Saturday, April 21, 2012

ARTI PENTING PENGERINGAN DALAM MENINGKATKAN MUTU BENIH


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kemajuan pembnguan pertanian, benih memainkan peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetic yang baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas pula. Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama, oleh karena itu kita perlu mengupayakan bagaimana agar benih ini tetap berkualitas, dalam arti kalau disemai memberikan prosen kecambah yang tinggi dan bila di tanam pada lahan yang bervariasi keadaanya bisa tumbuh baik, kematiannya kecil. Oleh karena itu kita harus memperhatikan dan menggunakan cara-cara yang tepat dalam pengunduhan dan penanganannya.
Sampai saat ini program penanaman selalu diawali dengan pengumpulan biji dari sumber benih yang telah ada disuatu wilayah yang bersangkutan, baik dari sumber benih yang secara alami sudah ada maupun dari hutan tanaman yang sudah ditetapkan untuk sumber benih. Agar pengumpulan biji ini bisa sesuai dengan target yang diharapkan maka instansi yang bergerak di bidang perbenihan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi panen biji pada tanaman, serta faktor-faktor apa yang bisa dikendalikan agar panen bisa terjadi setiap tahun.
Penanganan benih setelah panen seperti pengeringan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu fisik dan fisiologis benih.  Berbagai hasil penelitian terhadap pengeringan benih menunjukkan adanya penurunan mutu fisik akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan alat pengering maupun dengan sinar matahari.  Pengeringan secara alami menggunakan energi panas yang bersumber dari sinar matahari biasa dilakukan dengan menjemur tongkol jagung di atas lantai jemur, demikian pula dengan biji jagung yang telah dipipil.  Namun ada juga yang melakukan penjemuran tongkol maupun biji jagung beralaskan terpal untuk menghindari kotoran-kotoran dan memudahkan pengumpulan benih di lapangan.
Pengeringan terhadap benih merupakan suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Pengeringan benih dapat terjadi sebelum benih tersebut dipanen. Hal ini terjadi bila kemasakan benih terjadi pada saat cuaca panas/musim kemarau. Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air. Tetapi sebaliknya, jika benih diletakan dalam ruangan dengan RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.
Selain bersifat hygroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium dengan kondisi sekitarnya. Benih juga bersifat seperti spon yaitu dapat menyimpan air yang diserap sampai seimbang dengan keadaan di sekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalambenih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengeringan benih?
2.      Bagaimana Macam-macam metode pengeringan benih yang baik dan benar?
3.      Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.      Agar mengetahui pentingnya pengeringan benih
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih
3.      Untuk mengetahui macam-macam metode pengeringan


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih yang akan kita simpan.  Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurunkan kadar air (Kartaspoetra, 2003).
Kadar air sangat berpengaruh terhadap kehidupan benih. Pada benih ortodoks, kadar air saat pembentukan benih sekitar 35-80% dan pada saat tersebut benih belum cukup masak untuk dipanen. Pada kadar air 18-40%, benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi, serta benih peka terhadap serangan cendawan, hama dan kerusakan mekanis. Pada kadar air 13-18% aktivitas respirasi benih masih tinggi, benih peka terhadap cendawan dan hama gudang, tetapi tahan terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 10-13%, hama gudang masih menjadi masalah dan benih peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 8-10%, aktivitas hama gudang terhambat dan benih sangat peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8% merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dengan kemasan kedap udara.  Kadar air 0-4% merupakan kadar air yang terlalu ekstrim, dan pada beberapa jenis biji mengakibatkan terbentuknya biji keras. Penyimpanan benih pada kadar air 33-60% menyebabkan benih berkecambah (Sutopo, 1990).
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke bagian permukaan benih. Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka tekanan kelembaban yang terjadi akan merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitas benih (Justice dan Bass, 2000).
Pada benih ortodoks, pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur benih atau menggunakan mesin hingga kadar air benih mencapai 4-5%. Dalam pengeringan benih, suhu udara pengeringan dianjurkan tidak lebih dari 400C dengan RH yang dialirkan minimal 45%. Menurut Boyd dan Deluouche (1990) suhu pengeringan yang optimal untuk pengeringan benih tidak lebih dari 450C. Pada benih yang dengan minyak tinggi seperti kacang tanah dan kedelai, dianjurkan suhu pengeringan dan RH masing-masing tidak lebih dari 370C dan 45% .
Penanganan benih setelah panen seperti pengeringan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu fisik dan fisiologis benih.  Berbagai hasil penelitian terhadap pengeringan benih jagung menunjukkan adanya penurunan mutu fisik akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan alat pengering maupun dengan sinar matahari (Arief, 2009).
Menurut Utomo (2006), kandungan kadar air benih 10-20% pada waktu pemanenan adalah normal pada kebanyakan benih jenis ortodoks. Benih ortodoks yang belum masak maupun benih rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%. Buah yang dikumpulkan ketika cuaca lembab merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri.
Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka kecepatan pengeringannya tinggi. Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat lambat menjadi cepat akan meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan pengeringan akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar air benih. Hal ini berarti semakin menurun kadar air benihnya maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama (Rasaha, 1999).


BAB 3. PEMBAHASAN

Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih,dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Kandungan air benih sangat menentukanlamanya penyimpanan. Sebagai contoh benih kedelai dengan kandungan air 15% (atas dasar  berat basah) tidak aman untuk disimpan. Pada 14% hanya disimpan bila temperature rendah,tetapi pada 13% ia dapat disimpan selama setahun. Pada kandungan air 12% yang menjadi mutu pasaran ia bertahan selama 3 tahun , sedangkan pada 10% benih kedelai akan dapat bertahanselama 4 tahun. Pada umumnya penyimpanan sampai lima tahun membutuhkan penurunan kandungan air sebanyak 2% dari kandungan air untuk penyimpanan setahun.
Penjemuran biji dengan panas sinar matahari merupakan salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dan umum dilakukan oleh para petani di Indonesia. Pada benih-benih tertentu pengeringan tidak bisa dilakukan secara langsung. Misal benih tomat harus melalui perlakuan pendahuluan dengan pemeraman yang tujuannnya untuk memisahkan biji dari bahan- bahan yang melapisinya, barulah setelah itu biji dicuci bersih dan dapat dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengam memakai suatu alat pengering (Articial drying) atau dengan penjemuran di bawah sinar matahari (sun drying).
Untuk pengeringan biji yang dipergunakan sebagai sebagai benih harus diperhatikan temperature udara sebaiknya antara 32o- 43oC (90o± 110oF). Bila pada pengeringan benihdigunakan temperature udara yang tinggi maka pengeringan akan berlangsung cepat. Tetapi padagabah pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan timbulnya retak-retak atau ³sun cracking´karena tenperatur di bawah sinar matahari langsung di daerah tropis dapat mencapai di atas 160o F (71oC). pada beberapa jenis biji, pengeringan yang terlalu cepat dapat ppula menyebabkanimpermeabilitas kulit biji melalui perubahan sstruktur pada testa. Bagian luar biji menjadi keras tetapi bagian dalamnya masih basah.
Mengeringkan benih merupakan bagian yang sangat penting dari proses penyimpanan benih. Jika benih tidak dikeringkan dengan baik maka benih akan membusuk ketika disimpan. Berikut merupakan beberapa metode dalam pengeringan benih:
1.      Pengeringan dengan sinar matahari
Pengeringan benih dengan penjemuran merupakan cara yang tradisional di indonesia. Keuntungannya adalah bahwa energi yang didapat dari energi sinar matahari murah dan berlimpah terutama di daerah tropis. Namun kerugian dari cara ini adalah : kadar air benih tak merata, penjemuran tergantung pada keadaan cuaca, waktu yang diperlukan lebih lama,dan banyak tenaga kerja yang diperlukan.
2.      Pengeringan dengan alat pengering/mekanis (artificial-drying)
Dikenal tiga pengeringan secara mekanis:
a)    Pengeringan tanpa pemanasan, pengeringan ini dilakukan di daerah yang udaranya relatif kering, di mana kelembaban nisbi di bawah atau sekitar 70%
b)   Pengeringan dengan pemanasan tinggi, dilakukan dengan aliran atau tiupan udara yang kontinu tinggi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui suatu alat pemanas
c)    Pengeringan dengan tambahan pemanasan, digunakan suhu rendah misalnya ditambahkan 10oF (-12,2oC) di atas suhu lingkungan.Karena suhu yang digunakan tidak tinggi sehingga dapat menjaga kualitas benih serta lebih aman dalam pelaksanaannya
Keuntungan cara ini adalah :
ü Suhu dapat diatur dan kadar air benih dapat merata
ü Tidak tergantung iklim
ü Waktu pengeringan lebih pendek
ü Mudah diwasi dalam pelaksanaannya
Ada bermacam-macam alat pengeringan mekanis tergantung dari bahan yang digunakan dan tujuan pengeringannya missal: batch-drier, continuous flow machine, cabinet drier,air lift drier, spray drier, drum drier, vacuum drier, dan lain-lain
Waktu yang dipergunakan untuk pengeringan benih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Kondisi benih yang akan dikeringkan
Benih dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan kadar air yang rendah sesudah pengeringan maka akan memakan waktu pengeringan yang lama. Tebal tipisnya kulit biji juga menentukan lamanya pengeringan
2.      Tebalnya timbunan benih
Tebal tipisnya timbunan benih mempengaruhi lamanya pengeringan. Hal ini juga tergantung pada jenis , besar, bentuk dan berat biji.
3.      Temperatur udara
Semakin tinggi temperatur udara maka makin cepat pengeringannya. Sebaiknya temperatur untuk pengeringan benih diatur antara 950-1040C, temperatur yang terlalu tinggi akan merusak benih.
4.      Kelembaban nisbi
makin tinggi kelembaban nisbi udara makin lama pengeringan berlangsung.
5.      Aliran udara
Angin mengangkut uap air dari benih sehingga mempercepat proses pengeringan. Kalaukecepatan angin besar maka pengeringan dapat berlangsung lebih cepat
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal. Adapun tujuan pengeringan itu sendiri yaitu: Meningkatkan daya simpan benih, Mempertahankan viabilitas benih, Menghasilkan benih berkualitas, Mempertahankan daya fisiologi benih, dan  Menambah nilai ekonomis. Maka dari itu dilakukan pengeringan dalam menangani masalah pasca panen.
    .
.BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1.    Pengeringan benih dilakukan agar dapat mengurangi kadar air benih sampai taraf yang aman untuk penyimpanan dan mempertahankan presentase viabilitas benih.
2.    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan adalah waktu, metode, dan sistem pengeringan, kebutuhan energi, dan sumber panas.
3.    Ada beberapa metode dalam pengeringan yaitu pengeringan tradisional (dengan matahari) dan pengeringan mekanis (dengan mesin)

4.1 Saran       
Saran yang bisa kami sampaikan mengenai pentingnya pengeringan pada mutu benih adalah, sebaiknya dalam melakukan pengeringan benih kita harus mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan benih dan juga metode-metode dalam melakukan pengeringan benih, sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari benih itu sendiri.      




DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. 2009. Mutu  Benih Jagung  Pada Berbagai Cara Pengeringan. Seminar Nasional, 1(1): 261-271

Boyd dan Deluouche. 1990. Seed technology and its biological basis.  CRC Press. Boca Raton, FL.

Justice dan Bass. 2000. Physiology of Seed Deterioration. Crop Science Society of America, Inc.  Madison, Wisconsin, USA.

Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Rasaha, C. A., 1999. Refleksi Pertanian. Pusataka Sinar Harapan, Jakarta

Sutopo L, 1990. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Utomo, M. 2006. Memproduksi Benih Bersertifikat, PS, Jakarta

No comments:

Post a Comment