I.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Program
pembangunan pertanian terutama bidang kecukupan dan ketahanan pangan yang telah
lama dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih sangat
memprihatinkan.Kondisi pertanian pangan di Indonesia baik secara kuantitas
maupun kualitas ternyata belum mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri bahkan
akhir-akhir ini kita cenderung semakin tergantung pada impor produk pangan dari
luar negeri.Hasil yang diperoleh dari kinerja ekspor produk-produk pertanian
juga dinilai belum menggembirakan.Laju peningkatan impor produk-produk
pertanian cenderung lebih besar daripada laju peningkatan ekspor sehingga
semakin menyulitkan posisi Indonesia dalam era pasar global yang penuh dengan
persaingan.Untuk mencapai sasaran program pembangunan pertanian dan
perlindungan tanaman, Pemerintah tetap mengutamakan pendekatan
teknologi.Paradigma pembangunan berbasis teknologi sangat percaya bahwa segala
masalah yang dihadapi oleh masyarakat selalu dapat diselesaikan melalui
penerapan teknologi yang tepat.Paradigma tersebut mendorong masyarakat ilmiah
untuk menemukan dan mengembangkan teknologi pertanian guna meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan demikian diharapkan bangsa
kita dapat memenuhi kebutuhan sendiri serta mampu menghasilkan devisa dari
kegiatan ekspor dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi. Teknologi pertanian
diharapkan sesuai dengan perkembangan masyarakat sekarang diantaranya harus
memiliki tingkat produksi tinggi, kualitas produk sesuai dengan permintaan
konsumen, dan proses teknologinya aman bagi kesehatan serta bersahabat dengan
lingkungan.
Masa depan kehidupan di muka bumi sangat ditentukan oleh
kegiatan dan cara umat manusia memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas
secara hemat dan bijaksana. Daya dukung dan daya tampung lingkungan di beberapa
negara/ region/lokasi telah terlampaui oleh berbagai kegiatan pembangunan yang
dilakukan manusia guna peningkatan kesejahteraan. Apabila kegiatan manusia
dalam menguras dan merusak sumber daya alam tidak terkendali maka dunia
diperkirakan akan mengalami bencana ekologi yang mengerikan. Semua negara di
dunia telah sepakat dan bertekad untuk menerapkan serta mengembangkan konsep
pembangunan pertanian berwawasan lingkungan. Kegiatan pembangunan harus
memperhitungkan kemampuan dan daya dukung lingkungan baik di tingkat lokal,
daerah, nasional, regional maupun global.Penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan dalam bidang pertanian disebut Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan
1.2
Tujuan
1. Supaya
kita bisa mengetahui dampak yang terjadi jika melakukan budidaya yang tidak
sesuai dengan system pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lungkungan.
2. Agar
kita mengetahui kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
3. Supaya
kita bisa mengetahui inovasi-inovasi dalam budidaya tanaman.
II PEMBAHASAN
Dengan
semakin berkembangnya teknologi perlindungan tanaman saat ini banyak teknologi
baru dalam bidang perlindungan tanaman yang muncul dan sudah dipasarkan, bahkan
sudah ada yang digunakan oleh petani di Indonesia. Jenis teknologi baru
perlindungan tanaman sangat beragam diantaranya teknologi deteksi hama dan
penyakit tumbuhan, varietas tahan hama dan penyakit tumbuhan, teknologi
pengendalian hama secara fisik, pestisida kelompok baru, teknik aplikasi bahan-bahan
perlindungan tanaman dan lain-lainnya
Setiap jenis teknologi baik yang baru maupun yang lama
apabila digunakan dan dilepaskan ke lingkungan tentu mengandung risiko yang
membahayakan bagi manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat, serta
berbahaya bagi lingkungan hidup lokal, nasional maupun global. Setelah berbagai
jenis teknologi dipasarkan dan digunakan, kekhawatiran masyarakat global akan
berbagai dampak dan risiko ini semakin meningkat sehingga berbagai reaksi dan
tanggapan bermunculan,salah satu teknologi inovasi yang paling diminati
masyarakat adalah bioteknologi, Teknologi rekayasa genetika atau secara umum
disebut bioteknologi modern merupakan teknologi yang populer saat ini.
Bioteknologi tersebut mencakup rekombinasi DNA, pemindahan gen, manipulasi dan
pemindahan embrio, kultur sel dan jaringan, regenerasi tanaman dan antibodi
monoklonal. Hasil penelitian bioteknologi di bidang pertanian yang sudah
dipasarkan dan dimanfaatkan adalah tanaman hasil rekayasa genetika atau tanaman
transgenik. Tanaman transgenik memiliki sifat-sifat unggul yang merupakan
ekspresi gen dari sumber-sumber gen organisme lain yang berhasil disisipkan
pada tanaman tersebut. Tanaman transgenik yang sudah dihasilkan tidak hanya
tanaman yang memiliki sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit tetapi juga
tanaman yang dapat menghasilkan nutrisi tertentu sesuai dengan komposisi yang
dikehendaki. Hasil bioteknologi yang sudah dikembangkan dan digunakan dalam
perlindungan tanaman antara lain:
a. Tanaman transgenik tahan hama
Pada
umumnya telah disisipi dengan gen yang berasal dari banyak strain Bacillus
thuringiensis yang ditujukan untuk mengendalikan jenis-jenis hama tertentu. Di
pasar dunia telah dikenal kapas transgenik atau kapas Bt., jagung Bt., kentang
Bt., kedelai Bt., tomat Bt, kanola Bt., dan lain-lainnya. Sampai saat ini kapas
Bt. sudah diijinkan di Indonesia tetapi masih ditanam secara terbatas di
Propinsi Sulawesi Selatan.
b. Tanaman transgenik tahan herbisida
beberapa
jenis tanaman seperti kapas, jagung dan kedelai telah disisipi gen tertentu
sehingga tanaman tersebut tidak mati
apabila terpapar herbisida. Beberapa jenis tanaman telah disisipi dua gen
sehingga tanaman tersebut tahan terhadap hama tertentu dan tahan terhadap
herbisida.
c. Tanaman tahan terhadap penyakit
beberapa
tanaman sepeti tomat, tembakau dan kentang berhasil disisipi gen yang
menghasilkan protein pembungkus dari virus penyebab penyakit mozaik pada
tembakau. Tanaman tahan terhadap penyakit virus dapat lebih meningkatkan
efektivitas pengendalian penyakit virus daripada penggunaan teknik yang biasa
dilakukan.
d. Rekayasa genetika agensia pengendalian hama
Aplikasi
bioteknologi dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat agensia
pengendalian hayati termasuk peningkatan kemampuan membunuh inang/mangsa.
Agensia pengendalian hayati berupa parasitoid, predator, maupun patogen hama
(bakteri, virus, jamur, nematoda, protozoa). Saat ini para peneliti lebih
menekankan pada kelompok bakteri dan virus dari pada jamur, nematoda dan
protozoa.Hal ini disebabkan genom bakteri dan virus lebih dikenal dan lebih
mudah dimanipulasi daripada kelompok musuh alami lainnya (Waage, 1996). Treacy
(1999) menguraikan tentang bagaimana meningkatkan kemampuan Baculovirus khususnya
NPV untuk membunuh hama melalui teknik rekayasa genetika. Bioteknologi juga
berpotensi untuk menyelesaikan masalah dalam pemeliharaan dan produksi massal
musuh alami di laboratorium.
e. Pengembangan Biopestisida
Pengembangan
dan penemuan jenis-jenis biopestisida baru yang lebih efektif dan efisien dapat
dipercepat melalui pemanfaatan bioteknologi
f. Rekayasa genetika tanaman
Tumbuhan
tertentu mempunyai sifat allelopati yang berfungsi melindungi tumbuhan tersebut
dari pengaruh tumbuhan lain disekitarnya. Apabila sifat tersebut dapat
dipindahkan ke tanaman lain maka akan diperoleh tanaman yang mampu
mengendalikan gulma yang hidup disekitarnya.
g. Sebagai perangkat deteksi penyakit virus
Salah
satu teknik bioteknologi yaitu pembuatan antibodi monoklonal yang dapat
digunakan sebagai perangkat deteksi yang sangat tepat dan cepat terhadap
serangga penular atau transmitter penyakit virus seperti Nephottetix virescens
yang menularkan penyakit tungro pada padi. Melalui pemanfaatan teknologi
antibodi monoklonal, random amplified polymorphin DNA (RAPD), polymerase chain
reaction (PCR) dan metode bioteknologi lain maka pengelompokan organisme
berdasarkan sifat-sifatnya dapat dilakukan lebih teliti sehingga membantu
penerapan PHT di lapangan.
Sebagai warga Negara yang baik dalam
melakukan budidaya tanaman,kita harus menerapkan system pertanian yang
berkelanjutan yang bewawasan lingkungan misalnya dalam budi
daya sayuran berkelanjutan kita mengaplikasikan teknologi yang bersifat efisien
dan ramah lingkungan, Input yang
digunakan lebih mengutamakan bahan organik atau bahan alami sebagai sumber
pupuk atau pestisida.itu dilakukan agar tidak terjadi penurunan kualiatas tanah
atau kita sering mendengar istilah degradasi tanah.
Beberapa ciri atau sifat pertanian berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan yaitu:
1.Mampu mendukung kehidupan masyarakat pedesaan dengan
meningkatkan kesempatan kerja dan kehidupan yang layak bagi petani.Â
1.Mampu meningkatkan kemandirian
petani secara berkelompok dalam mengambil keputusan pengelolaan eksosistem pertanian
secara berkelanjutan.
2.Mampu meningkatkan produksi
pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri.
3.Mampu menghasilkan pangan yang
dapat terbeli oleh konsumen dengan kualitas nutrisi tinggi serta bebas dari
bahan-bahan berbahaya.
4.Tidak membahayakan kesehatan
petani dan konsumen produk pertanian akibat penggunaan racun kimiawi yang
berbahaya.
5.Tidak mengurangi dan merusak
kesuburan tanah dan tidak meningkatkan erosi.
6.Meminimalkan ketergantungan pada
sumber daya alam yang tak terbaharukan.
7.Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di
lahan pertanian dan pedesan termasuk terhadap sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati.
Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman sayuran
membutuhkan hara esensial selain radiasi surya, air, dan CO2. Unsur hara
esensial (N, P, K, Ca, Mg, dan S) adalah nutrisi yang berperan penting sebagai feed
bagi tanaman. Ketersediaan
masing-masing
unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman. Nitrogen adalah unsur hara
yang palingdinamis di alam. Ketersediaannya di tanahdipengaruhi oleh
keseimbangan antarainput dan output dalam sistem tanah.Unsur N
mudah hilang dari tanah melaluivolatilisasi atau perkolasi air tanah,
mudahberubah bentuk, dan mudah pula diseraptanaman, Tanaman menyerap unsur N
dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis
karena mudah berubah bentuk menjadi nitrat nitrogen (NO3-) akibat proses
nitrifikasi oleh organisme tanah, Kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan
tanaman terhambat dan kerdil, daun kuning, serta mempengaruhi penyerapan P dan
K dan pembentukan protein, Fosfor (P) adalah unsur hara yang tidak mudah
bergerak (immobile) dalam tanah. Hara P di tanah tersedia dalam jumlah
cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnya dinamis, bergantung pada reaksi
tanah, sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksida dan mineral liat membentuk
Al, Fe, dan Ca-P atau oleh bahan organik, Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat akibat terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman,
metabolisme karbohidrat, dan transfer energy. Kalium (K) sebagai unsur hara
esensial Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
hara K mudah bergerak dan terikat oleh permukaan koloid tanah.Kekurangan K
mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi
gula.Hara Ca dan Mg merupakan unsurmakro sekunder yang sering terlupakan
pengelolaannya dalam usaha tani.Unsur tersebut tersedia di tanah dan berkurang
akibat intensifnya pengelolaan lahan untuk produksi tanaman) Kekurangan Mg pada
tanaman mengganggu unsur penyusun klorofil daun, yang ditandai oleh warna
kuning di antara tulang-tulang daun yang menua. ). Gejala tanaman yang
kekurangan Cayaitu terhambatnya pertumbuhan pucuk (titik tumbuh), kemudian
pertumbuhan tanaman kerdil dan mati.
Ketersediaan
dan Efisiensi Penyerapan Unsur Hara oleh Tanaman
Tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman tergantung pada banyak
faktor antara lain status hara dalam tanah dengan keragaman jenis dan sifatnya,
ketersediaan air (irigasi), jenis tanaman yang diusahakan, dan pola pemupukan
sebelumnya, Alat diagnosis (kits) untuk mengidentifikasi gejala
kekurangan hara bagi tanaman sangat membantu dalam menetapkan kebutuhan unsur
hara bagi tanaman tersebut. Kekurangan unsur hara pada tanaman sering
termanifestasikan pada daun, Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah
pemupukan dengan pupuk anorganikatau organik sesuai kebutuhan tanaman.Masalah
umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh
tanaman.Efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%.Penerapan
teknologi penggunaan pupuk yang tepat, baik jenis, takaran maupun aplikasinya,
dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K hingga 40-50%.Untuk budi
daya sayuran dataran tinggi, takaran pupuk N berkisar antara 100-200 kg/ha,
P2O5 90-180 kg/ha, dan K2O 60-150 kg/ha.Dalam pemupukan N, tanaman sayuran
umumnya menghendaki kombinasi urea dan ZA secara proporsional, sesuai jenis
sayuran yang diusahakan. Penggunaan pupuk P dapat ditingkatkan efisiensinya
melalui cara dan waktu aplikasi yang tepat.
Demikian pula pupuk K, efisiensinya meningkat bila penggunaannya
dikombinasikan dengan urea dan ZA secara berimbang, Upaya lain untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman sayuran pada beberapa jenis tanah
seperti Aluvial, Andosol, dan Latosol adalah penggunaan pupuk organik atau
pupuk kandang. Cara ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk NPK pada
bawang merah hingga 50% di tanah Aluvial.
MENAKAR
KEBUTUHAN HARA TANAMAN
Dalam menakar kebutuhan hara tanaman sayuran, terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan,yaitu karakteristik fisiologis dan ekologis tanaman.
a. Karakteristik Umum Fisiologis Tanaman
Sayuran
Sayuran, terutama jenis introduksi, merupakan tanaman tipe C3
yang memiliki titik kompensasi cahaya yang rendah dengan faktor pembatas
fotorespirasi yang tinggi, Kelompok
tanaman C3 relatif kurang efisien dalam memanfaatkan radiasi surya, air, dan
unsur hara dibandingkan dengan tanaman C4 dan CAM.Khusus tanaman kelompok
C3/III yang sebagian besar terdiri atas sayuran introduksi juga mempunyai titik
kompensasi suhu udara yang rendah, sehingga cocok sebagai tanaman dataran
tinggi.Berdasarkan karakteristik fisiologis tanaman sayuran, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang terkait dengan praktek budi daya, sistem usaha tani
sayuran dikelompokkan atas ekologinya, yaitu sayuran dataran tinggi (> 700 m
dpl), dataran medium (350-700 m dpl), dan dataran rendah (< 350 m
dpl).Pengelompokan tersebut terkait dengan kebutuhan optimum masing-masing
jenis tanaman sterhadap suhu. Jika suhu terlalu tinggi(panas), tanaman
kubis-kubisan tidak mampu membentuk krop (head), stolon kentang tidak
dapat membentuk umbi, dan tanaman tomat tidak menghasilkan buah, bahkan
pertumbuhan beberapa jenis sayuran tidak normal atau kerdil yang kemudian mati,
Aspek fisiologis lain yang juga erat kaitannya dengan dinamika unsur hara
adalah sistem perakaran tanaman sayuran yang relatif dangkal, Efektivitas
serapan haranya ditentukan oleh ketersediaan unsur hara di sekitar perakaran
dan dukungan mobilitas unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tingkat mobilitas
unsur hara di dalam tanah dipengaruhi pula oleh suhu tanah.Yang berkorelasi
positif dengan ekologi budi daya sayuran
dataran tinggi dan dataran rendah.Oleh karena itu, teknologi mulsa (penutup
tanah) memegang peranan penting dalam budi daya tanaman sayuran.
Kebutuhan Unsur Hara Berdasarkan Umur Fisiologis
Tanaman dan Indikator Kecukupan Hara
Selain kesesuaian ekologi budi daya, tanaman sayuran berbeda
menurut periode tumbuh dan umur panen.Beberapa jenis sayuran daun seperti
kangkung, bayam, dan sawi dapat dipanen pada umur 20-40 hari.Jenis sayuran
mentimun, kacang panjang, petsai, dan bawang merah dipanen sejak umur 50-60
hari.Kentang, tomat, kubis, kubis bunga, dan bawang putih di dataran tinggi
umumnya dipanen sejak tanaman berumur lebih dari 80 hari.Di antara jenis
sayuran berumur panjang, cabai dipanen sejak tanaman berumur lebih dari 100
hari setelah fase seedlings atau persemaian.Berdasarkan keragaman umur
fisiologis tersebut maka akutansi keharaan untuk tanaman sayuran juga dapat
diukur berdasarkan jangka waktu pemanfaatanaman dipanen.Konsumsi hara oleh
tanaman juga berbeda, bergantung pada umur fisiologis tanaman tersebut. Kajian
kebutuhan hara untuk efisiensi penggunaan pupuk didekati melalui ketepatan
jenis, takaran, cara, dan waktu aplikasi pupuk sesuai sifatnya . Penelitian
pemupukan pada sayuran umumnya lebih tertuju pada penetapan kebutuhan hara
selama musim tanam atau total kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman. Walaupun
bervariasi, takaran pemupukan sayuran berumur > 2 bulan berkisar antara
100-200 kg N, 50-180 kg P2O5, dan 50-150 kg K2O/ha.Berdasarkan analisis
dinamika unsur hara NPK dan umur fisiologis tanaman, aplikasi pupuk N untuk
sayuran dimulai pada saat tanam hingga maksimum 2/3 umur tanaman.Pupuk P dan K
diaplikasikan sebelum tanam atau sebagian ditambahkan sebelum fase vegetatif
maksimum.Untuk indikator kecukupan hara tanaman yang sehat di lapangan
didiagnosis melalui pengamatan visual berdasarkan minus hara tertentu atau omissionplot.Secara
praktis, penentuan kebutuhan hara N tanaman dapat menggunakan bagan warna daun
(BWD) yang dewasa ini telah digunakan oleh sebagian petani pada tanaman padi
sawah.
b.Keragaan Ekologi dan Kebutuhan
Tanaman
Dari aspek kesuburan tanah, secara ekologis terdapat perbedaan
tingkat kesuburan yang jelas antara tanah-tanah untuk produksi sayuran di
dataran tinggi dengan dataran rendah. Jenis tanah untuk budi daya sayuran di
dataran tinggi umumnya Inceptisol sampai Entisol (Latosol sampai Andosol)
dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang, sedangkan di dataran rendah
umumnya Vertisol, Latosol, dan Aluvial.Secara alami, berbagai jenis tanah
tersebut memiliki sifat dan ciri khusus,seperti perbedaan kemasaman dan tingkat
kesuburan. Demikian pula tingkat ketersediaan hara (N, P, K, Ca, Mg, dan S)
pada masing-masing jenis tanah. Dinamika hara pada ekosistem ini dipengaruh
oleoh lingkungan ekologi, yaitu suhu tanah yang dalam batas tertentu
mempengaruhi mobilitas unsur hara yang dapat dimanfaatkan tanaman Karena itu,
inovasi pengelolaan kesuburan tanah spesifik sesuai ekologi budi daya sayuran
memegang peranan penting.
Menakar
Kebutuhan Unsur Hara Sesuai Kebutuhan Tanaman Sayuran
Pada prinsipnya,feed what the crop
needs adalah pemberian unsur hara secara akurat sesuai kebutuhan tanaman
dan status hara dalam tanah,untuk mencapai tujuan peningkatan produktivitas,
efisiensi, dankelestarian lingkungan serta keberlanjutanusaha tani. Prinsip ini
hampir samadengan konsep “pemupukan berimbang yang sudah populer di kalangan
petugas pertanian dan petani dalam arti yang sebenarnya,bukan pupuk berimbang
yang sering kali disalah artikan sebagai “penggunaan pupuk majemuk”.Pendekatan
telah dikembangkan oleh pakar pemupukan dalam menentukan kebutuhan unsur hara
atau pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan data analisis tanah
umumnya lebih popular dijadikan dasar dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi
suatu tanaman, seperti sistem pakar SIPAPUKDI dan SIPADI untuk tanaman padi ,
atau penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah,atau dengan BWD. Untuk tanaman
pangan(arable crops) di Eropa digunakan metode Quept Systems dalam
menetapkan kebutuhan pupuknya, sedangkan untuk komoditas perkebunan
dikembangkan system pakar berbasis data analisis tanaman.Pendekatan pola
pertanian perspektifatau sistem pakar dalam menakar kebutuhan hara tanaman
sayuran ke depan diharapkandapat menggunakan model harmoni, yaitu sistem pakar
yang mampu menjadi enabler pencapaian tujuan keunggulan kompetitif usaha
tani. Inovasi ini menggabungkan basis data analisis tanah dan analisis tanaman, termasuk aspek pengelolaan
tanaman spesifik. Data hasil analisis tanah menjadi dasar penetapan kemampuan
tanah menyediakan hara yangdapat segera dimanfaatkan tanaman. Sementara data hasil
analisis tanaman, baik periodik maupun serapan total hara tanaman (total
uptake), dapat dijadikan alat penakar kebutuhan hara tanaman untuk satuan
produksi di lapangan.Besarnya serapan total hara untuk satuanproduksi yang
diharapkan dikurangijumlah hara tanah tersedia menjadi kebutuhanriil unsur hara
yang dibutuhkan.Pendekatan tersebut selain meningkatkanefisiensi pemupukan,
juga mampu menjagakelestarian lingkungan bagi keberlanjutanusaha tani.Fakta
lapangan menunjukkan bahwapupuk organik merupakan kebutuhan pokoktanaman
sayuran dataran tinggi.Untuktanaman kentang, misalnya, pupuk organicyang
diperlukan dapat mencapai lebih dari40 ton kotoran sapi atau kotoran kuda
perhektar per musim.Untuk tanaman bawang merah dancabai di dataran rendah,
pupuk organicjarang digunakan.Penggunaan pupuk buatan dan pestisidakimia
telah menjadi tumpuan bagipetani sayuran dalam meningkatkan produksi.Di tingkat
petani, takaran pupuk buatan (urea, ZA, TSP/SP36, KCl/K2SO4, atau NPK 15-15-15)
pada sayuran datarantinggi berkisar antara 1,5-2,0 t/ha, sementarauntuk tanaman
cabai dataran rendahdapat mencapai lebih dari 3 t/ha/musim. Pengelolaan hara
tanaman selain masihterfokus pada NPK, perhatian terhadapsuplai hara sekunder
seperti Ca, Mg, danS menjadi relevan dengan budi daya sayuran yang
intensif.Gejala kekurangan hara Ca dan Mg pada beberapajenis sayuran sudah
mulai muncul padatahun 1980-an. Bagi tanaman tomat, kentang,dan kacang-kacangan
di sentra produksisayuran dataran tinggi, kekuranganhara Ca dan Mg dapat
menurunkan hasil5-30%. Pemberian hara Cadan Mg dari sumber dolomit dengan
takaran 1,5 t/ha nyata meningkatkan hasilkomoditas sayuran tersebut,
sekaligusmengatasi masalah kekurangan hara Cadan Mg pada tanah Andosol di
datarantinggi .Upaya peningkatan produksi tanamansayuran ke depan masih dan
akan terusbertumpu pada penggunaan input luar,termasuk pupuk organik dan
pupuk kimia,yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhanhara tanaman, apalagi bagi
varietasunggul yang responsif terhadap pupuk.Tingkat ketersediaan hara tanah
bagitanaman umumnya bervariasi, bergantungpada jenis tanah dan kesuburannya.
Perbedaankebutuhan hara tanaman disebabkanoleh perbedaan kemampuan tanamanatau
varietas menyerap hara dan perbedaanpengelolaan input produksi. Atas
dasar itu,maka sistem pakar harmoni yang menggunakanbasis data analisis tanah
dan tanamandalam menakar kebutuhan unsur harabagi tanaman dan expertise
judgement dalam pengelolaannya menjadi relevandikembangkan dalam usaha tani
sayuranberkelanjutan.
Reorientasi
Sistem Pengelolaan Hara
Penerapan teknologi budi daya sayuran yang berorientasi pada input
agrokimia tinggi merupakan tantangan yang serius dalam mewujudkan sistem
produksi berkelanjutan. Reorientasi usaha tani sayuran ke depan adalah upaya
pemenuhan tuntutan kebutuhan yang dilandasi oleh peningkatan efisiensi dan daya
saing produksi. Satu di antaranya adalah perencanaan seksama dalam pengelolaan
unsur hara (pupuk) untuk tanaman dengan mempertimbangkan dukungan sumber daya
lahan dan aplikasi teknologi spesifik lokasi.Analisis biofisik lahan perlu
dilakukan dalam rangka mengelola kesuburan tanah yang dinamis untuk menjamin
produktivitas optimal dan penyediaan hara tanah sesuai kebutuhan tanaman.
Analisis komoditas diperlukan untuk menetapkan dukungan teknologi budi daya
spesifik dalam mencapai target yang ditetapkansecara menguntungkan. Suatu
inovasi teknologi harus mampu menekan ongkos produksi untuk mendapatkan hasil
yang lebih tinggi dengankualitas yang lebih baik (cost ant quality).Pergeseran
model pengelolaan pupuk dari orientasi respons tanaman terhadap penggunaan
model atau sistem pakar, selainmampu mengeliminasi pemborosaninput yang
tidak tepat juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan input dengan
hasil yang realistis. Aspek keberlanjutan usaha tani sayuran dapat lebih terjaga
karena adanya orientasi pemakaian input yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan keseimbangan suplai hara internal maupuneksternal. Implikasi
sinergis dari penerapan inovasi budi daya adalah manifestasi responstanaman
terhadap lingkungan biofisik danmanajemen produksi yang diharapkan.Tingkat
keselarasan inovasi yang relevan di lapangan akan banyak ditentukan
olehkemampuan sumber daya manusia (SDM)dalam memanfaatkan dan/atau
mengadopsiteknologi secara harmonis (deleniationand priority setting).
KESIMPULAN
1.
Dalam budidaya tanaman kita menerapkan system pertanian yang berkelanjutan yang
bewawasan lingkungan misalnya dalam mengaplikasikan
teknologi yang bersifat efisien dan ramah lingkungan, Input yang digunakan lebih mengutamakan bahan organik atau
bahan alami sebagai sumber pupuk atau pestisida.itu dilakukan agar tidak
terjadi penurunan kualiatas tanah atau kita sering mendengar istilah degradasi
tanah.
2.Ketersediaan masing-masing unsur (N, P, K, Ca, Mg, dan
S)di dalam tanah berbeda antar tanaman
3.Upaya
untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganik atau
organik sesuai kebutuhan tanaman
4.Analisis
biofisik lahan perlu dilakukan dalam rangka mengelola kesuburan tanah yang
dinamis untuk menjamin produktivitas optimal dan penyediaan hara tanah sesuai
kebutuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Triharso, 1992. Pembangunan Pertanian Berwawasan
Lingkungan Yang Berkelanjutan. ISAAA 1992. http://
psi.ut.ac.id/Jurnal/5triharso.htm. 1-25. 9/23/2002.http:// psi.ut.ac.id/Jurnal/5triharso.htm.
1-25. 9/23/2002.
Trisyono,
Y. A. 2002. Ecdysone agonist: New Insecticides with Novel Mode of Action. J.
Perlindungan Tanaman Indonesia. Vol. 8(2): 75-85.
Hobir,
S.F. Syahid dan I. Mariska, 1998. Pengaruh pupuk dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan sayuran. JurnaL Penelitian
Tanaman Industri. IV(4): 129-134.
No comments:
Post a Comment