80 %.
Di
Indonesia fungisida berbahan aktif Mancozeb sangat luas digunakan petani
kentang untuk mengendalikan penyakit busuk daun. Petani kentang rata-rata
menggunakan fungisida Mancozeb sebanyak 25 kg setiap hektar dalam satu musim
tanam (Anonim, 1999). Dengan total area penanaman kentang mencapai 64.971
hektar dan kebutuhan fungisida sebanyak 25 kg setiap hektarnya, maka total
fungisida Mancozeb yang beredar di Indonesia mencapai 1.624.275 kg atau 1.624,3
ton setiap musim tanam kentang. Di
Jawa Timur sendiri, luas penanaman kentang mencapai jumlah 6.796 hektar dengan
total kebutuhan fungisida golongan Dithiocarbamat (Dithane dan Antracol)
mencapai jumlah 169.900 kg atau 169,9 ton setiap musim tanam (Anonim, 1999).
Dampak
samping penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit busuk daun di lahan
tanaman kentang adalah adanya residu yang tertinggal di dalam tanah dan tanaman
kentang. Semakin banyak tanaman kentang disemprot dengan fungisida maka akan
berpengaruh terhadap akumulasi residu pada daun dan di dalam tanah. Perilaku pada daun dan di dalam tanah dapat
mengalami pencucian oleh hujan, mengalami degradasi kimia oleh mikroba,
bioakumulasi fungisida oleh mikroba, perubahan tingkat populasi mikroba pada
daun dan tanah dan sebagainya.
Sehubungan dengan semakin luasnya
penggunaan bahan aktif Mancozeb 80% dan mengingat penyakit busuk daun kentang
terus mengancam produktifitas tanaman kentang, maka perlu penelitian untuk
menguji efektifitas fungisida Mancozeb 80% dalam mengendalikan penyakit busuk
daun kentang. Penelitian juga dilakukan
terhadap efek residu fungisida Mancozeb yang diaplikasikan pada bagian daun
tanaman, di dalam tanah sekitar tanaman serta kehidupan jamur-jamur non target
yang berada pada permukaan daun dan yang terdapat di dalam tanah.
Metode Penelitian
Penelitian lapangan
dilaksanakan di areal Kebun Percobaan Universitas Brawijaya Malang di Dusun
Sumber Brantas Desa Tulung Rejo Batu dengan ketinggian ± 1800 mdpl. Percobaan dimulai pada bulan Desember 2001 samapai Maret 2002. Penelitian laboratorium dilakukan di
Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang dan Untuk analisis residu pada daun dan tanah dilaksanakan di Laboratorium
Kesehatan Surabaya .
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Lapangan
Penelitian
lapangan disusun menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan
diulang sebanyak 4 kali. Tanaman kentang varietas granola yang peka terhadap P.
infestans ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 50 cm dengan satu umbi tiap lubang
tanam. Fungisida Victory 80 WP yang diuji meliputi 6 perlakuan dengan 2
pembanding dari bahan aktif sejenis dan ditambah 1 kontrol tanpa perlakuan
fungisida. Aplikasi pertama diberikan setelah umur 14 hst dan selanjutnya diberikan
interval 7 hari sekali. Jumlah aplikasi diperkirakan mencapai 10 kali. Untuk
mengendalikan hama
Trips sp, Aphids sp dan lalat daun diaplikasikan insektisida Curracron,
Confidor dan untuk mengendalikan penyakit busuk daun hanya diberikan fungisida
sesuai dengan perlakuan. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
analisis ragam (ANOVA) dan selanjutnya beda antar perlakuan diuji dengan
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) taraf 5 %.
Penelitian Laboratorium
Pengujian Senyawa Mancozeb 80 % Secara In
Vitro
Penelitian
pengujian senyawa Mancozeb 80 % secara In Vitro menggunakan metode kertas
saring menurut Sharvelle (1979) dan Dekker (1983). Perlakuan yang diuji dalam
percobaan ini meliputi 9 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali serta disusun
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Langkah
pertama dalam pengujian secara In Vitro adalah membuat media Rye Seed Agar yang
memiliki komposisi Biji Rye sebanyak 100 g, Dextrose 5 g, Air 500 ml serta
antibiotika pymaricin sebanyak 0.05 gr, dimasukkan dalam autoclave untuk
dilakukan sterilisasi. Kemudian menuang 10 cc media yang telah mencair dengn
suhu 50 0 C ke dalam cawan petri sampai memadat. Langkah selanjutnya adalah
menumbuhkan inokulum jamur yang berasal dari tanaman kentang yang sakit ke dalam
medium Rye Seed Agar. Langkah tersebut adalah untuk memperoleh inokulum jamur
P. infestans yang murni. Apabila diperoleh inokulum jamur yang murni, maka
dapat dilakukan pengujian secara In Vitro. Dalam pengujian ini pertama adalah
membagi daerah luasan cawan petri yang akan ditempatkan konsentrasi
masing-masing perlakuan fungisida menjadi 4 bagian sama besar. Masing-masing
luasan tersebut diletakkan bulatan kertas saring yang telah direndam dengan
larutan fungisida sesuai konsentrasi. Satu biakan jamur dalam medium Rye Seed
Agar terdapat bulatan kertas saring yang telah direndam dengan larutan
fungisida, selanjutnya diinkubasikan pada suhu kamar selama 5-7 hari.
Pengamatan meliputi perkembangan jamur dan penghambatan fungisida terhadap
perkembangan jamur tersebut dengan cara mengukur diameter pertumbuhan jamur
yang terhambat pada cawan petri. Persentase penghambatan dinyatakan dalam rumus
(Johson, 1972) sebagai berikut :
Daya hambat (%) = Æ jamur kontrol - Æ jamur terhambat x 100
Æ jamur kontrol
Jumlah Jamur-jamur Filosfir
Pengamatan
juga dilakukan terhadap kehidupan jamur-jamur filosfir (jamur non target),
dengan cara mengisolasi jenis-jenis dan populasi jamur dari daun kemudian ditumbuhkan secara
In Vitro dalam media PDA. Jumlah jamur dihitung dari banyaknya koloni yang
tumbuh pada media dikalikan dengan faktor pengenceran. Masing-masing koloni
dari setiap genus yang tumbuh dipisahkan sebagai biakan murni dan
diidentifikasi. Identifikasi dilakukan selain berdasarkan bentuk dan warna
koloni dengan pengamatan visual, juga berdasarkan buku-buku manual identifikasi
yang ada (Barnett, 1962). Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu
sebelum aplikasi, satu hari setelah aplikasi ke 5 dan satu hari setelah aplikasi
ke 6.
Residu Fungisida Pada Daun
Untuk
mengetahui kadar residu Mancozeb yang tertinggal pada daun, digunakan Gas
Kromatografi dengan standart Mancozeb murni yang diperoleh dari PT. Tanindo
Subur Prima. Pengambilan sample daun dilakukan sebelum aplikasi, sehari setelah
aplikasi ke 5, dan sehari setelah aplikasi ke 6. Pengambilan sample dilakukan
dengan mengambil sample secara diagonal dengan lima titik pengambilan. Jumlah daun yang
diambil masing-masing 3 pucuk. Ekstraksi sample dilakukan secara langsung pada
saat sample masih segar. Langkah ini dilakukan sesuai dengan sifat Mankozeb
yang tidak stabil dan mudah hilang pada sample yang akan dihitung secara
kuantitatif (Sudirman, 2002). Pengujian dengan Gas Kromatografi Penyaringan,
Pemurnian dan Injeksi ke dalam kolom (Anonim, 1990). Pada Proses penyaringan,
sample dari daun dan tanah ditimbang sebanyak 250 gram dan ditambahkan
Acetonitril serta 5 gram Na2SO4 anhidrat granuler, kemudian diblender dan
disaring. Proses selanjutnya adalah memasukkan sebanyak 93 ml filtrat dalam
corong pisah yang berisi 100 ml petroleum eter, dikocok selama 5 menit, dan
membuang lapisan air yang terpisah pada bagian bawah. Pada sisa larutan
ditambahkan 200 ml Na2SO4 2 %, dikocok selama 2 menit, dan membuang lagi sisa
air yang terpisah. Pada corong biasa diberi glass wall dan Na2SO4 anhidrat
granuler pada lapisan atas, dilewatkan pada corong untuk disaring. Proses
selanjutnya adalah pemurnian. Pada proses pemurnian glass wall ditempatkan pada bagian bawah kolom kromatografi dan
ditambahkan 1.6 gram fluoricyl serta 1.6 gram Na2SO4 anhidrat Granuler, kolom dicuci dengan 50 ml heksan, kemudian
dengan 50 ml metanol, dan membuang cairan pencuci. Elusi dengan 11 ml heksan,
ditampung masing-masing dalam labu erlemeyer dan diuapkan sampai 0.5 ml diatas
water bath.. Sample yang telah diuapkan diatas water bath diambil sebanyak 10
mikroliter dengan menggunakan syringe, kemudian di injeksikan ke dalam kolom
melalui septum secara bersamaan dengan menekan tombol start. Dilayar monitor diagram
kromatogram yang terbentuk dapat dimati. Perhitungan nilai kuantitatif residu
yang terdapat pada sample menggunakan rumus :
μg/L
(ppm) = A x B x C x D
E x F x G
Dimana :
A : Konsentrasi larutan standart pestisida (μg/ μl)
B : Tinggi puncak hasil pemurnian (mm)
C : Volume akhir hasil ekstraksi ( μl)
D : Faktor Pengenceran (bila ada)
E : Tinggi puncak larutan standart (mm)
F : Volume hasil pemurnian yang disuntikkan ( μl)
G : Volume atau berat dari contoh atau spesimen yang
di ekstrak (ml atau gram).
Pengambilan
sample daun dilakukan sebelum aplikasi, sehari setelah aplikasi ke 5, dan sehari
setelah aplikasi ke 6. Pengambilan sample dilakukan dengan mengambil sample
secara diagonal dengan lima
titik pengambilan. Jumlah daun yang diambil masing-masing 3 pucuk.
Jumlah jamur-jamur Rhizosfir
Jumlah
populasi jamur rhizosfir di ukur dengan menggunakan metode cawan pengenceran.
Metode tersebut dilakukan dengan cara mengambil sample tanah sebanyak 1 gram
dan dimasukkan kedalam 99 ml aquadest steril dan dikocok hingga homogen, 1 cc
suspensi tanah pada pengenceran pertama (10-2) dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berisi 9 cc aquadest steril, dikocok hingga homogen sehingga diperoleh
suspensi dengan pengenceran 10-3). Dengan cara yang sama dibuat pengenceran
selanjutnya sampai pada pengenceran 10-5. Proses selanjutnya yaitu menuang
media PDA sebanyak + 10 cc yang telah dicairkan pada suhu 50 0C kedalamcawan
petri yang telah disiapkan. Apabila media dalam cawan petri telah memadat,
selanjutnya mengambil 1 cc suspensi jamur dari masing-masing seri pengenceran
dengan memakai pipet steril dan dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi
media PDA. Kemudian
kultur diinkubasikan pada suhu kamar selama 7 hari (Gams et al, 1975; Cappucino dan Sherman, 1983).
Setiap
koloni jamur yang tumbuh dalam cawan petri dianggap identik dengan satu
propagul dalam tanah. Jumlah koloni dalam cawan petri kemudian dikalikan dengan
faktor pengenceran sehingga diperoleh angka perkiraan populasi jamur tanah per
gram tanah. Isolat yang tumbuh kemudian diisolasi lebih lanjut untuk diamati
dibawah mikroskop dan diidentifikasi. Identifikasi didasarkan atas buku manual
yang ada meliputi Bentuk dan Warna
koloni, miselium dan bentuk spora. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali
yaitu sebelum aplikasi pertama, dua hari setelah aplikasi kelima dan dua hari
setelah aplikasi kedelapan.
Residu Fungisida Dalam Tanah
Residu Mancozeb dalam tanah dianalisa
dengan metode yang sama seperti yang dilakukan pada sample daun.
Sample tanah diambil secara diagonal
dengan lima titik pengambilan sample disekitar
tanaman. Pengambilan sample dan analisis residunya dilakukan 3 kali yakni
sebelum aplikasi, sehari setelah aplikasi ke 5 dan sehari setelah aplikasi ke
6.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Intensitas Penyakit Busuk
Daun (P. infestans)
Berdasarkan data pengamatan pada Tabel 3,
menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi fungisida berbahan aktif Mancozeb 80 %
berpengaruh nyata terhadap intensitas
serangan penyakit busuk daun. Pada pengamatan terhadap intensitas serangan,
gejala infeksi busuk daun mulai tampak pada saat umur tanaman 21 hst, tetapi
aplikasi fungisida belum memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga bahwa
sebelum melakukan infeksi yang ditunjukkan dengan gejala, zoospora yang
merupakan spora aktif jamur P. infestans
maupun konidiumnya telah menyebar pada seluruh petak perlakuan. Spora kembara
dan konidium ini dihasilkan oleh bagian konidiofor dari infeksi awal. Penyebaran yang merata, kemudian akan
dilanjutkan dengan keluarnya haustorium dari bagian infektif tersebut.
Penetrasi awal melalui stomata dilakukan dengan menggunakan haustorium, sebagai
alat penetrasi untuk mengambil nutrisi. Infeksi akan terlihat dalam beberapa
jam saja setelah proses penetrasi. Saat terlihat gejala, maka saat itu patogen
telah memperbanyak diri dan mengkolonisasi jaringan tumbuhan dengan luas
tertentu. P. infestans merupakan patogen yang polisiklik (Agrios, 1996),
artinya dalam satu musim tanam, patogen sangat cepat menyelesaikan daur
hidupnya. Daur hidup P. infestans ini akan berdampak pada produksi dan
penyebaran spora, sehingga penyebaran penyakit juga akan cepat terjadi.
Pengaruh penggunaan fungisida mulai
terlihat setelah aplikasi kedua saat tanaman berumur 28 hst. Aplikasi fungisida dengan konsentrasi 3
gr/l memberikan penekanan terhadap intensitas
serangan tertinggi. Penekanan terhadap intensitas serangan dapat dilihat pada
fungisida Victory 80 WP konsentrasi 3 gr/l. Sampai akhir aplikasi, fungisida
Victory 80 WP konsentrasi 3 gr/l memberikan penekanan terhadap intensitas
serangan terbaik, dibandingkan dengan Dithane M-45 konsentrasi 3 gr/l. Kedua fungisida ini memiliki bahan aktif yang
sama, yaitu Mancozeb 80 %. Menurut
(Djojosumarto, 2000) ada dua variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungisida. Yaitu evaluasi biologis dan evaluasi fisik. Evaluasi biologis didasarkan
atas pengaruhnya terhadap organisme sasaran. Pengaruh ini tidak terlepas dari
adanya bahan pembawa (carrier), bahan perata atau kandungan bahan aktifnya
sendiri. Dan kedua adalah evalusi fisik, yaitu didasarkan atas ukuran droplet,
penutupan (coverage) dan recoveri dari fungisida yang diaplikasikan. Di lapang,
meskipun tidak terdapat data kuantitatif, Victory 80 WP memiliki penutupan yang
lebih baik dibandingkan dengan Dithane M-45.
Secara kuantitatif dapat dilihat dari hasil analisis residu yang
terdapat pada daun dan tanah, pada pembahasan variabel yang lain dibagian
selanjutnya. Disamping itu dari pengujian terhadap kelarutan yang dihitung
dalam waktu 3 menit, saat dijatuhkan dalam gelas ukur 100 ml secara bersamaan,
Victory 80 WP begitu menyentuh air langsung terdispersi sehingga menyisakan
endapan yang lebih sedikit dibanding dengan Dithane M-45. Kecepatan dispersi
dan kelarutan dalam air ini, menunjukkan adanya ukuran partikel yang lebih
kecil (Anonim, 1992) sehingga dilapang daya lekat pada sasaran lebih lama dan
tidak mudah tercuci oleh hujan, dengan demikian akan memberikan perlindungan
yang lebih lama pada daun dari serangan jamur. Perlindungan yang lebih lama
pada permukaan daun berdampak pada berkurangnya
KESIMPULAN
Aplikasi fungisida
Mancozeb 80 % mampu menekan tingkat serangan penyakit busuk daun pada tanaman
kentang. Intensitas serangan terkecil dicapai pada aplikasi Victory 80 WP
konsentrasi 3 gr/l dengan mempertahankan hasil tertinggi sebanyak 8.40 ton/Ha.
Aplikasi fungisida Mancozeb 80 % dengan konsentrasi yang semakin meningkat,
akan meninggalkan residu yang semakin tinggi pada daun dan dalam tanah serta berpengaruh terhadap
penurunan populasi jamur-jamur filosfir dan rhizosfir yang hidup pada permukaan
daun dan di dalam tanaman
No comments:
Post a Comment