BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Berbeda
dengan klasifikasi ‘Kemampuan Lahan’ yang merupakan klasifikasi tentang potensi
lahan untuk penggunaan secara umum, Kesesuaian Lahan’ lebih menekankan pada
kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu. Dengan demikian klasifikasi
kemampuan dan kesesuaian lahan akan saling melengkapi dan memberikan informasi
yang menyeluruh tentang potensi lahan.
Klasifikasi
kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan
berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Contoh
beberapa kriteria pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Prinsip klasifikasi
kesesuaian lahan hampir sama dengan kemampuan lahan, yaitu: 1. Katagori Kelas
diputuskan sesuai dengan Kelas kesesuaian terendah. 2. Pada kelas yang sama
tetapi ada beberapa sub Kelas yang berbeda, semua sub kelas yang ada
perlu disebut dan tidak ada prioritas. Bila suatu wilayah akan
dinilai tingkat kesesuaiannya terhadap tanaman jati (Tectona grandis),
maka diperlukan inventarisasi kondisi iklim, tanah dan lahannya. Hasil
inventarisasi tersebut kemudian dicocokkan dengan criteria tempat tumbuh
tanaman.
Sedangkan perubahan
iklim menimbulkan pola curah hujan dan kejadian iklim ekstrem, peningkatan suhu
udara dan peningkatan muka air laut yang dapat mempengaruhi produksi pertanian
dan kondisi sosial-ekonomi petani, sebagai subyek yang paling penting dalam
pembangunan pertanian. Interaksi sekian macam faktor perubahan iklim serta
respons tindakan yang dilakukan petani dan pengambil kebijakan pertanian akan
menentukan masa depan pertanian Indonesia
serta tingkat penghidupan masyarakat dan tingkat kesejahteraan bangsa.
Dampak perubahan iklim
yang paling nyata pada sektor pertanian adalah kerusakan (degradasi) dan
penurunan kualitas sumberdaya lahan dan air, infrastruktur pertanian, penurunan
produksi dan produktivitas tanaman pangan, yang akan menghasilkan ancaman
kerentanan dan kerawanan terhadap ketahanan pangan dan bahkan kemiskinan. Sulit
dilukiskan betapa dahsyat dampak sosial-ekonomi yang terjadi, misalnya jika
tiba-tiba tinggi air laut meningkat sampai tiga meter. Dampak tersebut akan
dapat ditekan atau dikurangi intensitasnya apabila kebijakan negara mampu
menghasilkan insentif bagi petani dan pelaku lain di sektor pertanian untuk
melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sedini mungkin.
Namun demikian, sektor
pertanian juga dianggap sebagai penyebab perubahan iklim karena telah menjadi
kontributor emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 6 – 18 persen, terutama dari
sistem usahatani yang menggantungkan pada pupuk kimia (anorganik) dan faktor
produksi lain serta karena tataguna lahan dan perubahan tataguna lahan dan
kehutanan (LULUCF=land use and land use change and forestry).
Akibatnya, peran pertanian sebagai solusi perubahan iklim tidak terlalu
memperoleh perhatian yang memadai. Misalnya sebagai penyerap gas rumah kaca
atau sekuestrasi karbon, penyerap suhu udara dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Mengetahui teknologi inovasi yang digunakan
dalam budidaya tanaman terhadap kesesuaian tanah dan iklim.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Factor iklim merupakan komponen agroekosistem yang paling sulit untuk
dimodifikasi. Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap keragaman tanaman
adalah suhu dan kelembaban. Berdasarkan ketinggian tempatnya di Indonesia
dikenal dua suhu yaitu panas da dingin. Suhu panas umumnya dijumpai ada
ketinggian tempat 700 m di bawah muka laut, sedangkan suhu dingin dijumpai pada
ketinggian tempat 700 m di atas muka laut (Rasna, 2000).
Menurut Widiningsih
(1985), dalam Noorhadi dan Sudadi (2003), kelembaban dan suhu sekitar tanaman
merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Lingkungan mikro juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
di dalam tanah. Bakteri Rhizobium japonicum tidak menyukai suhu dan
kelembaban yang tinggi. Rhizobium menghendaki suhu tanah 250 C.
Memodifikasi iklim mikro tanaman pangan merupakan suatu usaha yang telah banyak
dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Tanah merupakan
komponen sumber daya alam yang mencekup semua bagian padat di atas permukaan
bumi, termasuk semua yang diatas dan didalamnya termasuk bahan induk termasuk
yang dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup dan relief setempat dalam
waktu tertentu. Dalam satu toposekuen akan dijumpai beberapa jenis tanah,
sebagai akibat dari perbedaan bahan induk, iklim, topografi, dan penggunaan
lahan (Amien,1997).
Kesesuaian
lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi
saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian
lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan
data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut
diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik
tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan
persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha
perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar
atau tidak
produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya
diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung, 2007).
Analisis kesesuaian lahan didasarkan pada pencocokkan antara
Karakteristik lahan (kualitas lahan) dan Persyaratan Tumbuh Tanaman padi sawah,
padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Zonasi budidaya tanaman pangan dan
arahan pengembangannya berdasarkan hasil evaluasi lahan yaitu kelas kesesuaian
lahan setiap satuan pemetaan. Satuan pemetaan menggunakan satuan bentuklahan
yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan sampel tanah di lapangan.
Kesesuaian lahan dalam lecocokan sebidang tanah atau lahan bagi penggunaan
tertentu. Kapasitas lahan dipakai dalam pengertian yang dengan kesesuaian
lahan. Tetapi khususnya hanya untuk evakuasi lahan merupakan proses penilaian
dan pengelompokan unit-unit lahan menurut kesesuain bagi pengguna tertentu (Sitorus,
1985).
BAB
III. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Kesesuaian lahan
Kesesuaian
lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi
saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian
lahan potensial).
3.2
Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Struktur
klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas,
Subkelas dan Unit.
a. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat
ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable)
dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
b. Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.
Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala
pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat
semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong
ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1),
cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong
ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan
tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas
Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
c. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan.
Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang
menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan
pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).
d. Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan,
yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama
dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama factor kedalaman
efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman
efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm).
Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang
digunakan.
3.3 Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesesuaian lahan
·
Iklim
- Suhu Udara
Pada
daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan
berdasarkan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat,
semakin
rendah suhu udara rata-ratanya.
- Curah Hujan
Data
curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang
ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah
tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.
Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama
1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan.
Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat
kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan
seterusnya.
·
Topografi
Topografi
yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah relief) atau
lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya
dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian
tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang
berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari.
·
Tanah
Faktor
tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau
karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan
retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas,
bahaya erosi, dan banjir/genangan.
Dalam pelaksanaan
teknologi inovasi budidaya tanaman, ada beberapa jenis lahan dan tanaman yang
berbeda. Misalnya budidaya kedelai dilahan kering, budidaya kedelai
dilahan pasang surut, budidaya kacang hijau dilahan sawah, inovasi budidaya
kacang tanah dilahan tsunami.
1.
Teknologi
budidaya kedelai di lahan kering
Untuk
meningkatkan produksi kedelai di lahan kering dapat ditempuh melalui 2
pendekatan. Pertama menyediakan varietas yang adaptif atau toleran pada kondisi
lingkungan setempat. Kedua menyediakan varietas unggul baru dan teknologi yang
tepat. Pendekatan dengan mengintegrasikan kedua cara tersebut akan lebih
efektif untuk mencapai tingkat produktivitas yang menguntungkan.
Syarat tumbuh
agar kedelai dapat tumbuh dengan baik yaitu:
a. Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air
yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada
tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang
subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi
pupuk organik dan pengapuran.
b. Iklim
Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m.
Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m.
c. Air
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai.
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai.
Untuk itu, agar mendapatkan hasil kedelai yang baik
pada lahan kering ini, dilakukan beberapa teknologi budidaya yaitu:
1.
Persiapan
lahan
Pengolahan lahan dimulai sebelum
jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk
pengaturan air hujan perlu dibuat saluran
drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25
cm. Kedelai sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
2.
Perlakuan
benih
Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur Marshall dengan dosis 100
gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata.
3. Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis.
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis.
4. Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan.
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan.
5. Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
7. Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis
serangga dapat menyerang kedele. Pengendalian di tingkat petani terutama di
daerah sentra produksi sering menggunakan insektisida secara berlebihan tanpa
memperdulikan populasi hama .
Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan menimbulkan kematian
serangga berguna. Untuk mengurangi frekuensi pemberian insektisida
adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama . Insektisida hanya akan digunakan bila
kerusakan yang disebabkan oleh hama
diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah
tercapainya ambang kendali.
8. Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah daun telah menguning dan mudah rontok, polong biji mengering dan berwarna kecoklatan. Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah daun telah menguning dan mudah rontok, polong biji mengering dan berwarna kecoklatan. Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.
2.
Teknologi
Budidaya Kedelai Dilahan Pasang Surut
Pengembangan kedelai di lahan pasang surut hendaknya
diarahkan pada lahan potensial dengan tipe luapan C (lahan tidak tergenang pada
pasang besar, permukaan air tanah <50 cm) dan tipe luapan D (lahan tidak
tergenang pada pasang besar, permukaan air tanah >50 cm).
Agar
mendapatkan hasil kedelai yang baik pada lahan pasang surut ini, dilakukan beberapa teknologi budidaya
yaitu:
a. Penyiapan Lahan
Ø
Pengolahan
lahan tidak diperlukan jika ditanam di lahan sawah, karena jerami padi dapat
digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban tanah/menekan pertumbuhan
gulma.
Ø
Jerami
padi dibabat, dihamparkan, dan biarkan selama 2 minggu agar
kering, selanjutnya lahan disemprot dengan herbisida.
b.
Pembuatan Saluran Drainase
Ø
Tanaman
kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air/tanah
becek selama pertumbuhan diperlukan saluran drainase untuk menjaga kelembaban
tanah optimal dan mengalirkan kelebihan air pada saat pasang atau saat hujan.
Ø
Jarak
antara saluran umumnya 5 - 10 m dengan lebar & kedalaman sekitar 30 cm.
c.
Penanaman dan Populasi Tanaman
Ø
Populasi
tanaman berkisar antara 350.000 - 500.000 tanaman/ha, kebutuhan benih 40-60
kg/ha, tergantung ukuran biji.
Ø
Benih
diperlakukan dengan insektisida berbahan aktif fipronil (Regent) untuk mencegah
serangan lalat kacang.
Ø
Tanam
dengan cara tugal 2-3 biji per lubang, jarak tanam 40 cm antar barisan, 15-20
cm dalam barisan.
Ø
Pada
musim hujan gunakan jarak tanam lebar (40 x 20 cm), pada musim kemarau gunakan
jarak tanam rapat (40x15 cm).
d.
Ameliorasi Lahan
Ameliorasi lahan dengan pemberian pupuk
kandang 750 kg/ha yang dicampur rata dengan dolomit 1000 kg/ha (30% CaO, 18%
MgO, 80 mess. Diberikan pada saat tanam dengan cara menutup lobang tanaman.
e.
Pemupukan
Pemupukan di berikan pada saat tanam
berumur 15 hari dengan dosis 150 kg phonska/ha + 50 kg SP36/ha (setara 50
kg/ha Urea + 100 kg SP36/ha + 50 kg KCl/ha), setelah dicapur rata diberikan
secara tugal di sebelah lubang tanam atau disebar merata pada saat tanah masih
lembab.
f.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali, penyiangan
pertama dengan herbisida pada saat tanaman berumur 20 hari. Penyiangan kedua
(jika diperlukan) secara manual saat tanaman berumur 40-45 hari.
g.
Pengairan
Pengairan diberikan secukupnya menjelang
tanaman berbunga dan fase pengisian polong.
3.
Teknologi
Budidaya Kacang Hijau Dilahan Sawah
Dalam membudidayakan
kacang hijau dilahan sawah, teknologi budidaya yang dilakukan yaitu:
a. Penyiapan
Lahan
Kacang
hijau dapat tumbuh pada semua jenis lahan atau tanah sepanjang kelembaban dan
ketersediaan unsurhara yang cukup. Pada lahan sawah setelah ditanami dan panen
padi tidak perlu ilakukan pengolahan tanah. Jerami cukup dipotong pendek atau
rata dengan tanah. Sementara itu, pada lahan persawahan yang sudah lama tidak
ditanami perlu dilakukan pengolahan tanah secara sempurna. Untuk menghindari
air tergenang pada muim hujan pelu dibuat saluran draenase dengan lebar dan
kedalaman 20-30 cm dan jarak antar saluran maksimum 4 m.
b. Penanaman
Pada
saat penanaman kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinngi karena dapat
menyebabkan biji busuk.
c. Pemupukan
Pada
lahan atau tanah yang subur tanaman
kacang hijau tidak memerlukan pupuk yang terlalu banyak. Sedangkan untuk lahan
yang kurang subur diperlikan pupuk UREA, SP36 dan KCl setra dapat pula
menggunakan pupuk organic seperti pupuk kandang. Pemupukan dilakukan pada saat
penanaman secara larikan disisi lubang tanaman sepanjang barisan tanam.
d. Penggunaan
Mulsa Jerami
Penggunaan
mulsa jerami yang ditebar pada hamparan tanaman kacang hijau dapat mengurangi
serangan hama
lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan menghambat proses penguapan air
tanah.
e. Penyiangan
Proses
penyiangan dilakukaan tergantung pada pertumbuhan gulma.
f. Pengairan
Kacang
hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, asalkan
kelembabannya cukup.
4.
Inovasi
Budidaya Kacang Tanah Dilahan Tsunami (Aceh).
Kesesuaian Inovasi/ Karakteristik Lokasi
·
Peristiwa yang menimpa Aceh pada tanggal
26 Desember 2004 yaitu gelombang tsunami telah menyebabkan salinitas tanah
menjadi tinggi sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
·
Upaya-upaya perbaikan lahan yang terkena
gelombang tsunami telah banyak dilakukan oleh beberapa NGO dan lembaga-lembaga
pemerintahan (Balai Penelitian), namun hasilnya belum maksimal dan belum sampai
ke petani pengguna, karena upaya perbaikan lahan seperti ini akan membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya yang lumayan besar.
·
Kondisi iklim pada saat pengkajian
dilaksanakan adalah kemarau atau tidak terdapat hujan selama 2 bulan pertama,
walaupun ada hujan hanya sedikit sekali, kondisi ini dapat mengakibatkan
kandungan garam di dalam tanah akan naik ke permukaan tanah atau sekitar daerah
perakaran, hal ini akan memperburuk lagi bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah.
Cara
Penggunaan Inovasi
·
Penyiapan lahan
Tanah diolah dengan
traktor (rotari 1 kali), dibuat bedengan lebar 2 m dan panjang sesuai lahan.
Buat parit lebar 30 cm dan dalam 20 cm.
·
Penanaman
Saat tanam, dalam
lubang tanam diberikan Curater untuk mencegah binatang kecil seperti semut
memakan biji dan Jarak tanam 40 x 25 cm.
·
Pemupukan
Urea : 50 kg/ha, SP-36
: 150 kg/ha dan Kapur : 300 kg/ha, Pupuk
SP-36 dan KCl diberikan sebelum tanam bersamaan dengan pemberian pupuk kandang
10 ton/ ha. Pemberiannya dilakukan pada barisan tanam, Urea diberikan pada umur
15 HST, kapur diberikan pada umur 25 HST
·
Pemeliharaan
Pada umur 5-7 hari
setelah tanam (HST) dilakukan penyisipan pada tanaman yang tidak tumbuh.
Penyiangan gulma dilakukan sebanyak satu kali secara manual. Pengendalian hama penyakit tergantung
pada tingkat serangan. Dan dilakukan 4-6 kali penyemprotan insektisida (Decis,
Lannate, Deconil,dll) selama tanaman di lapangan
·
Panen
Penen dilakukan pada
umur 90 – 95 HST dengan cara mencabut perdu pada permukaan tanah secara manual.
Hasil panen dijemur dan disimpan dalam wadah yang kering
DAFTAR GAMBAR
(Gambar
1. Lahan Kering)
(Gambar
2. Adaptasi Kedelai pada Lahan Kering)
(Gambar
3. Hasil Produksi Kedelai Lahan Kering)
(Gambar
4. Kondisi Lahan Pasang Surut)
(Gambar
5. Kedelai Lahan Pasang Surut)
(GAmbar
6. Kedelai Lahan Pasang Surut)
(Gambar
7. Kedelai diLahan Sawah)
(Gambar
8. Kedelai Dilahan Sawah)
(Gambar
9. Kacang Hijau Dilahan Sawah)
(Gambar
10. Kacang Hijau Dilahan Sawah)
(Gambar
11. Kondisi Lahan atau Tanah Sawah Yang Akan Ditanami Kacang Kanah)
(Gambar
12. Hasil Panen Kacang Tanah Yang Ditanam Dilahan Sawah)
BAB IV. KESIMPULAN
BAB IV. KESIMPULAN
·
Kesesuaian lahan adalah
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
·
Tanaman Kedelai dapat
tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan draenase dan aerase tanah yang
cukup baik serta air yang cukup selama masa pertumbuhan tanaman kedelai. Dan
dengan kondisi ilklim yang baik(curah hujan optimal
100-200 mm/bulan, temperatur 25-27 derajat Celcius , tinggi tempat dari
permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m).
·
Kacang hijau dapat tumbuh pada semua
jenis lahan atau tanah sepanjang kelembaban dan ketersediaan unsurhara yang
cukup serta iklim yang baik.
·
Kacang tanah dapat tumbuh pada tanah
yang subut dan gembur.
DAFTAR PUSTAKA
Amien.1997.
Karakteristik dan Zone Agroekkologi.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat: Bogor
Rasna.
2000. Karakteristik Zone Agroekosistem
dan Kesesuaian Lahan di Lereng Selatan Gunung Batukaru kabupaten
Tabanan.Fakultas Pertanian Universitas Udayana: Bali )
Ritung.
2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh BaratBalai Penelitian Tanah:Bogor
Sitorus.1985.
Evaluasi Sumber Daya Lahan. Penerbit
Tasirto:Bandung
No comments:
Post a Comment