Friday, April 13, 2012

Nematoda par 2

Kemungkinan Peningkatan Hasil Jagung dengan Pemendekan Batang
NEMATODA  

CIRI-CIRI UMUM :
1.      mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau  PSEDOSELOMA.
2.      Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).

STRUKTUR ANATOMI
SISTEM INTEGUMEN, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.

SISTEM DIGESTI, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada), esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum (ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.
SISTEM SYARAF, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.
SISTEM REPRODUKSI, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA CAUDAL  sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.



SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
A.  secara langsung : 1. Melalui larva infektif  :                 Ancylostoma sp.
                                  2. melalui telur infektif  :                    Ascaris sp., Trichuris sp.

Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula  menembus kulit.

Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan).  contoh : Ascaris sp.

B.  secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI)          Dirofilaria sp., Thelazia sp.

1.      Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes definitif.
2.      Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3.      Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.

Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
1.      Migrasi
a.       migrasi melalui pembuluh darah
b.      migrasi melalui pembuluh limpatic
2. tidak mengalami migrasi.








ORDO ASCARIDIDA

GENUS : ASCARIS
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi, tetapi tidak ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
MORPOLOGI, cacing Ascaris suum berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang tebal serta memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan subventral dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter penampang lintang 3 mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan diameter penampang lintangnya 5 mm.

SIKLUS HIDUP
Dalam perkembangannya, cacing A. suum melalui dua fase perkembangan yakni fase eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak)

Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan faeses dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan menyilih menjadi larva stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak babi apabila telur tertelan.

Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif. Didalam usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel parenkem hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh organ tubuh. Jika babi bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat mencapai kelenjar susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak berkembang lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang didalam tubuh keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar dari kapiler alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing (iritasi terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke dalam usus halus. Di dalam usus halus larva III menyilih menjadi larva IV dan menyilih untuk menjadi larva V (dewasa).

Cacing betina  dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har, dan diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60 mikron, berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya dilapisi oleh lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk tonjolan yang bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris ).
HOSPES DEFINITIF DAN PREDILEKSI, berparasit pada babi dan predeleksinya didalam usus halus.

GENUS : PARASCARIS

Merupakan cacing nematodadengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Ujung posterior cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut tumpul dengan sayap kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum.
SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda termasuk zebra dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 – 28 cm dan diameternya 3-6 mm, spikulanya sama besar dengan panjang 2 – 2,5 mm. Cacing betina panjangnya 18 – 50 cm dengan diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak  1/ 4 anterior tubuh, telurnya berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit tebal berbintik-bintik halus.
SIKLUS HIDUP, sama dengan A. suum.

GENUS : TOXOCARA
Dikenal 3 spesies penting yaitu : Toxocara canis, T. cati  dan T. Vitulorum

1.   Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik halus.
2.   Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
3.   Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba dan kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit. Cacing jantan panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5 mm. Ujung posteriornya meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing betina panjangnya 30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh. Telurnya berukuran 75-95 X 60 – 75 mikron.  SIKLUS HIDUP, sama dengan A. suum

GENUS : TOXASCARIS
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus anterior terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada ujungnya berlobus dua.
SPESIES, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing, rubah dan berbagai filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing jantang panjangnya 2 – 7 cm dengan diameter1,5 – 2 mm. Sedangkan cacing betina panjangnya 2 – 10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior tubuh. Telur mempunyai kulit yang tebal dan halus dengan ukuran 5 – 85 X 60 –75 mikron.
SIKLUS HIDUP, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk kedalam mukosa usus untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi dewasa.

GENUS  : OXYURIS

SPESIES : O. equi., dijumpai didalam usus besar dari bangsa kuda di seluruh dunia. Cacing jantan Panjang 9 – 12 mm dan betina sampai 150 mm.
MORPOLOGI,  Oesofagus sempit ditengah. Yang jantan mempunyai spikulum 120 – 150 mikron. Ekor memiliki 2 pasang papilla besar dan beberapa papilla kecil. Cacing betina muda berwarna hampir putih, agak melengkung dan memiliki ekor pendek dengna ujung membulat runcing. Cacing berwarna keabuan atau kecoklatan dengan ekor langsing. Telur bulat panjang, agak mendatar pada ujungnya dengan sumbat pada satu ujungnya. Ukuran telur 90 X 42 mikron.

SIKLUS HIDUP
Cacing betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah pembuahan, betina yang dewasa kelamin mengembara ke rectum dan merayap ke luar melalui anus. Telur dilepaskan dalam gerombolan-gerombolan di kulit daerah perianal. Perkembangan telur cepat dan menjadi stadium infektif dalam 3-5 hari. Telur infektif dapat mencapai daerah perianal dan menetas disitu, namun biasanya telur-telur terjatuh ditanah. Pada keadaan lembab telur dapat hidup dalam beberapa minggu, tetapi pada kondisi kurang menunjang telur akan mati. Infeksi terjadi karena menelan telur infektif. Larva infektif terbebas di dalam usus halus dan larva stadium III akan dijumpai didalam mukosa cryptus dari colon dan caecum. Larva stadium 4 akan dijumpai sekitar 8 – 10 hari setelah menelan telur. Dewasa kelamin akan dicapai sekitar 4-5 bulan setelah infeksi.


GENUS : ASCARIDIA
SPESIES : Ascaridia galli, A. columbae, A. dissimilis yang predeleksinya di dalam usus halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai burung liar di seluruh dunia.
MORFOLOGI : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling besar pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir yang berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya bulbus posterior.
            Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Mempunyai sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada gubernakulum.
            Cacing betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh).
            Telur cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak bersegmen dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 – 92 X 45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir setiap hari.

  SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk larva, telur infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira 10 hari dan sangat tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga bulan pada tempat yang  teduh tetapi cepat terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.
            Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi secara mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium II. Setelah menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan masuk kedalam mukosa usus halus sampai ± hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
GENUS : HETERAKIS

Spesies yang penting adalah heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari ternak unggas, bebek, mentog, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi alae yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae. Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7 mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran 65-80 u X 35 – 46 mikron.

SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja saat defikasi, kemudian telur cacing diluar tubuh hospes berkembang menjadi stadium II yang infektif setelah 14 hari (270 C), tetapi perkembangan biasanya lebih lama sampai beberapa minggu pada suhu yang lebih rendah. Telur sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan tahan sampai berbulan-bulan.
 Bila hospes menelan telur infektif, larva menetas dalam usus halus setelah 1-2 jam. Sekitar 4 hari kemudian cacing-cacing muda tersebut berada dalam mukosa caecum dan dapat merusak kelenjar disitu. Didalam kelenjar larva stadium II berada selama 2-5 hari sebelum melanjutkan perkembangan di dalam lumen. Pada 6 hari setelah infeksi menyilih menjadi stadium III, kemudia pada  hari ke-10 menyilih menjadi stadium IV dan pada hari ke-15 menjadi dewasa. Periode prepaten adalah 24-30 hari setelah infeksi.
            Cacing tanah dapat membantu sebagai reservoir (inang paretenik), dimana dalam tubuh cacing tanah parasit berada sebagai larva stadium II. Infeksi terjadi karena memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium II.



ORDO RABDITIDA
GENUS : STRONGYLOIDES
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik didalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah PARTHENOGENETIK dan telur dapat berkembang diluar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan betina. Cacing ini esofagus panjang dan bentuk selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan tubuh posterior, ekor pendek dan telur telah berembrio.

Bentuk bebas : adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di pertengahan tubuh.
Bentuk parasitik : esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.

SIKLUS HIDUP
Terjadi bentuk parasitik sempurna dan non parasitik sempurna dan terjadi kombinasi dari kedua bentuk. Betina parthenogenetik dijumpai terbenam di dalam mukosa usus halus. Bentuk ini memproduksi telur transparan berdinding tipis  yang dikeluarkan bersama tinja. (kecuali S. stercoralis, telur ini menetas didalam tinja dan larva stadium I dijumpai didalam tinja).
            Larva stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium 3 yang infektif (siklus Homogenik), atau berkembang menjadi bentuk jantan dan betina bebas yang akan dapat memproduksi larva infektif (siklus heterogenik). Bila kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang dominant dan bila tidak menunjang siklus homogenik yang dominant.
            Pada siklus heterogenik larva stadium I ditransformasikan secara cepat sehingga dalam 48 jam terbentuk cacing jantan dan betina bebas yang dewasa kelamin. Melalui kopulasi, betina bebas memproduksi telur yang akan menetas dalam beberapa jam dan kemudian mengalami metamorposa menjadi larva infektif. Hanya satu generasi larva yang diproduksi oleh betina bebas.
            Pada siklus homogenik larva stadium I cepat mengalami perubahan menjadi larva III (infektif) yakni sekitar 24 jam pada suhu 27 0C. infeksi pada hospes vertebrata terjadi dengan menembus kulit, tetapi dapat juga secara oral dan menembus mukosa mulut/esofagus dan dibawa bersama darah ke paru-paru, memecah alveoli – bronchiole – bronchus – trachea – pharing dan tertelan. Periode prepaten 5 – 7 hari. Infeksi prenatal terjadi pada S. ransomi, pada babi dan S. papillosus pada sapi. Dan juga melalui air susu.


ORDO : STRONGYLIDA

GENUS : STRONGYLUS

Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding dorsal. Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk daun yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external pada lubang mulut dan corona radiata internal pada dinding sebelah dalam capsulla buccalis. Bursa pada cacing jantan berkembang sempurna dan kuat yang memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
            Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk zebra. Warna cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam saluran pencernaan yang tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 38-47 mm, dengan penampang 2 mm. Capsulla buccalis oval dan memiliki corona radiata external dan internal. Pada pangkal dari capsula buccalis terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi subventral yang lebih kecil. Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari cacing betina terletak sekitar 12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 – 85 u X 40-75 mikron.
Spesies lain :  S. edentatus, S. vulgaris, S. asini.

SIKLUS HIDUP
            Telur –telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi. Dinding telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin dan membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu 20-24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva stadium bebas. Setelah menetas, larva berada pada stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri , kemudian terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva stadium II. Bentuk rhabditiform esofagus berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya masih tetap berasal dari stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak makan bakteri  dari alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula makanan yang tersimpan didalam sel-sel intestinum.
Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama makanan.
            Larva stadium infeksius bersifat :
1.      geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.
2.      Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva merayap naik pada pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
3.      Migrasi terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.

Kemampuan hidup larva pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu, kelembaban, suhu dan sinar matahari. Karena persedian makanan terbatas, kondisi yang mendukung pergerakan maka larva lebih cepat mati. Pada musim panas, larva tidak dapat hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada musim dingin dapat hidup setahun atau lebih.
            Infeksi terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva stadium infektifselanjutnya yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi didalam usus halus hospes.
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas hari setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi ke rongga peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8 minggu. Antara 2-4 bulan setelah infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum hepatika dan pergi ke rongga peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat infeksi, terbentuk larva stadium 5 dan menuju ke sekum dan kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.

GENUS : HAEMONCHUS

MORFOLOGI :   Cacing  Haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga disebut juga cacing ” Barberpole” , cacing lambung berpilin atau cacing kawat pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam abomasum kambing, sapi, kambing dan ruminansia lain.
            Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk percabangan seperti huruf  Y dan berwarna mengkilat.
            Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai  ” Flaf anterior” yang menutupi permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap hari.  Telur berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah mengandung 16-32 sel).

SIKLUS HIDUP
            Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif.  Larva III akan merayap keatas daun atau rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap menunjang.
            Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk menghisap darah.  Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.
Spesies lain :
1.      H. placei , berpredeksi didalam lambung sapi, tetapi juga menginfeksi domba dan ruminansia lain. Morfologi sangat mirip dengan H. contortus hanya spikulum cacing jantan lebih panjang dengan kait-kait terminal panjang juga, sedang cuping vulva cacing betina bentuknya mengecil seperti bintil.
2.      H. similis, menginfeksi lambung sapi dan kadang-kadang domba.


GENUS : OESOPHAGUSTOMUM

MORFOLOGI, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula. Merupakan parasit pada caecum dan colon pada ternak sapi, kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut cacing nodular, sebab larva cacing  membentuk nodular pada intestinum.
            O. columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing jantan Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang sekitar 0,45 mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
            O. radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
            O. dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.

SIKLUS HIDUP
            Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium bebas sama dengan Strongylus sp.  Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum dalam waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit dalam usus halus dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni pylorus sampai ke rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 –2,5 mm setelah 5-7 hari, larva kembali masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke empat dan berubah menjadi cacing dewasa.  Telur tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari infeksi. Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang lebih lama pada anak domba.

GENUS  : STEPHUNURUS

MORFOLOGI
Cacing in memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang penting yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi. Dijumpai didalam jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding ureter. Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen lainnya serta alat-alat di rongga thorak.  Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Cacing jantan panjangnya 20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya. Capsula bukalis berbentuk cawan dengan dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada jantan kecil dengan alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak dekat dengan anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70 mikron.

SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat [perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada stadium ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva stadium preinfektif sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur menetas setelah 24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah mengalami dua kali ekdisis.
            Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit.   Cacing tanah dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa emoebocyte dari cacing tanah dan dapat hidup disini selama beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus larva infektif segera akan lepas setelah infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian, yaitu pada dinding lambung atau kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan sistem sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul hati dan menembus kapsul hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai jaringan perirenal dan menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang melanjut menghubungkan diri dengan ureter.

GENUS  : BONUSTOMUM

MORFOLOGI
Merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi dan kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang papan chitine pada tepi ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub ventral yang kecil. Tidak mempunyai gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa berkembang dengan baik dan memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur tumpul membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai granula yang berwarna gelap.
SPESIES :  B. trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing
                   B. phlebotomum  dijumpai didalam usus halus sapi.

SIKLUS HIDUP
Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui kulit. Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju ke paru-paru dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium keempat, memiliki capsula bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari. Periode prepaten 30-56 hari.
Larva infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam pasture yang terus menerus basah.

GENUS  : SYNGAMUS

MORFOLOGI
Speies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.

SIKLUS HIDUP
Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan, kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
            Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode prepaten 17 – 20 hari setelah infeksi.




GENUS    : ANCYLOSTOMA
MORFOLOGI
            Cacing Ancylostoma sp. Juga dikenal dengan cacing tambang. Cacing dewasa berukuran relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu atau kemerahan tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran pencernaannya. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut mengarah ke antero dorsal. Capsul buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi pada tepinya dan lancet segitiga ” Trianguler ” atau gigi dorsal yang berada didalamnya.
            Cacing jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin tunggal, dimana bursa cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya sempurna dan sepasang spikulum sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm, terdapat gubernakulum bermuara pada kloaka yang terletak pada bursa tersebut. Testis terdapat hanya satu, berbentuk seperti tubulus yang dimulai kira-kira disebelah anterior dari kelenjar air mani yang berjalan ke anterior sampai sebatas kelenjar cervicalis anterior, kemudian berbalik kebelakang membentuk saluran yang berkelok-kelok sampai dipertengahan tubuh cacingdan kemudian tubulus melebar membentuk vesicula seminalis. Saluran reproduksi ini kemudian dilanjutkan dengan duktus ejakulatorius. Ada sepasang spikula yang juga bermuara pada kloaka berfungsi untuk mengarahkan pancaran air mani kedalam saluran reproduksi cacing betina, sedangkan bursa kopulatrik berfungsi untuk memegang tubuh cacing betina pada saat kopulasi.
            Cacing betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan, dimana vulvanya terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya. Uterus dan ovarium cacing betina mempunyai bentuk yang berkelak-kelok dan dilanjutkan dengan oviduct. Sel telur yang dibuahi akan mengalami perkembangan dengan jalan pembelahan sel, selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh cacing setelah memiliki 2-8 selbersama tinja saat defikasi. Telur cacing berbentuk ovoid dengan ujung membulat atau tumpul, terbungkus dari dinding telur yang tipis dengan ukuran 56-75 X 34-47 mikron.

SIKLUS  HIDUP
            Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi, pada lingkungan yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah, kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur yang mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang mempunyai bentuk esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta memanfaatkan sisa organik dan bakteri sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari akan mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus filariform. Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.
            Cara penularan cacing ini dengan larva infektif melalui :
1.      Per –oral. Infeksi terjadi karena tertelannya larva III bersama makanan atau minuman. Setelah berada didalam saluran pencernaan, larva III akan segera memasuki kelenjar lambung atau krypta liberkun dan setelah 3 hari larva III akan mengalami penyilihan menjadi IV dan kembali bermigrasi ke lumen usus. Setelah beberapa hari larva IV akan mengalami penyilihan sekali lagi dan berkembang menjadi cacing muda.
2.      Per-kutan (penetrasi kulit), larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit atau mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai jantung dan selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian besar larva 3 akan tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler dan masuk ke dalam alveoli. setelah berada di alveoli larva 3 menyilih menjadi larva 4, selanjutnya bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea, pharing dan akhirnya  karena batuk  larva 4 tertelan dan sampai di usus halus. Di dalam usus halus mengalami ekdisis menjadi cacing muda. Cacing dewasa akan ditemukan setelah ±17 hari setelah infeksi.
3.      Pre-natal. Pada hospes definif bunting infeksi terjadi karena larva 3 yang berada pada aliran darah dapat melehati placenta dan akhirnya menginfeksi foetus. Larva 3 akan mengalami fase istirahat didalam usus foetus sampai dilahirkan. Setelah anak lahir larva 3 baru melanjutkan perkembangannya menjadi cacing dewasa.
4.      Laktogenik. Infeksi pada anak terjadi karena anak menyusu pada induknyadan larva yang berada di dalam kelenjar susuakan keluar bersama air susu. Perkembangan selanjutnya akan terjadi didalam usus anaknya.

Beberapa spesies cacing Ancylostoma yang menginfeksi anjing antara lain : A. caninum, A. braziliense dan A. ceylanicum. Adapun identifikasi cacing tambang dapat dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi (ukuran cacing, susunan gigi (alat pemotong) pada kapsul bukalis dan panjang spikulum pada bursa cacing jantan ) dan ukuran telur cacing.
Ada beberapa spesies lain :
1.      A. tubaeforme, predeleksi pada usus halus kucing.
2.      A. duodenale, berparasit pada manusia.


GENUS :  METASTRONGYLUS
MORFOLOGI
Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan spikula pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur berembrio ketika dikeluarkan.
Spesies yang penting : M. apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki dan bronkiola pada babi.

SIKLUS HIDUP
            Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan dikelurkan bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah yang dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain :  Allobophora chloritica, Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah menuju jantung dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.


GENUS  :  DYCTYOCAULUS
MORFOLOGI
Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada trakea, bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4 bibir, yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul bukal sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling bagian posterior. Spikula  sama besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang 17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X 33-38 mikron.

SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan telurnya. Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat tertelan dan keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih menjadi larva stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama makanan/rumput kemudian larva ini menuju limfoglandula mesenterika menyilih menjadi stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh darah menuju paru-paru dan menjadi dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.






ORDO  SPIRURIDA

GENUS : DIROFILARIA

MORFOLOGI
            Cacing Dirofilaria immitis merupakan cacing jantung pada anjing yang berpredeleksi pada ventrikel kanan jantung, arteri pulmonalis dan vena cava. Hewan yang peka dari cacing ini anjing, kucing, serigala dan rubah. Infeksi pada manusia juga pernah dilaporkan.
            Cacing jantan berbentuk langsing, berwarna putih dan berukuran panjang12-20 cm dengan diameter 0,7 –0,9 mm. Ujung posterior cacing jantan berbentuk kumparan spiral dan ekornya memiliki 4-6 pasang papilla ovoid, dimana satu pasang papilla terdapat pot kloakal, 2 pasang papilla berbentuk jari terdapat pada bagian lateral dan posterior dari lubang kloaka dan 3-4 pasang papilla berbentuk kerucut terdapat didekat ujung ekornya. Spikula kiri berukuran 0,324-0,375 mm, sedangkan yang sebelah kanan berukuran 0,19-0,229 mm dan tidak memiliki gubernakulum.
            Cacing betina berbentuk langsing berwarna putih berukuran panjang 25-30 cm dengan diameter ± 1 mm. Vulva cacing betina tempatnya persis dibelakang ujung esofagus. Cacing Dirofilaria immitis dapat menghisap makanan lewat mulut (peroral) dan juga lewat kutikula (trans kutikular) dan sering ditemukan adanya eritrosit didalam saluran pencernaannya.
Larva cacing (mikrofilaria) berukuran 286 –300 X 6,1 –7,2 mikron dan bagian yang lebih pipih dibagian anterior, mikrofilaria menghisap sari-sari makanan berupa glukosa dan asam amino (uresil, uredin dan adenosin) lewat kutikulanya.

SIKLUS HIDUP
            Cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilaria kedalam aliran darah. Mikrofilaria akan aktif selama 1-3 tahun, akan tetapi tidak mengalami perkembangan lebih lanjut, sampai terhisap oleh hospes intermidier (HI) yaitu berbagai jenis nyamuk (Aedes aegypti, Aedes sollicitans, culex salinarius). Pada saat hospes definitif digigit oleh hospes intermidier, mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah , kemudian berkembang menjadi larva II pada tubulus malphigi HI selama 10-11 hari. Pada hari ke-11 larva II bermigrasi menuju probosis melewati thorak serta mengalami penyilihan menjadi larva III yang bersifat infektif. Pada saat HI menghisap darah hospes definitif, maka larva III akan ikut bermigrasi kedalam tubuh hospes. Larva III selanjutnya akan berpredeleksi didalam jaringan subkutan, sub-serosa atau fascia intermuskuler serta mengalami 2 kali menyilih yaitu pada hari ke-9 - ke-12 dan pada hari ke-16 – ke-17 semenjak infeksi dan masih dibutuhkan waktu selama 2-3 bulan lagi untuk menjadi dewasa, sehingga mikrofilaria pertama akan muncul pada aliran darah tepi 6 bulan setelah infeksi.
Spesies lain : Dirofilaria repens, berpredeleksi pada jaringan ikat anjing, kucing
                      Dirofilaria tenuis, berpredeleksi pada jaringan sub kutan racoon.

GENUS  : HABRONEMA
MORFOLOGI
          Habronema muscae merupakan cacing lambung pada kuda dan sebangsanya. Cacing ini kecil berwarna putih , buccal kapsul berkembang baik dan bentuk ekor cacing jantan berupa kumparan. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh. Panjang cacing jantan 22 mm dan betina 35 mm. Telur kecil  dan berembrio ketika dikeluarkan. Ukuran telur 40 – 50 X 10-12 mikron.

SIKLUS HIDUP
            Cacing dewasa hidup pada lambung dan telur keluarbersama feses saat defikasi atau dapat menetads dalam usus, kemudian ditelan oleh hospes intermidier dari larva lalat (musca dan stomoxys ) dan parasit berkembang menjadi larva 3 stadium infektif. Larva akan berpindah ke probosis dari lalat dan menginfeksi host ketika lalat makan pada luka sekitar mulut atau lalat terjatuh pada minuman dan makanan. Larva menjadi dewasa dan bermigrasi ke lambung. Periode prepaten 2 bulan.

GENUS  : THELAZIA
MORFOLOGI
Thelazia sp. Merupakan cacing berwarna putih yang jantan memiliki 14 pasang papilla prekloaka dan 3 pasang papilla kloaka. Panjang tubuh yang jantan 7-13 mm, yang betina adalah 12-18 mm dan bersifat ovovivipar (bertelur dan mengeluarkan larva). Cacing tidak memiliki memiliki bibir, tetapi tepi anterior rongga mulut terbalik keluar dan terbagi menjadi 6 lekukan (feston). Ekor cacing jantan tumpul dan membelok, sedangkan spikulumnya tidak sama panjang. Cacing Thelazia rodisii dan T. gulosa berpredeleksi didalam kantung konjungtiva dan saluran air mata sapi , domba, kambing dan kerbau.

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup Thelasia sp. Adalah tidak langsung yaitu memerlukan induk semang antara lalat musca larvipara dan musca confexifrons. Lalat ini tercemar oleh larva saat menghisap air mata sapi penderita. Larva ini kemudian masuk kedalam perut lalat, menembus folikel ovarium lalat, disini larva berkembang menjadi larva 2 dengan panjang badan 3,6 –4 mm. Selanjutnya berkembang menjadi larva 3 yang merupakan larva infektif. Perkembangan dalam tubuh lalat memerlukan waktu 15-20 hari. Larva 3 selanjutnya meninggalkan folikel ovarium menuju bagian mulut lalat dan akhirnya pindah kepada induk semang definitif dan cacing dewasa akan timbul dalam waktu 20-25 hari.

GENUS  : OXYSPIRURA
MORFOLOGI
Cacing Oxyspirura mansoni berpredeleksi pada membrana nictitan dari bangsa unggas. Tidak terdapat bibir, ekor yang jantan melengkung. Mempunyai 4 pasang papil dan 2 pasang setelah kloaka. Vulva terletak bagian posterior dari badan dan ukuran telur 50 –65 X 45 mikron. Panjang cacing jantan 10-16 mm dan betina 12-19 mm.

SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan melalui feses, kemudian telur ini akan termakan oleh coro (Pycnoscelus surinemensis). Apabila hospes intermidier ini termakan oleh unggas maka larva infektif akan keluar dan mengembara dari esofagus, paring dan ductus lacrimalis dari mata.  Larva dapat ditemukan pada mata 20 menit setelah coro  infekti termakan.






GENUS : ACUARIA

Host             : Unggas
Habitat         : empedal, proventrikulus dan esofagus
Spesies         :  A. hamulosa -------à empedal
                      A. spiralis   ---------à proventrikulus dan esofagus

MORFOLOGI
Mulutnya mempunyai dua pseudolabia lateral, terdapat empat kordon yang membentuk bukit yang berjalan ke posterior tidak membalik kedepan. Ujung posterior jantan bergulung, vulva terletak sepertiga posterior tubuh. Ukuran telur 40-45 X 24-75 mikron. Panjang jantan 10-14 mm dan betina 16-29 mm.

SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama tinja dan tertelan oleh hospes intermidier (A. hamulosa  -----à belalang (melanoplus) dan A. spiralis -------à Isopoda)  larva akan berkembang dalam hospes intermidier. Host terinfeksi bila memakan host intermidier infektif.



ORDO ENOPLIDA

GENUS  : TRICHINELLA

HOST          :   Babi , tikus, manusia dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan kambing (kurang peka).  Larva cacing akan mengkista pada urat daging bergaris melintang.
HABITAT      :    Cacing dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging 
SPESIES        :    Trichinella spiralis



MORFOLOGI 
Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.

SIKLUS HIDUP 
            Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus thoracicus, vena cava superior kiri dan kanan jantung, kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada hati, pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 – 1 mm dan diameter 30 mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh induk semang tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.






GENUS : TRICHURIS

HOST          :  sapi, domba, kambing, babi dan anjing
HABITAT     :  Caecum
SPESIES     :
-          T. ovis pada caecum kambing dan domba
-          T. discolor pada caecum dari sapi
-          T. vulvis pada anjing
-          T. suis pada babi
-          T. trichiura pada manusia
MORFOLOGI
            Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung tebal dan ujung lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk spiral. Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing jantan panjangnya 30-80 mm dan betina 35 – 75 mm, telur mempunyai kulit tebal kecoklatan dengan dua sumbat dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.

SIKLUS HIDUP
            Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat resisten, perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan massa prepaten 2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum
                     

GENUS  : CAPILLARIA

Host                :  mamalia dan unggas
Habitat            :  tergantung spesies
Siklus hidup    :  secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui hospes
                           intermidier.


Spesies pada mamalia :
1.      C. bovis pada usus halus dari sapi, domba dan kambing yang penularannya secara langsung.
2.      C. aerophila pada trachea dan bronchi anjing dan kucing dengan penularan secara langsung.
3.      C. plica pada kandung kemih, ginjal anjing dan kucing, penularan melalui hospes intermidier cacing tanah.
4.      C. plica pada hati dan ginjal tikus dan kelinci ( langsung ).

Spesies pada unggas :
1.      C. caudinflata dan C. columbae pada usus halus -------à cacing tanah (HI)
2.      C. annulata pada tombolok dan esofagus -----------à cacing tanah
3.      C. contorta pada tombolok dan esofagus ----------à langsung.

MORFOLOGI
 Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan mempunyai mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang cacing ini mempunyai sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan 11 – 15 mm, betina 10-25 mm. Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.














No comments:

Post a Comment