Friday, April 13, 2012

laporan pembuatan pestisida nabati


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Permasalahan
Belakangan ini penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri (Daniel, 2008).
Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
            Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air hujan. Tanaman Azadirachta indica Juss.( Glick, B.R. 1995)
            Tanaman Azadirachta indica Juss mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana Azadirachta indica Juss, digunkaan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb, 1986). Daun Azadirachta indica Juss juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997).
            Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).

1.2  Tujuan
      Untuk mengetahui beberapa jenis pestisida nabati beserta cara- cara pembuatan pestisida nabati.


BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1       Tempat dan Waktu
      Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Hama. Dan pada waktu hari Kamis tanggal 18 November 2010. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
2.1       Ekstrak Daun Mimba
2.1.1        Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan adalah Air tajin 1000 ml, Alcohol 40%, Daun Nimba sebnyak 200 gr, Blender, Botol/jurigen, EM4, Molase , Serai, Jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, bawang merah, bawang putih, dan brotowali,
2.1.2      Cara Kerja
1.                   Memotong kecil-kecil Serai, Jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, bawang merah, bawang putih, dan brotowali, dan daun mimba, kemudian di blender sampai halus dan bersifat homogen. Air yang di gunakan untuk menghaluskan adalah air tajin sebanyak 1000ml.
2.                   Setelah semua bahan halus dan bersifat homogen masukkan cairan molase, alcohol 40% dan EM4 masing-masing sebanyak 100ml kedalam jurigen.
3.                   Setelah itu menutup rapat-rapat jurigen, kemudian di simpan selama 15 hari pengamatan dan dilakukan pengamatan.

2.2  Ekstrak Daun Sirsak
2.2.1  Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang diperlukan adalah 1000 ml air, 25 lembar  daun sirsak, Blender, Botol/jurigen, sabun colek 0,5 gr, 10 cm jeringau, dan bawang putih
2.2.2        Cara Kerja
1.                   Memotong-motong Daun sirsak, jeringau, dan bawang putih dihaluskan dengan blender dengan volume air secukupnya sampai hancur/halus
2.                   Memasukan bahan yang telah halus tersebut dimasukkan kedalam jurigen/botol plastic dan ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr kemudian gojok
3.                   Melakukan penyimpanan selama 2 hari dan dilakukan  pengamatan.

2.3  Ekstrak Belengse
2.3.1  Bahan Dan Alat
Alat dan bahan yang diperlukan adalah daun nimba 200 gr air sebanyak 1000 ml, sabun colek 0,5 gr, lengkuas, serai, Blender, dan Botol/jurigen

2.3.2  Cara Kerja
1.               Daun Nimba, lengkuas, dan daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil  dihaluskan dengan blender sampai menjadi larutan yang homogen dengan menggunakan air sebanyak 1000 ml.
2.               Setelah halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan kedalam botol plastic/jurigen.
3.               Larutan disimpan selama 1 hari dan dilakukan pengamatan

  
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Hasil
3.1.1 Ekstrak Daun Sirsak
                                                                                Perubahan
No
Tanggal/ Hari
Bentuk
Warna
Bau
1
18/11/2010
Pagi
Cair
Hijau
Amis

Sore
Cair
Hijau
Amis
2
19/11/2010
Mengental +Mengendap
Hijau
Menyengat

Sore
Mengental +Mengendap
Hijau
Menyengat

3.2  Pengamatan Belengse

No
Tanggal/ Hari
Waktu
Bentuk
Warna
Bau
1
18/11/2010
Pagi
-
Hijau Tua
-
2
18/11/2010
Sore
-
Hijau Tua
-

3.3 Pengamatan Ekstrak Nimba
Nama Ekstraksi
Tanggal
Perubahan Bentuk
Warna
Bau
Ekstraksi Daun Nimba+ EM4
18/11/2010
Pagi
Sore

-
-

Coklat Tua
-

-
-

19/11/2010
Pagi
Sore

Terjadi Pengendapan antara cairan dan daun yang dihaluskan

-
-

Menyengat
-

20/11/2010
Pagi
Sore

-
-

-
-


21/11/2010
Pagi
Sore

-
-

-
-


22/11/2010
Pagi
Sore

-
-
-
-


23/11/2010
Pagi
Sore

Tidak terjadi perubahan masih sama seperti hari sebelumnya

Warna menjadi coklat tua

Semakin Menyengat

24/11/2010
Pagi
Sore

-
-

-


25/11/2010
Pagi
Sore

-
-



26/11/2010
Pagi
Sore

-
-




27/11/2010
Pagi
Sore

-
-



28/10/2010
Pagi
Sore

-
-



29/10/2010
Pagi
Sore
Mengeluarkan gelembung dan setelah dibuka mengeluarkan gas
Warna berubah menjadi coklat yang lebih muda
Baunya sangat menyengat

30/10/2010
Pagi
Sore
Mengeluarkan gelembung dan setelah dibuka mengeluarkan gas
Warna berubah menjadi coklat yang lebih muda
Baunya sangat menyengat

1/12/2010
Pagi
Sore
Mengeluarkan gelembung dan setelah dibuka mengeluarkan gas
Warna berubah menjadi coklat yang lebih muda
Baunya sangat menyengat






3.4 Pembahasan
             Tanaman Mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman obat yang
memiliki berbagai macam kegunaan. Salah satu kegunaannya sebagai biopestisida
(larvasida). Daya larvasida daun mimba berasal dari kandungan aktifnya yang disebut azadirachtin dan salanin.  (Anonim, 1989; Hartwe11,1987; Perry, 1980). Berbagai metode pengujian untuk mengetahui aktivitas biologis suatu senyawa dari bahan alam telah diperkenalkan. Uji sitotoksik merupakan salah satu pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel yang merupakan syarat mutlak untuk obat-obat antikanker. Teknik sulforho damine B (SRB) adalah salah satu dari beberapa metode uji sitotoksik in vitro yang baik dan sensitive untuk memprediksi senyawa sitotoksik dari bahan alam (Perez et al., 1993; Skehan et al., 1990).
            Tanaman mimba (Azadirachta indica) termasuk familia Meliaceae.Mimba,
terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi
metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian
(pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obatobatan).8 Diantarnya
adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin yang merupakan
kandungan bermanfaat baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan).8 Berdasar penelitian yang dilakukan oleh RD Ndione, O Faye, M Ndiaye, A Dieye, dan JM Afoutou pada tahun 2007, dengan menggunakan bijij daun mimba terhadap larva Aedes aegypti Linnaeus 1762, yang juga mengandung azadirachtin, salalinin, meliantriol, nimbin dan nimbidin, mampu membunuh larva Aedes aegypti.1 Ekstrak daun mimba berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti. Mimba tidak membunuh hama secara cepat namun memiliki mekanisme kerja menurunkan nafsu makan dan menghambat pertumbuhan dan reproduksi. Azadirachtin merupakan penurun nafsu makan dan ecdyson blocker (penghambat hormone petumbuhan serangga). Salanin merupakan salah satu penurun nafsu makan. (Gofron. 2009.)
            Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) sehingga serangga enggan mendekati tanaman tersebutNimbin dan Nimbidin, memiliki aktivitas antimikroba, antifungi dan antiviral, pada manusia dan hewan. Daun mimba jugadapat digunakan dalam membantu berbagai masalah kesehatan. Air yang dicampur ekstrak mimba digunakan untuk mandi dan untuk menyembuhkan ruam merah kulit karena panas dan kulit yang melepuh.Senyawa-senyawa yang bdikandung daun mimba seperti azadirachtin, salanin dan meliantriol tersebut itulah yang diduga dapat memberikan efek larvasida dari ekstrak ethanol daun mimba. Selain itu, tanaman mimba mudah ditemukan disekitar lingkungan kita, namun sangat disayangkan masih minimalnya pemanfaatan dari tanaman mimba ini (Kardiman A. 2008)
Mimba mempunyai nama lain : Antelaea azadirachta (L.) Adelb., Azedarach fraxinifolia Moench, Melia azadirachta L., M. fraxinifolia Adelb., M. indica (A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes
Nama umum/dagang: Mimba
Nama daerah/lokal : Mimba, Nimba (sunda), Intaran (Bali, Nusa Tenggara), Imbau (Jawa Timur), Mempheuh, Membha (Madura).
Dari praktikum yang kami lakukan kali ini, kelompok kami menggunkan daun mimba basah dan kering sebagai bahan yang digunakan untuk pestisida nabati.kita menggunakan daun mimba kering dan basah bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari dua jenis daun tersebut. Pada daun mimba yang kering warna larutan yang sebelumnya diendapkan selama 2 hari berwarna adalah coklat kehijauan dan daun mimba yang basah warna larutan yang sebelumnya diendapkan selama 2 hari berwarna coklat kekuningan. Dan bau dari endapan tersebut pesing. Dalam praktikum ini, larutan tersebut terdapat endapan, endapan pada daun mimba kering adalah coklat kekeringan sedangkan pada daun mimba basah adalah hijau kekuningan. Berat massa jenis serbuk lebih besar daripada berat massa jenis air, sedangkan air yang digunakan adalah 100 ml. Akibatnya larutan tersebut terdapat endapan. kedudukan tanaman mimba
diklasifikasikan sebagai berikut
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Infraphylum : Radiatopses
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Superorder : Rutanae
Order : Rutales
Suborder : Meliineae
Family : Meliaceae
Subfamily : Clusioideae
Genus : Azadirachta
Specific epithet : indica – A.Juss
Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss
Gambar 1. Pohon Mimba
            Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba tidak boleh dikeringkan di bawah sinar mataharii karena dapat menghilangkan efek insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan(Ndione RD,2007 )
            Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan dengan menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga didapatkan ekstrak yang kental. Dalam hasil pengamatan dapat kita peroleh hasil yaitu banyak terjadi endapan antara cairan yang di dalam botol. Karena penggunaan pestisida nabati ini hanya berfungsi untuk satu kali pemakaian. Jadi hari kedua tidak dapat diaplikasikan lagi(Daniel, 2008)
                      Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida nabati yaitu,degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari,memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian.memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif.selain itu juga dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia,hitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani ( Okumu FO,2006)
      Ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn)                                                                                                                                               
Gambar 3 Ket: Ekstrak Belengse                  Gambar 2. Ekstrak Sirsak
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol.Bahan nabati segar sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut metanol p.a sebanyak 100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan blender. Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5% dan selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan. Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut air. Bahan nabati segar sebanyak 100 g dicincang kemudian
diekstrak dengan pelarut air dengan perbandingan 1:3. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/ blender selama 15 menit. Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain halus dan selanjutnya larutan siap digunakan sebagai perlakuan. Aplikasi ekstrak bahan nabati. yang Setelah itu, daun dikeringanginkan dan ditimbang. Pada hasil pratikum yang kita peroleh yaitu Pengamatan dilakukan 2 hari denga perlakuan pada pagi dan sore. Dengan parameter pengamatan yaitu bentuk, warna, dan bau. Bentuknya mengental dan mengendap.
            Ektrak Belengse yaitu Kepanjangan dari Nimba, lengkuas, dan Serai. Pengamatannya hanya dilakukan 1hari pada waktu pagi dan sore. Terdapat perubahan bentuk yaitu pada warna hijau tua. Lengkuas merupakan salah satu obat alam yag telah banyak digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional. Minyak atsiri dari rimpang lengkuas telah banyak diketahui dapat mencegah serangan terhadap jenis jamur Dermatofit.
            Ekstrak EM4  digunakan untuk percampuran dengan menggunakan ekstrak daun nimba. Berfungsi sebagai bahan perombak. Pada pengamatan ini dilakukan selama 15 hari dengan waktu pagi dan sore. Ini bertujuan untuk lebih mengetahui spesifik dari perubahan bentuk, warna, dan bau. Pada molase yaitu berfungsi  yaitu air gula. Berfungsi sebagai perekat.
                                                                                                           
        
Gambar 4 Ket: Ekstrak EM4                                         Gambar 5 Ket: Molase



BAB 4. SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1.          Dari hasil data praktikum yang kami peroleh kali ini kesimpulan yang kami peroleh yaitu,Kita bisa mengetahui cara pembuatan pestisida nabati dan juga cara pengaplikasiannya terhadap tanaman serta kita tahu jenis tanaman apa saja yang bias di buat untuk pestisida nabati.dari hasil yang ada
2.          Dapat dilihat pada warna larutan yang terbuat dari  daun mimba basah setelah diendapkan selama 2 hari adalah coklat kekuningan.sedangkan pada daun mimba kering setelah diendapkan selama 2 hari adalah coklat kehijauan dan juga berbau seperti air kencing(pesing).Daun mimba mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin sehingga daun mimba dapat mengendalikan hama serangga.

4.2 Saran
      Pada praktikum kali ini untuk menghasilkan pestisida nabati yang berkualitas lebih baik ranting dari daun yang akan di gunakan untuk pstisida nabati di buang.selain itu praktikan harus bisa membedakan antara daun mindi dan daun mimba.yang paling penting untuk pengumuman pengumpulan laporan lebih baik jangan dadakan,karena kita tidak bias mengerjakan laporan dengan sempurna.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Limbah Batang Tembakau Potensial Sebagai Pestisida Nabati dan Bahan Kompos. info@litbang.deptan.go.id. (diakses pada tanggal 12 desember 2009

Choirin Rohmayati dan Khusnul Khotimah. Pemanfaatan ekstrak daun nimba Untuk pengawetan makanan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.Agriculture Journal. Vol:2.

Daniel. “Pestisida Nabati dan aplikasinya pada tanaman”. Farmacia Vol.7 No.7. 2008

Djaenudin Ghalib dan Darmono.Pengaruk Ekstrak Lengkuas Putih ( Alpinia galanga.L) terhadap infeksi Trichopyton mentagrophytes pada kelinci.2008.Jurnal Ilmu kefarmasian indonesia. Hal 57-62.Vol 6, No 2 Balai besar penelitian Veteriner Jl. R.E Martadinata No 30. Bogor. Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta

Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by free-living bacteria.
Can. J. Microbial. 4: 109-117

Gofron. 2009. Revolusi Hijau. kompos.com/revolusihijau. (diakses pada tanggal 12 Desember 2009).

Heviandri, R. 1989. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.) pada Kangkung terhadap PerkembanganLarva Spodoptera litura F. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kardiman A dan Dhalimi A. “MIMBA (Azadirachta indica A.Juss) Tanaman
Multi Manfaat”. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No. 1, 2003

No comments:

Post a Comment