Monday, April 16, 2012

PENGOLAHAN LIMBAH BATIK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Air merupakan salah salah satu objek yang menarik perhatian, hal ini dikarenakan lebih dari 70% permukaan bumi tertutup air. Dengan demikian air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital dan mampu mendukung kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air.
Pertumbuhan penduduk dan kenaikan tingkat ekonomi mengakibatkan masalah pencemaran semakin meningkat termasuk pencemaran air. Hhal ini terjadi apabila dalam lingkungan air tersebut masuk atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain atau proses alam sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang mengakibatkan perairan tidak berfungsi sesuai semestinya.
Salah satu usaha yang sedang digalakkan pemerintah adalah dengan meningkatkan sekotr industry baik yang berupa industry berat maupun ringan. Industry berat yang dimaksud adalah industry yang memanfaatkan sumber daya alam dan energy yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak. Sedangkan industry ringan yang dimaksud adalah industry dengan modal kecil dan tenaga yang sedikit dan menggunakan alat dengan teknologi sedarhana.
Salah satu sektor industry yang ada di kota Jember adalah industry batik yang terletak di Jl. Mawar No. 75. Tumbuhnya industry batik ini akan membawa permasalahan baru di lingkungan sekitarnya, kerena limbah batik dapat mencemari air sungai. Oleh karena itu perlu dipikirkan efek samping dari limbah yang dihasilkan sebelum industry batik tersebut mulai beroperasi, misalnya perlu tidaknya disediakan bangunan pengelolaan air limbah serta teknik yang digunakan dalam pengolahan. Perkembangan industry batik ini bisa membawa dampak bagi kehidupan manusia dampak positif misalnya menambah tingkat ekonomi dan membuka lapangankerja. Hal ini memang diterapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan ketentraman hidup. Dampak negatifnya limbah batik dapat mencemari air sungai yang dapat menurunkan kualitas air, sehingga harus dapat diatasi dengan baik.
Dalam proses prosuksinya, industry batik banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan air. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah insustri batik dapat berupa padatan tersuspensi, atau zat organic.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Dampak apa yang disebabkan oleh limbah batik tersebut ?
2.    Solusi apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir pencemaran limbah batik di Kota Jember ?


BAB 2. PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara yang sedang menggalakkan pembangunan di segala sektor, salah satunya di sektor industri. Pembangunan di sektor industri memberikan dampak beragam. Dampak tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Adanya limbah buangan ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan alam dimana limbah itu terakumulasi.
Perairan adalah tempat akhir dari semua pembuangan limbah, baik limbah yang berasal dari rumah tangga maupun dari industri dan beberapa logam berat dalam konsentrasi yang tinggi.
Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industry (pabrik) walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun tertentu dilepas ke lingkungan maka hal tu akan mengakibatkan pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara.
Kota Jember merupakan salah satu kota pengrajin batik yang ada di Indonesia yang bertempat di Jl. Mawar No. 75 Kreongan Jember. Industry ini tergolong industry kecil karana produksi yang didapatkan masih sedikit hanya tergantung dari permintaan masyarakat begitu pulla limbah yang dihasilkan juga sedikit. Tetapi limbah yang dihasilkan tergolong limbah yang berbahaya, kegiatan tersebut menghasilkan limbah cair berasal dari obat pemutih dan obat pewarna batik yang dapat meyebabkan pencemaran apabila langsung dibuang ke sungai tanpa adanya pengolahan pada limbah tersebut.
Dalam pembuatan batik bahan utama yang digunakan antara lain adalah kain jadi (polosan) hasil tenunan dari pabrik lain serta bahan pewarna. Zat pewarna yang digunakan dalam pewarnaan batik antara lain : Fr (Foron Rubin RGDFL) warna violet, IMP (Imperor Rea KG3R), CIB ( Cibacron Red) dan lain-lain. Bahan – bahan senyawa zat yang digunakan tersebut merupakan penyebab utama terhadap tingginya pencemran badan-badan perairan yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair.
Limbah batik yang dihasilkan mengandung logam berat Cd dan Pb. Logam berat ini dapat terakumulasi dalam tubuh melalui rantai makanan yang dikhawatirkan berbahaya bila dikonsumsi oleh makhluk hidup yang memanfaatkan air sungai apabila air tersebut telah terscemar oleh pembuangan limbah batik.
Zat yang banyak digunakan untuk proses pewarnaan batik pada umumnya adalah Nitro, Nitroso dan ozo. Kelompok Nitro, Nitroso dan ozo penyusunnya adalah nitrogen. Nitrogen dapat ditemukan hampir di setiap badan air dan bermacam-macam bentuk tergantung dari tingkat oksidasinya. Senyawa organik hasil dari proses industri batik dapat bersifat racun sehingga membahayakan kehidupan di air. Senyawa tersebut berasal dari zat pewarna dan zat-zat pembantu pembuatan batik. Zat-zat pewarna yang digunakan antara lain nitro, nitroso, ozo, karbonil dan karbon-nitrogen. Zat-zat pembantu dalam proses penyelesaian batik antara lain, natrium hidroksida (soda kaustik), natrium karbonat (soda abu), kapur, tawas, minyak kacang, asam sulfat. Dalam penelitian Murtinah dkk (1993) menyatakan bahwa proses pembuatan batik yang dilaksanakan oleh para pengusaha kecil batik pada umumnya adalah sebagai berikut :
Proses pembuatan batik dimulai dengan pemotongan kain. Kain yang digunakan untuk membuat batik adalah kain jadi atau polosan yang merupakan hasil tenunan atau hasil produksi. Kain polos tersebut dipotong sesuai dengan keinginan. Pembuatan motif atau pengecatan di atas kain dengan cara menggambar dan mengecap dengan berbagai macam motif yang ada di cetakan. Pewarnaan batik ada dua yaitu zat warna procion – M dengan cara dingin sedangkan cara panas mengguakan zat warna remasol. Penghilangan lilin atau plorotan dengan cara lilin dihilangkan dari kain batik supaya motif pada kain tersebut dapat terlihat dengan jelas. Penjemuran atau pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung, selain itu dengan cara penguapan menggunakan mesin. Penjahitan dilakukan setelah kain batik jadi dan disesuaikan dengan jenis produksi yang dihasilkan.
Proses–proses pengolahan batik seperti pada skema gambar (1) di atas membawa pengaruh pencemaran yaitu menjadi sumber pencemaran air, khususnya air sungai karena limbah dari proses pembuatan batik tersebut biasanya langsung dialirkan ke sungai tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu.
Pada home industry yang ada di kota Jember ini pengolahan limbah yang dilakukan sangatlah sederhana karena alat yang digunakan masih sangat sederhana. Yang mana air limbah yang dihasilkan dari pewarnaan dan pembilasan kain batik  tersebut dilakukan dengan cara pemberian tawas pada air limbah yang kemudian didiamkan selama ± 24 jam, kemudian setelah air limbah cair hasil proses pewarnaan limbah dan pembilasan limbah tersebut jernih maka siap untuk dibuang ke sungai sekitarnya.
Selain itu dapat digunakannya sebuah alat membuat pengolah limbah batik dengan metode elektrolisis. Alat ini hanya terdiri atas rangkaian anoda dan katoda platinum (Pt). Rangkaian ini dijalankan dengan sumber arus dari power supply DC berkekuatan maksimum 10 volt. Alat ini kemudian dimasukkan dalam penampungan limbah batik yang masih berwarna pekat. Untuk mempercepat kerja, diperlukan pengaduk dalam penampung elektrolisis dan garam dapur.
Dengan cara itu, terjadi reaksi oksidasi, sehingga cincin benzana terputus menjadi CO2 (karbondioksida) dan H2O (air). Sesuai sifatnya, CO2 kemudian menguap. Dengan terputusnya cincin benzana yang merupakan senyawa paling stabil, maka limbah tidak lagi berbahaya.
Berdasarkan analisa limbah batik yang berwarna hitam atau biru pekat, setelah proses elektrolisis, akan berubah menjadi merah jernih. Hasil analisis komponen limbah kemudian disesuaikan dengan baku mutu limbah cair berdasarkan PP Nomor 20/1990. Limbah hasil elektrolisis ini menghasilkan larutan yang aman digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pertanian, industri, bahkan untuk air minum. 
Selain itu, dapat dilakukan  juga melakukan upaya pengolahan dengan metode fitoremediasi. Caranya dengan membuang limbah batik ke laut, namun di sekitar tempat pembuangan ditanami bakau sebagai penyerap.


BAB 4. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batik sekarang menjadi tren setelah UNESCO resmi mengakui batik sebagai warisan budaya dunia pada 2009, tak lagi dianggap kuno. Jember menjadi salah satu kota pengrajin batik. Batik yang dihasilkan masih tergolong kecil karena hanya menggunakan peralatan yang sederhana.
Walaupun begitu pencemaran  yang dihasilkan tetap berbahaya bagi masyarakat sekitar Jember. Karena bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti kanker dan gangguan pencernaan.
Pengolahan limbah  yang dilakukan pada home industry ini dengan cara pemberian tawas pada air bekas pewarnaan dan pembilasn kain batik.


DAFTAR PUSTAKA

Betty Sri, LJ, Winiati Pudji R., (1993), Penanganan Limbah Industri Pangan, PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Gintings, Perdana., (1992), Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sugiharto, (1987), Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (Ul Press), Jakarta.

Sumarno, Ir. MS, Indro Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah CairIndustri Kecil Batik dengan Bak Anaerobik Bersekat. Semarang : Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses 1999

Widodo. 2004, Batik Seni Tradisiona. PT. Penebar Swadaya : Yogyakarta


No comments:

Post a Comment