Saturday, February 18, 2012

Kutu Daun Kapas (Aphis gossypii Glover)


Kerajaan      Animalia      
Divisi                    Arthropoda  
Subphylum   Hexapoda    
Kelas           Insecta        
Subkelas      Pterygota    
Infrakelas    Neoptera     
Pesanan      Hemiptera    
Subordo      Sternorrhyncha      
Superfamili Aphidoidea  
Keluarga      Aphididae    
Marga         Wereng       
Jenis             Aphis gossypii Glover



            Kutu Daun Kapas merupakan sejenis serangga yang dianggap perosak. Ia menyerang dengan menghisap cecair dari daun muda, bunga jantan dan bahagian pucuk pokok.Kutu daun kapas termasuk dalam famili Aphididae ordo Hemiptera, serangga ini bertubuh lunak, berukuran 4-8 mm. Kelompok Aphids biasanya berkoloni di bawah permukaan daun atau sela-sela daun, hama ini mengekskresikan embun madu, adanya embun madu yang dikeluarkan kutu daun dapat dilihat dengan terdapatnya semut atau embun jelaga yang berwarna hitam. Munculnya embun jelaga ini menyebabkan permukaan daun tertutupi sehingga akan menghambat         proses         fotosintesis.

Gejala   serangan
            Hama ini mengisap cairan daun, sehingga daun tanaman menggulung, sedangkan pucuk tanaman menjadi keriting. Aphids juga merupakan vektor penyakit virus. Pada fase nimfa dan imago dapat mengisap cairan pada dasar bunga, sehingga mengakibatkan bentuk bunga rusak. Gejala Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hijau kekuningan. Kutu menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga). Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun.
Siklus    hidup
            Perkembangan kutu daun
kapas secara partenogenetik dan vivipar. Di daerah tropis umumnya populasi kutu daun kapas dengan cepat, populasi kutu daun kapas sangat tinggi pada awal musim kering, sedangkan pada periode kering yang panjang dan hujan lebat populasinya sangat menurun. Kebanyakan telurnya hidup di musim dingin, kemudian menghasilkan individu-individu yang tidak bersayap dan bersayap. Pada jenis bentuk-bentuk yang bersayap ini pindah ke tumbuhan inang yang berbeda dan proses produksi berlanjut. Di daerah tropis untuk menyelesaiakan satu siklus hidupnya diperlukan waktu rata-rata 8,2-11, 4 hari.

Teknik    pengendalian
            Hama Aphids
kapas bisa dikendalikan dengan cara melakukan penanaman serempak, sehingga tidak ada perbedaan umur tanaman dalam satu hamparan. Dengan melihat gejala serangan di permukan daun yang kelihatan mengkilap, maka bisa dilakukan penyemprotan dengan pestisida. Pestisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan Aphids kapas adalah Confidor 200 SL, Curacron 500 EC, dan Pegasus 500 SC. Selain itu Ada beberapa serangga menguntungkan yang membantu untuk mengendalikan populasi aphid melalui parasitisme dan predasi. Parasit untuk aphid ini ditemukan di Hawaii termasuk Aphelinus gossypi (Timberlake) dan testaceipes Lysiphlebus (Cresson). Beberapa pemangsa termasuk spp Chrysopa., Nesomicromus vagus (Perkins), Zelus renardii.                                                     
Bioekologi
      Secara umum bertubuh lunak, berbentuk seperti buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 250C dan 3 minggu pada suhu 150C. Bentuk kutu daun kapas ini bersayap, seksual atau aseksual, menetap atau berpindah-pindah tempat. Pada daerah tropis yang perbedaan musimnya kurang tegas, kutu ini tinggal pada inangnya selama setahun sebagai betina-betina yang vivipar partenogenesis. Kutu dewasa biasanya berpindah tempat untuk menghasilkan kutu-kutu baru yang belum dewasa dan membentuk koloni baru.
      Pengendalian Monitoring diutamakan pada tunas-tunas muda. Pengendalian dilakukan apabila populasi hama ini dinilai bisa menghambat atau merusak pertumbuhan tunas. Sebagai penular penyakti, ambang kendali untuk kutu ini berkisar 25-30 ekor viruliverous. Di alam kutu ini dikendalikan oleh musuh-musuh alami dari famili Syrpidae, Coccinellidae, Chrysopidae. Secara kultur teknis, penggunaan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu. Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind yang diaplikasikan melalui saputan batang.                                                                                                                                 Jenis semut dan kutu daun tertentu memiliki hubungan yang disebut simbiosis. Dalam simbiosis, binatang berbeda jenisnya saling membantu. Kutu daun merupakan serangga kecil yang bergerak lamban, hidup pada tumbuh-tumbuhan dan memakan nektar, nektar itu dihisap dari batang pohon dengan mulutnya yang tajam dan panjang. Sewaktu dicerna, nektar berubah menjadi bahan manis yang disebut embun madu. Bahan ini kemudian dikeluarkan oleh kutu melalui organ yang disebut kornikula. Embun madu ini makanan kegemaran semut merah, yang memakan sebanyak yang dapat dihasilkan oleh kutu daun itu. Dengan memelihara ternak kutu daun, semut memiliki cadangan yang selalu siap sedia.                                         Untuk melindungi cadangan embun madunya, semut sangat memperhatikan kutu daun miliknya. Misalnya, semut memindahkan kutu itu ke tempat yang banyak nektarnya, dan apabila wilayah pencarian makanan itu menjadi terlalu padat, semut akan memindahkan kutu itu ke wilayah yang lebih longgar. Semut juga menyerang setiap serangga yang mencoba memakan kutu daun itu, sekalipun si penyerang mungkin jauh lebih besar daripada semut itu sendiri.                                                                                                                          Ilmuwan belum memperoleh kepastian kapan atau bagaimana hubungan istimewa ini dimulai. Akan tetapi, dengan ditemukannya semut serta kutu daun yang telah menjadi fosil bersama-sama, terbukti bahwa dua jenis serangga ini telah saling membantu sekurang-kurangnya sejak 30 juta tahun yang lampau. Kisah semut dan kutu daun tersebut, menurut Stephen R Covey, disebut efektivitas, yang merupakan keseimbangan antara produksi dan kemampuan produksi.                                                                                        Produksi merupakan hasil yang dinginkan, yaitu embun madu. Sedangkan kemampuan produksi adalah kemampuan atau aset yang menghasilkan embun madu, yaitu kutu daun. Semut berusaha untuk memelihara dan menjaga kutu daun sebaik-baik, agar kutu daun tersebut tetap menghasilkan embun madu. Semut melakukan tindakan yang efektif.

No comments:

Post a Comment