Friday, April 13, 2012

TEKNOLOGI INOVASI BUDIDAYA TANAMAN TERHADAP KESESUAIAN TANAH DAN IKLIM


BAB I. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Berbeda dengan klasifikasi ‘Kemampuan Lahan’ yang merupakan klasifikasi tentang potensi lahan untuk penggunaan secara umum, Kesesuaian Lahan’ lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu. Dengan demikian klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan akan saling melengkapi dan memberikan informasi yang menyeluruh tentang potensi lahan.
Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Contoh beberapa kriteria pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Prinsip klasifikasi kesesuaian lahan hampir sama dengan kemampuan lahan, yaitu: 1. Katagori Kelas diputuskan sesuai dengan Kelas kesesuaian terendah. 2. Pada kelas yang sama tetapi ada beberapa sub Kelas yang berbeda,  semua sub kelas yang ada perlu disebut dan tidak ada prioritas.   Bila suatu wilayah akan dinilai tingkat kesesuaiannya terhadap tanaman jati (Tectona grandis), maka diperlukan inventarisasi kondisi iklim, tanah dan lahannya.  Hasil inventarisasi tersebut kemudian dicocokkan dengan criteria tempat tumbuh tanaman.
Sedangkan perubahan iklim menimbulkan pola curah hujan dan kejadian iklim ekstrem, peningkatan suhu udara dan peningkatan muka air laut yang dapat mempengaruhi produksi pertanian dan kondisi sosial-ekonomi petani, sebagai subyek yang paling penting dalam pembangunan pertanian. Interaksi sekian macam faktor perubahan iklim serta respons tindakan yang dilakukan petani dan pengambil kebijakan pertanian akan menentukan masa depan pertanian Indonesia serta tingkat penghidupan masyarakat dan tingkat kesejahteraan bangsa.
Dampak perubahan iklim yang paling nyata pada sektor pertanian adalah kerusakan (degradasi) dan penurunan kualitas sumberdaya lahan dan air, infrastruktur pertanian, penurunan produksi dan produktivitas tanaman pangan, yang akan menghasilkan ancaman kerentanan dan kerawanan terhadap ketahanan pangan dan bahkan kemiskinan. Sulit dilukiskan betapa dahsyat dampak sosial-ekonomi yang terjadi, misalnya jika tiba-tiba tinggi air laut meningkat sampai tiga meter. Dampak tersebut akan dapat ditekan atau dikurangi intensitasnya apabila kebijakan negara mampu menghasilkan insentif bagi petani dan pelaku lain di sektor pertanian untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sedini mungkin.
Namun demikian, sektor pertanian juga dianggap sebagai penyebab perubahan iklim karena telah menjadi kontributor emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 6 – 18 persen, terutama dari sistem usahatani yang menggantungkan pada pupuk kimia (anorganik) dan faktor produksi lain serta karena tataguna lahan dan perubahan tataguna lahan dan kehutanan (LULUCF=land use and land use change and forestry). Akibatnya, peran pertanian sebagai solusi perubahan iklim tidak terlalu memperoleh perhatian yang memadai. Misalnya sebagai penyerap gas rumah kaca atau sekuestrasi karbon, penyerap suhu udara dan sebagainya.

1.2  Tujuan
Mengetahui teknologi inovasi yang digunakan dalam budidaya tanaman terhadap kesesuaian tanah dan iklim.




BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

            Factor iklim merupakan komponen agroekosistem yang paling sulit untuk dimodifikasi. Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap keragaman tanaman adalah suhu dan kelembaban. Berdasarkan ketinggian tempatnya di Indonesia dikenal dua suhu yaitu panas da dingin. Suhu panas umumnya dijumpai ada ketinggian tempat 700 m di bawah muka laut, sedangkan suhu dingin dijumpai pada ketinggian tempat 700 m di atas muka laut (Rasna, 2000).
Menurut Widiningsih (1985), dalam Noorhadi dan Sudadi (2003), kelembaban dan suhu sekitar tanaman merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Lingkungan mikro juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Bakteri Rhizobium japonicum tidak menyukai suhu dan kelembaban yang tinggi. Rhizobium menghendaki suhu tanah 250 C. Memodifikasi iklim mikro tanaman pangan merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tanah merupakan komponen sumber daya alam yang mencekup semua bagian padat di atas permukaan bumi, termasuk semua yang diatas dan didalamnya termasuk bahan induk termasuk yang dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup dan relief setempat dalam waktu tertentu. Dalam satu toposekuen akan dijumpai beberapa jenis tanah, sebagai akibat dari perbedaan bahan induk, iklim, topografi, dan penggunaan lahan (Amien,1997).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak
produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung, 2007).
           Analisis kesesuaian lahan didasarkan pada pencocokkan antara Karakteristik lahan (kualitas lahan) dan Persyaratan Tumbuh Tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Zonasi budidaya tanaman pangan dan arahan pengembangannya berdasarkan hasil evaluasi lahan yaitu kelas kesesuaian lahan setiap satuan pemetaan. Satuan pemetaan menggunakan satuan bentuklahan yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan sampel tanah di lapangan. Kesesuaian lahan dalam lecocokan sebidang tanah atau lahan bagi penggunaan tertentu. Kapasitas lahan dipakai dalam pengertian yang dengan kesesuaian lahan. Tetapi khususnya hanya untuk evakuasi lahan merupakan proses penilaian dan pengelompokan unit-unit lahan menurut kesesuain bagi pengguna tertentu (Sitorus, 1985).





BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kesesuaian lahan
            Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
3.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan
            Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
a.       Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
b.      Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
c.       Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).
d.      Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama factor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan
·         Iklim
  1. Suhu Udara
Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan
berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat,
semakin rendah suhu udara rata-ratanya.
  1. Curah Hujan
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
·         Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari.
·         Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.
Dalam pelaksanaan teknologi inovasi budidaya tanaman, ada beberapa jenis lahan dan tanaman yang berbeda.  Misalnya budidaya  kedelai dilahan kering, budidaya kedelai dilahan pasang surut, budidaya kacang hijau dilahan sawah, inovasi budidaya kacang tanah dilahan tsunami.
1.      Teknologi budidaya kedelai di lahan kering
Untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering  dapat ditempuh melalui 2 pendekatan. Pertama menyediakan varietas yang adaptif atau toleran pada kondisi lingkungan setempat. Kedua menyediakan varietas unggul baru dan teknologi yang tepat. Pendekatan dengan mengintegrasikan kedua cara tersebut akan lebih efektif untuk mencapai tingkat produktivitas yang menguntungkan.
Syarat tumbuh agar kedelai dapat tumbuh dengan baik yaitu:
a.    Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran.
b.    Iklim
Kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m.
c.    Air
Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai.
Untuk  itu, agar mendapatkan hasil kedelai yang baik pada lahan kering ini, dilakukan beberapa teknologi budidaya yaitu:
1.      Persiapan lahan
Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedelai sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
2.      Perlakuan benih
Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur Marshall dengan dosis 100 gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata.
3.      Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis.
4.      Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan.
5.      Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
6.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
7.      Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang kedele. Pengendalian di tingkat petani terutama di daerah sentra produksi sering menggunakan insektisida secara berlebihan tanpa memperdulikan populasi hama. Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan menimbulkan kematian serangga berguna. Untuk mengurangi frekuensi pemberian insektisida adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama. Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah tercapainya ambang kendali.
8.      Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah  daun telah menguning dan mudah rontok, polong biji mengering dan berwarna kecoklatan. Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.

2.      Teknologi Budidaya Kedelai Dilahan Pasang Surut
Pengembangan kedelai di lahan pasang surut hendaknya diarahkan pada lahan potensial dengan tipe luapan C (lahan tidak tergenang pada pasang besar, permukaan air tanah <50 cm) dan tipe luapan D (lahan tidak tergenang pada pasang besar, permukaan air tanah >50 cm).
 Agar mendapatkan hasil kedelai yang baik pada lahan pasang surut  ini, dilakukan beberapa teknologi budidaya yaitu:
a.       Penyiapan Lahan
Ø  Pengolahan lahan tidak diperlukan jika ditanam di lahan sawah, karena jerami padi dapat digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban tanah/menekan pertumbuhan gulma.
Ø  Jerami padi dibabat, dihamparkan, dan biarkan selama 2 minggu agar kering, selanjutnya lahan disemprot dengan herbisida.
b.      Pembuatan Saluran Drainase
Ø  Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air/tanah becek selama pertumbuhan diperlukan saluran drainase untuk menjaga kelembaban tanah optimal dan mengalirkan kelebihan air pada saat pasang atau saat hujan.
Ø  Jarak antara saluran umumnya 5 - 10 m dengan lebar & kedalaman sekitar 30 cm.
c.       Penanaman dan Populasi Tanaman
Ø  Populasi tanaman berkisar antara 350.000 - 500.000 tanaman/ha, kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung ukuran biji.
Ø  Benih diperlakukan dengan insektisida berbahan aktif fipronil (Regent) untuk mencegah serangan lalat kacang.
Ø  Tanam dengan cara tugal 2-3 biji per lubang, jarak tanam 40 cm antar barisan, 15-20 cm dalam barisan.
Ø  Pada musim hujan gunakan jarak tanam lebar (40 x 20 cm), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (40x15 cm).
d.      Ameliorasi Lahan
Ameliorasi lahan dengan pemberian pupuk kandang 750 kg/ha yang dicampur rata dengan dolomit 1000 kg/ha (30% CaO, 18% MgO, 80 mess. Diberikan pada saat tanam dengan cara menutup lobang tanaman.
e.       Pemupukan
Pemupukan di berikan pada saat tanam berumur 15 hari dengan dosis  150 kg phonska/ha + 50 kg SP36/ha (setara 50 kg/ha Urea + 100 kg SP36/ha + 50 kg KCl/ha), setelah dicapur rata diberikan secara tugal di sebelah lubang tanam atau disebar merata pada saat tanah masih lembab.
f.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali, penyiangan pertama dengan herbisida pada saat tanaman berumur 20 hari. Penyiangan kedua (jika diperlukan) secara manual saat tanaman berumur 40-45 hari.
g.      Pengairan
Pengairan diberikan secukupnya menjelang tanaman berbunga dan fase pengisian polong.

3.      Teknologi Budidaya Kacang Hijau Dilahan Sawah
Dalam membudidayakan kacang hijau dilahan sawah, teknologi budidaya yang dilakukan yaitu:
a.       Penyiapan Lahan
Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis lahan atau tanah sepanjang kelembaban dan ketersediaan unsurhara yang cukup. Pada lahan sawah setelah ditanami dan panen padi tidak perlu ilakukan pengolahan tanah. Jerami cukup dipotong pendek atau rata dengan tanah. Sementara itu, pada lahan persawahan yang sudah lama tidak ditanami perlu dilakukan pengolahan tanah secara sempurna. Untuk menghindari air tergenang pada muim hujan pelu dibuat saluran draenase dengan lebar dan kedalaman 20-30 cm dan jarak antar saluran maksimum 4 m.
b.      Penanaman
Pada saat penanaman kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinngi karena dapat menyebabkan biji busuk.
c.       Pemupukan
Pada lahan atau tanah yang subur  tanaman kacang hijau tidak memerlukan pupuk yang terlalu banyak. Sedangkan untuk lahan yang kurang subur diperlikan pupuk UREA, SP36 dan KCl setra dapat pula menggunakan pupuk organic seperti pupuk kandang. Pemupukan dilakukan pada saat penanaman secara larikan disisi lubang tanaman sepanjang barisan tanam.
d.      Penggunaan Mulsa Jerami
Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan tanaman kacang hijau dapat mengurangi serangan hama lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan menghambat proses penguapan air tanah.
e.       Penyiangan
Proses penyiangan dilakukaan tergantung pada pertumbuhan gulma.
f.       Pengairan
Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, asalkan kelembabannya cukup.

4.      Inovasi Budidaya Kacang Tanah Dilahan Tsunami (Aceh).
Kesesuaian Inovasi/ Karakteristik Lokasi
·         Peristiwa yang menimpa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yaitu gelombang tsunami telah menyebabkan salinitas tanah menjadi tinggi sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
·         Upaya-upaya perbaikan lahan yang terkena gelombang tsunami telah banyak dilakukan oleh beberapa NGO dan lembaga-lembaga pemerintahan (Balai Penelitian), namun hasilnya belum maksimal dan belum sampai ke petani pengguna, karena upaya perbaikan lahan seperti ini akan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lumayan besar.
·         Kondisi iklim pada saat pengkajian dilaksanakan adalah kemarau atau tidak terdapat hujan selama 2 bulan pertama, walaupun ada hujan hanya sedikit sekali, kondisi ini dapat mengakibatkan kandungan garam di dalam tanah akan naik ke permukaan tanah atau sekitar daerah perakaran, hal ini akan memperburuk lagi bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah.
Cara Penggunaan Inovasi
·         Penyiapan lahan
Tanah diolah dengan traktor (rotari 1 kali), dibuat bedengan lebar 2 m dan panjang sesuai lahan. Buat parit lebar 30 cm dan dalam 20 cm.
·         Penanaman
Saat tanam, dalam lubang tanam diberikan Curater untuk mencegah binatang kecil seperti semut memakan biji dan Jarak tanam 40 x 25 cm.
·         Pemupukan
Urea : 50 kg/ha, SP-36 : 150 kg/ha dan Kapur : 300 kg/ha,  Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sebelum tanam bersamaan dengan pemberian pupuk kandang 10 ton/ ha. Pemberiannya dilakukan pada barisan tanam, Urea diberikan pada umur 15 HST, kapur diberikan pada umur 25 HST
·         Pemeliharaan
Pada umur 5-7 hari setelah tanam (HST) dilakukan penyisipan pada tanaman yang tidak tumbuh. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak satu kali secara manual. Pengendalian hama penyakit tergantung pada tingkat serangan. Dan dilakukan 4-6 kali penyemprotan insektisida (Decis, Lannate, Deconil,dll) selama tanaman di lapangan
·         Panen
Penen dilakukan pada umur 90 – 95 HST dengan cara mencabut perdu pada permukaan tanah secara manual. Hasil panen dijemur dan disimpan dalam wadah yang kering

DAFTAR GAMBAR

(Gambar 1. Lahan Kering)
(Gambar 2. Adaptasi Kedelai pada Lahan Kering)

(Gambar 3. Hasil Produksi Kedelai Lahan Kering)

(Gambar 4. Kondisi Lahan Pasang Surut)


(Gambar 5. Kedelai Lahan Pasang Surut)

(GAmbar 6. Kedelai Lahan Pasang Surut)

(Gambar 7. Kedelai diLahan Sawah)

(Gambar 8. Kedelai Dilahan Sawah)

(Gambar 9. Kacang Hijau Dilahan Sawah)

(Gambar 10. Kacang Hijau Dilahan Sawah)


(Gambar 11. Kondisi Lahan atau Tanah Sawah Yang Akan Ditanami Kacang Kanah)

(Gambar 12. Hasil Panen Kacang Tanah Yang Ditanam Dilahan Sawah)
BAB IV. KESIMPULAN

·         Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
·         Tanaman Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan draenase dan aerase tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama masa pertumbuhan tanaman kedelai. Dan dengan kondisi ilklim yang baik(curah hujan optimal 100-200 mm/bulan, temperatur 25-27 derajat Celcius , tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m).
·         Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis lahan atau tanah sepanjang kelembaban dan ketersediaan unsurhara yang cukup serta iklim yang baik.
·         Kacang tanah dapat tumbuh pada tanah yang subut dan gembur.

DAFTAR PUSTAKA

Amien.1997. Karakteristik dan Zone Agroekkologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat: Bogor

Rasna. 2000. Karakteristik  Zone Agroekosistem dan Kesesuaian Lahan di Lereng Selatan Gunung Batukaru kabupaten Tabanan.Fakultas Pertanian Universitas Udayana: Bali)

Ritung. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh BaratBalai Penelitian Tanah:Bogor

Sitorus.1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Tasirto:Bandung

No comments:

Post a Comment