I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terung
ialah tumbuhan pangan yang
ditanam untuk buahnya.
Asal-usul budidayanya berada di bagian selatan dan timur Asia sejak zaman
prasejarah, tetapi baru dikenal di dunia Barat tidak lebih awal dari sekitar
tahun 1500. Buahnya mempunyai
berbagai warna, terutama ungu, hijau, dan putih. Catatan tertulis yang pertama
tentang terung dijumpai dalam Qí mín yào shù, sebuah
karya pertanian Tiongkok kuno yang ditulis
pada tahun 544. Banyaknya nama bahasa Arab dan Afrika Utara untuk terong
serta kurangnya nama Yunani
dan Romawi menunjukkan bahwa
pohon ini dibawa masuk ke dunia Barat
melewati kawasan Laut Tengah
oleh bangsa Arab
pada awal Abad
Pertengahan. Nama ilmiahnya, Solanum melongena, berasal dari
istilah Arab abad ke-16
untuk sejenis tanaman terung.
` Karena terung merupakan anggota Solanaceae, buah terung
pernah dianggap beracun, sebagaimana buah beberapa varietas leunca dan kentang.
Sementara buah terung dapat dimakan tanpa dampak buruk apa pun bagi kebanyakan
orang, sebagian orang yang lain, memakan buah terung (serupa dengan memakan
buah terkait seperti tomat,
kentang, dan merica hijau atau lada) bisa berpengaruh
pada kesehatan. Sebagian buah terung agak pahit dan mengiritasi perut serta
mengakibatkan gastritis. Karena itulah,
sebagian sumber, khususnya dari kalangan kesehatan alami, mengatakan bahwa
terung dan genus terkait dapat mengakibatkan atau memperburuk artritis dengan kentara
dan justru itu, harus dijauhi oleh mereka yang peka terhadapnya.
Unsure hara esensial yang dibutuhkan
tanaman terdiri dari unsure makro (N,P,K,Ca,Mg dan S) dan unsure mikro
(Zn,Cu,Mn,Mo,B,dan Cl). Unsure logam pb, Cd juga terkandung dalam jaringan
tanaman yang diseut hara non-esensial, sebab sebelum diketahui fungsi unsure
tersebut dalkam tanaman. Secara umum semua unsure hara bersumber dari bebatuan
induk tanan/mineral-mineral, kecuali unsure N yang berasl dari bahan Organik.
Mineral dalam bebatuan terlarut, unsure hara terbebas dan tersedia bagi
tanaman.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui gejala devisiensi dan kelebihan unsure hara tetentu pada tanaman.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Terung diduga berasal dari benua asia,
terutama india dan birma. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusai
belum diketemukan keterangan atau data uyang pasti. Eberapa petunjuk menyatakan
bahwa tanaman terung banyak tumbuh dicina. Didaerah ini dikemudian dibawa
kespanyol, dan disebarluaskan ke Negara-negara lain di eropa, Afrika, Amerika
Selatan, Malaysia dan Indonesia
Terung
atu teong (jawa), torung (batak), cuang, taung (bali) atau nasubi (jepang)
termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan seluruh
pelosok tanah air. Buah terung merupakan hasil panen utama tanaman ini memiliki
cita rasa yang enak, bernilai gizi diantaranya A, B1, C,P dan Fosfor (Trubus,
1998). Selain itu memiliki harga yang relative murah (rp 3000 –Rp 3500/kg
terung ungu) sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Jadi
tidak menghernkan jika bebagai masakan rumah tangga Indonesia bahkan rumah
makan besar menggunakn terung sebagai salah sau menunya.
Lignina
dalah penyusun jaringan tumbuhan selain selulosa dan hemiselulosa. Senyawa ini
merupakan polimeraromatik dari phenilpropanoid, basilsintesaconiferyl, synapyl,
p-coumaylalkohol (GolddanAlic,1993). Fungsi dari lignin untuk member kekakuan
pada jaringan pengangkut tumbuhan dan melindungi struktur yang tersusun dari
polisakarida (selulosadanhemiselulosa) dari serangan organisme lain sehingga
lignin bersif atrekalsitran (Hammel,1997). Jamur whiterot menguraikan lignin
melalui prose soksida si menggunaka nenzimphenoloksidas (Sanchez,2009) menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserapoleh mikroorganisme,
Selulosa dan hemiselulosa juga merupakan penyusun jaringan tumbuhan yang
tersusun dari gula yang berbeda. Selulosa adalah polimer linear yang tersusun
dari D-glukosa yang diikat olehb-I ,4glycosida membentuk
celobiosa(Sanchez,2009).
Pemupukan
berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan
setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan
hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Dobermann and
Fairhurst 2000, Witt and Dobermann 2002). Konsep serupa juga digunakan untuk
rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika
Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang
hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat
spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi
berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun
waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas
lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003)
Terung (Solanum melongena L.)
merupakan salah satu jenis sayuran penting di daerah tropis dan subtropis.
Salah satu kendala dalam pengembangan terung adalah serangan penyakit layu
bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, jamur Fusarium
oxysporum dan F. melongena, serta nematoda Meloidogyne sp.
Serangan penyakit layu bakteri di Jawa, Sumatera, Bali, Lombok, dan
Sulawesi menyebabkan kehilangan hasil 15-95%.
Sumber
ketahanan terhadap penyakit layu pada terung terdapat pada kerabat liarnya,
seperti Solanum sanitwongsai, S. torvum (takokak), S. sysimbrifolium,
dan S. aethiopicum (Mariska et al. 2002). Persilangan
seksual antara terung budi daya dan kerabat liarnya sering mengalami kegagalan
karena adanya ketidaksesuaian (incompatibility) atau F1 yang
dihasilkan sering steril. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan fusi
protoplas antara S. melongena dan S. torvum atau S.
aethiopicum dilanjutkan dengan kultur anther dan hibridisasi silang balik.
Protoplas diisolasi dari daun secara in vitro dengan menggunakan enzim
selulase dan pektinase.
Sumber
ketahanan terhadap penyakit layu pada terung terdapat pada kerabat liarnya,
seperti Solanum sanitwongsai, S. torvum (takokak), S. sysimbrifolium,
dan S. aethiopicum (Mariska et al. 2002). Persilangan
seksual antara terung budi daya dan kerabat liarnya sering mengalami kegagalan
karena adanya ketidaksesuaian (incompatibility) atau F1 yang
dihasilkan sering steril. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan fusi
protoplas antara S. melongena dan S. torvum atau S.
aethiopicum dilanjutkan dengan kultur anther dan hibridisasi silang balik.
Protoplas diisolasi dari daun secara in vitro dengan menggunakan enzim
selulase dan pektinase.
Peningkatan
keragaman genetikmelelui variasi somaklonal menggunakan protlopas telah
berhasil dilakukan pada eberapa tanaman, seperti variasu pertumbuhan dan
pembentukan ubi pada umbi jalar(sihachak et al. 1994), variasi sifat ketahanan
terhadap penyakit Phytoptora infestandan alternaria sollani pada tanaman
kentang(takabe et al. 1997), serta variasi multyploidi(data et al. 1992), dan
ketahana terhadap herbisida (Evans dan Sharp, 1986).
Klorofil
merupakan zat hijau daun yangterdapat pada semua tumbuhan hijau yang
berfotosintesis. Berdasarkan penelitian, klorofil ternyata tidak hanya berperan
sebagai pigmen fotosintesis. Klorofil mempunyai manfaat antara lain, sebagai
obat kanker otak, paru-paru, dan mulut . Klorofil juga dapat digunakan sebagai
desinfektan, antibiotik dan food suplemen. Klorofil dapat digunakan sebagai
food suplemen karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk tubuh manusia.
Adanya manfaat
klorofil yang banyak tersebut, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan
kandungan klorofil pada tanaman. Usaha peningkatan kandungan klorofil tersebut
salah satunya bisa dilakukan dengan volume penyiraman yang sesuai dengan jenis
tanaman yang ditanam. Oleh karena itu perlu diketahui volume penyiraman yang
tepat pada suatu tanaman agar pertumbuhan dan kandungan klorofilnya maksimal.
Kebanyakan
tanaman mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas layang.
Kapasitas lapang adalah keadaan dimana air hanya berada dalam pori-pori mikro
tanah dan disebut sebagai air tersedia, sedang pori-pori makro tanah ditempati
oleh udara.(ika susanti, 2009)
IV. PEMBAHASAN
Unsur hara mikro yaitu unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit namun mutlak
diperlukan. Unsur hara mikro bisa diperoleh melalui penaburan pupuk kandang
atau pupuk organik yang lain, bisa juga dilakukan melalui penyemprotan dengan
pupuk mikro dosis tinggi misal Multimikro, metalik atau yang lainnya.
Berikut
macam-macam pupuk mikro:
1. Ferrit/besi (Fe): besi (Fe) berfungsi untuk
pembentukan klorofil. Tanda kekurangan Fe yaitu daun menguning dan ahirnya mati
dari pucuk.
2. Mangan (Mn): Untuk penyusunan klorofil,
perkecambahan, dan pemasakan buah. Ciri kekurangan Mn biji yang terbentuk akan
sangat jelek, daun menguning dan beberapa jaringan akan mati.
3. Tembaga/Cupprum (Cu): Kehadiran tembaga pada tanama belum
banyak diketahui, namun tembaga berfungsi untuk pembentukan klorofil, ciri
kekurangan tembaga daun tidak merata dan daun sering layu, malah terkadang
klorosis.
4. Seng/zink (Zn): Memberi dorongan terhadap
pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi untuk membebtuk hormon
tumbuh. Kekuranan unsur ini ditandai dengan daun berwarna aneh-aneh misal
kekuning-kuningan atau pada daun yang sudah tua berwarna kemerahan
. Kalau diperhatikan dengan seksama cabang dan batangpun ikut
terkena bencana yang mengakibatkan terdapatnya lubang kecil-kecil.
5. Boron (B): Unsur ini berfungsi menangkut
karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan menghisap unsur kalsium. Selain itu boron
berfungsi dalam perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada
tanaman penghasil biji unsur ini berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan
yang paling nyata ialah perannya terhadap munaikkan mutu tanaman sayuran dan
tanaman buah.Bila kekurangan unsur boron paling nyata tampak pada tepi-tepi
daun yaitu gejala klorosis, mulai dari bagian bawah daun. daun yang baru
muncul terlihat kecil dan tanaman agak kerdil cabang tumbuh sejajar.
kuncup-kuncup mati dan berwarna hitam. Kekurangan unsur ini menimbulkan
penyakit fisiologis , khususnya pada atanaman sayur dan buah, pada tanaman
semangka biasanya ditandai dengan pertumbuhan batang muda yang tegak berdiri,
ruas pendek, daun mengecil, dan bila terkena angin batang muda tersebut mudah
patah dan mengeluarkan cairan berwarna kecoklatan, pada tanaman sayur dan
buah kekurangan unsur bini agak sulit dibedakan dengan tanaman yang terkena
serangan virus. Dan pada tanaman jagung kekurangan unsur ini bisa
mengakibaatkan tongkol tanpa biji sama sekali ( mirip jagung yang tidak
terbuahi)
Zn diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen
Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat, misalnya
Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam
tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar
antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS),
spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan
ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat
dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super
okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan
peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas
batang.
Ketersediaan
Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan
ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan
adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman
kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan
klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
Suplai
unsur hara dari ahan mineral untuktanaman secra alami cukup bagi pertumbuhan
tanaman secara normal, kecuali pada tanah masam seperti pada Oxisol. Tanah ini
memiliki sifat kesuburan tanah rendah terutama tngginya kelarutan unsur0unsur
mikro yang dapat menekan pertumbuhan tanaman. Dapat terjadi peningkatan kadar
unsure dalam tanah akibat penamhan dari luar melalui udara dan air (polusi)
atau air dari limbah. Peningkatan ini dapat melebihi ambang batas bagi
kehidupan bilologi di dalam tanah maupaun dipermukaan tanah khususnya unsure
logam seperti Zn, Cu, Pb, dan Cd. Kadar air yang berleihan dari kekmpat unsure
tersebut baik secara sendiri maupun bersama-sama dapat meracun tanaman tingkat
tinggi. Bahkan dapat meracunu bakteri-bakteri yang bermanfaat dalam tanah,
sepertiu bakteri rizobium yang terdapat pada akar tanaman leguminosa. (sit,
1994) melaporkan bahwa mikroorganisme perombak secara anaaerobik dapat
mengalami keracunan akibat keleihan beragai unsure termasuk unsure Zn, Cu, Pb,
dan Cd, serta terjadi pada kadar 10-100 mg Zn, 50-100 mg Zu, 10-30mg P, dan 70
mg cd/liter. Bakteri ini berperan dalam merombak ahan organic pada kondisi
tanpa undara Oksigen. Keracunan akibat unsure logam dapat terjadi pada hewan
dan manusia.
Meningkatkan
ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi humus dengan
ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya.
Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi
humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
• Membentuk kompleks dengan unsur mikro
sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat
dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari
pencucian, kemudian tersedia kembali.
• Meningkatkan kapasitas tukar kation
tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
• Memperbaiki struktur tanah Tanah yang
mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan
bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan
pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik
untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal
akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan
organik.
• Mengurangi erosi
• Memperbaiki agregasi tanah. Bahan
organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang
tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan
air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap
air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula
dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas)
bertambah akibat terbentuknya agregat.
• Menstabilkan temperatur. Bahan organik
dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena
mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
• Meningkatkan efisiensi pemupukan
Pada
hasil pengamatan panjang daun, lebar daun, kandungan klorofil enhga perlakuan
+Zn, control, dan –Zn dengan hasil pengamatan yang jelas bahwa hasil yang
didapatkan hasil yang aik serta
mendapatkan hasil yang cukup relevan karena dengan angka-anka yang menunjukkan
selisih-selisih yang tida terlalujauh.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Keaimpulan
1. Pada tanaman terong perlakuan control
memiliki pertumbuhan yang cukup
baik, di lihat dari jumlah daun, daun yang menguning, serta tinggi
tanaman.
2. Untuk perlakuan +Zn tanaman terong etrdapat
hasil yang menunjukkan
bahwa untuk setiap perlakuan membutuhkan perawatan yang baik, sehingga
didapatkan hasil yang baik pula perlakuan
3. Hari hari ahri-kehari pertumuhan pada tanaman
terong memiliki peredaan jumlah daun, jumlah daun menguning, serta tinggi
tanaman dan kandungan klorofil, panjang
daunserta lebar daun yang menunjuknkan angka-angka tertentu, ini menunjukkan
bahwa dengan perlakuan +zn, -Zn, serta control berpengaruh terhadap pertumbuhan
suatu tanaman
5.2
Saran.
Agar
praktikan memperoleh ilmu dari penjelasan asistan, maka alangkah baiknya
apabila terjalin kerja sama praktikan dan asistan, sehingga praktikan mampu
menaplikasikan acara praktikum kali ini kedepan.
DAFTAR
PUSTAKA.
Dobermann et al. 2003. Pemupukan
Berimbang Untuk Tanaman Terung. Universitas
Gajah Mada
Press,Yogyakarta.
Eka susanti,
2009. Kandunagn Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (vigna sinensis) Pada
Tingakat Penyediaan Air Yang berbeda. Laboratorium Biologi
Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro.
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang-Semarang 50275
Golddan
Alic,1993. Funsi lignin pada tumbuhan yang difungsikan untuk penambah zat pada
tuumuhan yang terbentuk dari susunan
selulosa. Prosiding Kongres HITI III Nasional Malang.
Mariska, I., R. Purnamaningsih,
Hobir, K. Mulya, A. Husni, S. Rahayu, M. Kosmiatin, and D. Sihachakr. 2002.
Improvement of bacterial
Sixt, H. 1994.
The application of recycling technology
of palm oil mill factory. Prosiding seminar sehari Pemanfaatan LImbah
PAdat/CAir Menjadi Energi dengan Teknologi Daur ulang. Jakarta, 7 februari.
Sanchez C. 2009.
Lignocellulosic residues: Bodegradation and bioconversion by fungi.
Biotecnology Advnces 27, 185-194.
Trubus, 2002.
Mengenal sumber pangan Nabati dan Plasma Nutahnya.Puslitbang Bioteknologi-LIPI.
Bogor
No comments:
Post a Comment