Saturday, April 21, 2012

ARTI PENTING PENGERINGAN DALAM MENINGKATKAN MUTU BENIH


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kemajuan pembnguan pertanian, benih memainkan peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetic yang baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas pula. Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama, oleh karena itu kita perlu mengupayakan bagaimana agar benih ini tetap berkualitas, dalam arti kalau disemai memberikan prosen kecambah yang tinggi dan bila di tanam pada lahan yang bervariasi keadaanya bisa tumbuh baik, kematiannya kecil. Oleh karena itu kita harus memperhatikan dan menggunakan cara-cara yang tepat dalam pengunduhan dan penanganannya.
Sampai saat ini program penanaman selalu diawali dengan pengumpulan biji dari sumber benih yang telah ada disuatu wilayah yang bersangkutan, baik dari sumber benih yang secara alami sudah ada maupun dari hutan tanaman yang sudah ditetapkan untuk sumber benih. Agar pengumpulan biji ini bisa sesuai dengan target yang diharapkan maka instansi yang bergerak di bidang perbenihan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi panen biji pada tanaman, serta faktor-faktor apa yang bisa dikendalikan agar panen bisa terjadi setiap tahun.
Penanganan benih setelah panen seperti pengeringan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu fisik dan fisiologis benih.  Berbagai hasil penelitian terhadap pengeringan benih menunjukkan adanya penurunan mutu fisik akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan alat pengering maupun dengan sinar matahari.  Pengeringan secara alami menggunakan energi panas yang bersumber dari sinar matahari biasa dilakukan dengan menjemur tongkol jagung di atas lantai jemur, demikian pula dengan biji jagung yang telah dipipil.  Namun ada juga yang melakukan penjemuran tongkol maupun biji jagung beralaskan terpal untuk menghindari kotoran-kotoran dan memudahkan pengumpulan benih di lapangan.
Pengeringan terhadap benih merupakan suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Pengeringan benih dapat terjadi sebelum benih tersebut dipanen. Hal ini terjadi bila kemasakan benih terjadi pada saat cuaca panas/musim kemarau. Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air. Tetapi sebaliknya, jika benih diletakan dalam ruangan dengan RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.
Selain bersifat hygroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium dengan kondisi sekitarnya. Benih juga bersifat seperti spon yaitu dapat menyimpan air yang diserap sampai seimbang dengan keadaan di sekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalambenih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pengeringan benih?
2.      Bagaimana Macam-macam metode pengeringan benih yang baik dan benar?
3.      Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.      Agar mengetahui pentingnya pengeringan benih
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih
3.      Untuk mengetahui macam-macam metode pengeringan


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air pada benih yang akan kita simpan.  Pengeringan atau proses penurunan kadar air dapat meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurunkan kadar air (Kartaspoetra, 2003).
Kadar air sangat berpengaruh terhadap kehidupan benih. Pada benih ortodoks, kadar air saat pembentukan benih sekitar 35-80% dan pada saat tersebut benih belum cukup masak untuk dipanen. Pada kadar air 18-40%, benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi, serta benih peka terhadap serangan cendawan, hama dan kerusakan mekanis. Pada kadar air 13-18% aktivitas respirasi benih masih tinggi, benih peka terhadap cendawan dan hama gudang, tetapi tahan terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 10-13%, hama gudang masih menjadi masalah dan benih peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 8-10%, aktivitas hama gudang terhambat dan benih sangat peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8% merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dengan kemasan kedap udara.  Kadar air 0-4% merupakan kadar air yang terlalu ekstrim, dan pada beberapa jenis biji mengakibatkan terbentuknya biji keras. Penyimpanan benih pada kadar air 33-60% menyebabkan benih berkecambah (Sutopo, 1990).
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari permukaan benih harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam ke bagian permukaan benih. Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka tekanan kelembaban yang terjadi akan merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitas benih (Justice dan Bass, 2000).
Pada benih ortodoks, pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur benih atau menggunakan mesin hingga kadar air benih mencapai 4-5%. Dalam pengeringan benih, suhu udara pengeringan dianjurkan tidak lebih dari 400C dengan RH yang dialirkan minimal 45%. Menurut Boyd dan Deluouche (1990) suhu pengeringan yang optimal untuk pengeringan benih tidak lebih dari 450C. Pada benih yang dengan minyak tinggi seperti kacang tanah dan kedelai, dianjurkan suhu pengeringan dan RH masing-masing tidak lebih dari 370C dan 45% .
Penanganan benih setelah panen seperti pengeringan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu fisik dan fisiologis benih.  Berbagai hasil penelitian terhadap pengeringan benih jagung menunjukkan adanya penurunan mutu fisik akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan alat pengering maupun dengan sinar matahari (Arief, 2009).
Menurut Utomo (2006), kandungan kadar air benih 10-20% pada waktu pemanenan adalah normal pada kebanyakan benih jenis ortodoks. Benih ortodoks yang belum masak maupun benih rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%. Buah yang dikumpulkan ketika cuaca lembab merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri.
Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban disekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya. Bila kadar air awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka kecepatan pengeringannya tinggi. Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat lambat menjadi cepat akan meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan pengeringan akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar air benih. Hal ini berarti semakin menurun kadar air benihnya maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama (Rasaha, 1999).


BAB 3. PEMBAHASAN

Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih,dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama. Kandungan air benih sangat menentukanlamanya penyimpanan. Sebagai contoh benih kedelai dengan kandungan air 15% (atas dasar  berat basah) tidak aman untuk disimpan. Pada 14% hanya disimpan bila temperature rendah,tetapi pada 13% ia dapat disimpan selama setahun. Pada kandungan air 12% yang menjadi mutu pasaran ia bertahan selama 3 tahun , sedangkan pada 10% benih kedelai akan dapat bertahanselama 4 tahun. Pada umumnya penyimpanan sampai lima tahun membutuhkan penurunan kandungan air sebanyak 2% dari kandungan air untuk penyimpanan setahun.
Penjemuran biji dengan panas sinar matahari merupakan salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dan umum dilakukan oleh para petani di Indonesia. Pada benih-benih tertentu pengeringan tidak bisa dilakukan secara langsung. Misal benih tomat harus melalui perlakuan pendahuluan dengan pemeraman yang tujuannnya untuk memisahkan biji dari bahan- bahan yang melapisinya, barulah setelah itu biji dicuci bersih dan dapat dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengam memakai suatu alat pengering (Articial drying) atau dengan penjemuran di bawah sinar matahari (sun drying).
Untuk pengeringan biji yang dipergunakan sebagai sebagai benih harus diperhatikan temperature udara sebaiknya antara 32o- 43oC (90o± 110oF). Bila pada pengeringan benihdigunakan temperature udara yang tinggi maka pengeringan akan berlangsung cepat. Tetapi padagabah pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan timbulnya retak-retak atau ³sun cracking´karena tenperatur di bawah sinar matahari langsung di daerah tropis dapat mencapai di atas 160o F (71oC). pada beberapa jenis biji, pengeringan yang terlalu cepat dapat ppula menyebabkanimpermeabilitas kulit biji melalui perubahan sstruktur pada testa. Bagian luar biji menjadi keras tetapi bagian dalamnya masih basah.
Mengeringkan benih merupakan bagian yang sangat penting dari proses penyimpanan benih. Jika benih tidak dikeringkan dengan baik maka benih akan membusuk ketika disimpan. Berikut merupakan beberapa metode dalam pengeringan benih:
1.      Pengeringan dengan sinar matahari
Pengeringan benih dengan penjemuran merupakan cara yang tradisional di indonesia. Keuntungannya adalah bahwa energi yang didapat dari energi sinar matahari murah dan berlimpah terutama di daerah tropis. Namun kerugian dari cara ini adalah : kadar air benih tak merata, penjemuran tergantung pada keadaan cuaca, waktu yang diperlukan lebih lama,dan banyak tenaga kerja yang diperlukan.
2.      Pengeringan dengan alat pengering/mekanis (artificial-drying)
Dikenal tiga pengeringan secara mekanis:
a)    Pengeringan tanpa pemanasan, pengeringan ini dilakukan di daerah yang udaranya relatif kering, di mana kelembaban nisbi di bawah atau sekitar 70%
b)   Pengeringan dengan pemanasan tinggi, dilakukan dengan aliran atau tiupan udara yang kontinu tinggi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui suatu alat pemanas
c)    Pengeringan dengan tambahan pemanasan, digunakan suhu rendah misalnya ditambahkan 10oF (-12,2oC) di atas suhu lingkungan.Karena suhu yang digunakan tidak tinggi sehingga dapat menjaga kualitas benih serta lebih aman dalam pelaksanaannya
Keuntungan cara ini adalah :
ü Suhu dapat diatur dan kadar air benih dapat merata
ü Tidak tergantung iklim
ü Waktu pengeringan lebih pendek
ü Mudah diwasi dalam pelaksanaannya
Ada bermacam-macam alat pengeringan mekanis tergantung dari bahan yang digunakan dan tujuan pengeringannya missal: batch-drier, continuous flow machine, cabinet drier,air lift drier, spray drier, drum drier, vacuum drier, dan lain-lain
Waktu yang dipergunakan untuk pengeringan benih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Kondisi benih yang akan dikeringkan
Benih dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan kadar air yang rendah sesudah pengeringan maka akan memakan waktu pengeringan yang lama. Tebal tipisnya kulit biji juga menentukan lamanya pengeringan
2.      Tebalnya timbunan benih
Tebal tipisnya timbunan benih mempengaruhi lamanya pengeringan. Hal ini juga tergantung pada jenis , besar, bentuk dan berat biji.
3.      Temperatur udara
Semakin tinggi temperatur udara maka makin cepat pengeringannya. Sebaiknya temperatur untuk pengeringan benih diatur antara 950-1040C, temperatur yang terlalu tinggi akan merusak benih.
4.      Kelembaban nisbi
makin tinggi kelembaban nisbi udara makin lama pengeringan berlangsung.
5.      Aliran udara
Angin mengangkut uap air dari benih sehingga mempercepat proses pengeringan. Kalaukecepatan angin besar maka pengeringan dapat berlangsung lebih cepat
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal. Adapun tujuan pengeringan itu sendiri yaitu: Meningkatkan daya simpan benih, Mempertahankan viabilitas benih, Menghasilkan benih berkualitas, Mempertahankan daya fisiologi benih, dan  Menambah nilai ekonomis. Maka dari itu dilakukan pengeringan dalam menangani masalah pasca panen.
    .
.BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1.    Pengeringan benih dilakukan agar dapat mengurangi kadar air benih sampai taraf yang aman untuk penyimpanan dan mempertahankan presentase viabilitas benih.
2.    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan adalah waktu, metode, dan sistem pengeringan, kebutuhan energi, dan sumber panas.
3.    Ada beberapa metode dalam pengeringan yaitu pengeringan tradisional (dengan matahari) dan pengeringan mekanis (dengan mesin)

4.1 Saran       
Saran yang bisa kami sampaikan mengenai pentingnya pengeringan pada mutu benih adalah, sebaiknya dalam melakukan pengeringan benih kita harus mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan benih dan juga metode-metode dalam melakukan pengeringan benih, sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari benih itu sendiri.      




DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. 2009. Mutu  Benih Jagung  Pada Berbagai Cara Pengeringan. Seminar Nasional, 1(1): 261-271

Boyd dan Deluouche. 1990. Seed technology and its biological basis.  CRC Press. Boca Raton, FL.

Justice dan Bass. 2000. Physiology of Seed Deterioration. Crop Science Society of America, Inc.  Madison, Wisconsin, USA.

Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Rasaha, C. A., 1999. Refleksi Pertanian. Pusataka Sinar Harapan, Jakarta

Sutopo L, 1990. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Utomo, M. 2006. Memproduksi Benih Bersertifikat, PS, Jakarta

Monday, April 16, 2012

PENGOLAHAN LIMBAH BATIK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Air merupakan salah salah satu objek yang menarik perhatian, hal ini dikarenakan lebih dari 70% permukaan bumi tertutup air. Dengan demikian air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital dan mampu mendukung kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air.
Pertumbuhan penduduk dan kenaikan tingkat ekonomi mengakibatkan masalah pencemaran semakin meningkat termasuk pencemaran air. Hhal ini terjadi apabila dalam lingkungan air tersebut masuk atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain atau proses alam sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang mengakibatkan perairan tidak berfungsi sesuai semestinya.
Salah satu usaha yang sedang digalakkan pemerintah adalah dengan meningkatkan sekotr industry baik yang berupa industry berat maupun ringan. Industry berat yang dimaksud adalah industry yang memanfaatkan sumber daya alam dan energy yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak. Sedangkan industry ringan yang dimaksud adalah industry dengan modal kecil dan tenaga yang sedikit dan menggunakan alat dengan teknologi sedarhana.
Salah satu sektor industry yang ada di kota Jember adalah industry batik yang terletak di Jl. Mawar No. 75. Tumbuhnya industry batik ini akan membawa permasalahan baru di lingkungan sekitarnya, kerena limbah batik dapat mencemari air sungai. Oleh karena itu perlu dipikirkan efek samping dari limbah yang dihasilkan sebelum industry batik tersebut mulai beroperasi, misalnya perlu tidaknya disediakan bangunan pengelolaan air limbah serta teknik yang digunakan dalam pengolahan. Perkembangan industry batik ini bisa membawa dampak bagi kehidupan manusia dampak positif misalnya menambah tingkat ekonomi dan membuka lapangankerja. Hal ini memang diterapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan ketentraman hidup. Dampak negatifnya limbah batik dapat mencemari air sungai yang dapat menurunkan kualitas air, sehingga harus dapat diatasi dengan baik.
Dalam proses prosuksinya, industry batik banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan air. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah insustri batik dapat berupa padatan tersuspensi, atau zat organic.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Dampak apa yang disebabkan oleh limbah batik tersebut ?
2.    Solusi apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir pencemaran limbah batik di Kota Jember ?


BAB 2. PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara yang sedang menggalakkan pembangunan di segala sektor, salah satunya di sektor industri. Pembangunan di sektor industri memberikan dampak beragam. Dampak tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Adanya limbah buangan ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan alam dimana limbah itu terakumulasi.
Perairan adalah tempat akhir dari semua pembuangan limbah, baik limbah yang berasal dari rumah tangga maupun dari industri dan beberapa logam berat dalam konsentrasi yang tinggi.
Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industry (pabrik) walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun tertentu dilepas ke lingkungan maka hal tu akan mengakibatkan pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara.
Kota Jember merupakan salah satu kota pengrajin batik yang ada di Indonesia yang bertempat di Jl. Mawar No. 75 Kreongan Jember. Industry ini tergolong industry kecil karana produksi yang didapatkan masih sedikit hanya tergantung dari permintaan masyarakat begitu pulla limbah yang dihasilkan juga sedikit. Tetapi limbah yang dihasilkan tergolong limbah yang berbahaya, kegiatan tersebut menghasilkan limbah cair berasal dari obat pemutih dan obat pewarna batik yang dapat meyebabkan pencemaran apabila langsung dibuang ke sungai tanpa adanya pengolahan pada limbah tersebut.
Dalam pembuatan batik bahan utama yang digunakan antara lain adalah kain jadi (polosan) hasil tenunan dari pabrik lain serta bahan pewarna. Zat pewarna yang digunakan dalam pewarnaan batik antara lain : Fr (Foron Rubin RGDFL) warna violet, IMP (Imperor Rea KG3R), CIB ( Cibacron Red) dan lain-lain. Bahan – bahan senyawa zat yang digunakan tersebut merupakan penyebab utama terhadap tingginya pencemran badan-badan perairan yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair.
Limbah batik yang dihasilkan mengandung logam berat Cd dan Pb. Logam berat ini dapat terakumulasi dalam tubuh melalui rantai makanan yang dikhawatirkan berbahaya bila dikonsumsi oleh makhluk hidup yang memanfaatkan air sungai apabila air tersebut telah terscemar oleh pembuangan limbah batik.
Zat yang banyak digunakan untuk proses pewarnaan batik pada umumnya adalah Nitro, Nitroso dan ozo. Kelompok Nitro, Nitroso dan ozo penyusunnya adalah nitrogen. Nitrogen dapat ditemukan hampir di setiap badan air dan bermacam-macam bentuk tergantung dari tingkat oksidasinya. Senyawa organik hasil dari proses industri batik dapat bersifat racun sehingga membahayakan kehidupan di air. Senyawa tersebut berasal dari zat pewarna dan zat-zat pembantu pembuatan batik. Zat-zat pewarna yang digunakan antara lain nitro, nitroso, ozo, karbonil dan karbon-nitrogen. Zat-zat pembantu dalam proses penyelesaian batik antara lain, natrium hidroksida (soda kaustik), natrium karbonat (soda abu), kapur, tawas, minyak kacang, asam sulfat. Dalam penelitian Murtinah dkk (1993) menyatakan bahwa proses pembuatan batik yang dilaksanakan oleh para pengusaha kecil batik pada umumnya adalah sebagai berikut :
Proses pembuatan batik dimulai dengan pemotongan kain. Kain yang digunakan untuk membuat batik adalah kain jadi atau polosan yang merupakan hasil tenunan atau hasil produksi. Kain polos tersebut dipotong sesuai dengan keinginan. Pembuatan motif atau pengecatan di atas kain dengan cara menggambar dan mengecap dengan berbagai macam motif yang ada di cetakan. Pewarnaan batik ada dua yaitu zat warna procion – M dengan cara dingin sedangkan cara panas mengguakan zat warna remasol. Penghilangan lilin atau plorotan dengan cara lilin dihilangkan dari kain batik supaya motif pada kain tersebut dapat terlihat dengan jelas. Penjemuran atau pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung, selain itu dengan cara penguapan menggunakan mesin. Penjahitan dilakukan setelah kain batik jadi dan disesuaikan dengan jenis produksi yang dihasilkan.
Proses–proses pengolahan batik seperti pada skema gambar (1) di atas membawa pengaruh pencemaran yaitu menjadi sumber pencemaran air, khususnya air sungai karena limbah dari proses pembuatan batik tersebut biasanya langsung dialirkan ke sungai tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu.
Pada home industry yang ada di kota Jember ini pengolahan limbah yang dilakukan sangatlah sederhana karena alat yang digunakan masih sangat sederhana. Yang mana air limbah yang dihasilkan dari pewarnaan dan pembilasan kain batik  tersebut dilakukan dengan cara pemberian tawas pada air limbah yang kemudian didiamkan selama ± 24 jam, kemudian setelah air limbah cair hasil proses pewarnaan limbah dan pembilasan limbah tersebut jernih maka siap untuk dibuang ke sungai sekitarnya.
Selain itu dapat digunakannya sebuah alat membuat pengolah limbah batik dengan metode elektrolisis. Alat ini hanya terdiri atas rangkaian anoda dan katoda platinum (Pt). Rangkaian ini dijalankan dengan sumber arus dari power supply DC berkekuatan maksimum 10 volt. Alat ini kemudian dimasukkan dalam penampungan limbah batik yang masih berwarna pekat. Untuk mempercepat kerja, diperlukan pengaduk dalam penampung elektrolisis dan garam dapur.
Dengan cara itu, terjadi reaksi oksidasi, sehingga cincin benzana terputus menjadi CO2 (karbondioksida) dan H2O (air). Sesuai sifatnya, CO2 kemudian menguap. Dengan terputusnya cincin benzana yang merupakan senyawa paling stabil, maka limbah tidak lagi berbahaya.
Berdasarkan analisa limbah batik yang berwarna hitam atau biru pekat, setelah proses elektrolisis, akan berubah menjadi merah jernih. Hasil analisis komponen limbah kemudian disesuaikan dengan baku mutu limbah cair berdasarkan PP Nomor 20/1990. Limbah hasil elektrolisis ini menghasilkan larutan yang aman digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pertanian, industri, bahkan untuk air minum. 
Selain itu, dapat dilakukan  juga melakukan upaya pengolahan dengan metode fitoremediasi. Caranya dengan membuang limbah batik ke laut, namun di sekitar tempat pembuangan ditanami bakau sebagai penyerap.


BAB 4. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batik sekarang menjadi tren setelah UNESCO resmi mengakui batik sebagai warisan budaya dunia pada 2009, tak lagi dianggap kuno. Jember menjadi salah satu kota pengrajin batik. Batik yang dihasilkan masih tergolong kecil karena hanya menggunakan peralatan yang sederhana.
Walaupun begitu pencemaran  yang dihasilkan tetap berbahaya bagi masyarakat sekitar Jember. Karena bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti kanker dan gangguan pencernaan.
Pengolahan limbah  yang dilakukan pada home industry ini dengan cara pemberian tawas pada air bekas pewarnaan dan pembilasn kain batik.


DAFTAR PUSTAKA

Betty Sri, LJ, Winiati Pudji R., (1993), Penanganan Limbah Industri Pangan, PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Gintings, Perdana., (1992), Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sugiharto, (1987), Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (Ul Press), Jakarta.

Sumarno, Ir. MS, Indro Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah CairIndustri Kecil Batik dengan Bak Anaerobik Bersekat. Semarang : Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses 1999

Widodo. 2004, Batik Seni Tradisiona. PT. Penebar Swadaya : Yogyakarta


Friday, April 13, 2012

makalah kelebihan dan kekuranganh unsure hara makro


I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda. Bahwa tanaman panili yang dipupuk dengan dosis K yang relatif tinggi umumnya terserang penyakit dengan gejala mirip busuk pangkal batang.
Pada unsur hara N diperlukan untuk membangun protoplasma sel, pembentukan enzim yang berperan dalam proses fermentasi yang akan mengubah glukovanilin menjadi vanilin yang beraroma harum.Pemberian larutan hara dengan konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan warna daun lebih hijau. Daun yang warnanya lebih hijau umumnya kandungan klorofilnya akan lebih banyak sehingga proses fotosintesa akan lebih baik. Proses fotosintesa akan menghasilkan karbohidrat yang digunakan untuk pembentukan tunas.
Tanaman yang diberi unsur hara P yang cukup warna daunnya menjadi hijau tua. Hara P merupakan unsur pelengkap dalam pembentukan protein, enzim dan inti sel. Unsur hara ini merupakan bahan dasar untuk membantu proses assimilasi dan respirasi. Disamping itu hara P juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat tanaman panili dapat mengambil unsur hara lebih banyak Kandungan Kalium yang meningkat di dalam tanaman akan menambah daya tahan tanaman terhadap penyakit karena dinding sel tanaman semakin tebal selain itu proses fotosintesa yang berjalan secara baik secara tidak langsung akan mempengaruhi keragaan tanaman secara keseluruhan seperti kekeringan, penyakit dan sebagainya. Hal tersebut sangat penting mengingat tanaman panili yang dibudidayakan saat ini peka terhadap penyakit dan kekeringan. Oleh karena untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman panili tidak cukup hanya dilihat secara kuantitatif saja tetapi juga secara kualitatif. Panjang sulur lebih peka terhadap kekurangan unsur hara N dan P dibandingkan dengan jumlah daun. Sedangkan jumlah daun lebih peka terhadap kelebihan N.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui batas kritis suatu unsur pada tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA
Upaya peningkatan produksi jagung, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani.Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Syafruddin, Faesal, dan M.Akil.2008).
Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003) Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang bereaksi masam dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi keracunan Al maupun Fe. Tidak tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahan melalui pengapuran. (Syafruddin, Faesal, dan M.Akil.2008).
Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Syafruddin, Faesal, dan M.Akil.2008)
Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.(Anonim.1998)
Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Fairhurst.2002).
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda. Ketidak tepatan pemberian unsur hara/pupuk selain akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan biaya (tidak efisien). Agar usaha pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk tidak cukup hanya melihat keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pokok unsur hara tanaman. Dengan diketahui kebutuhan kebutuhan pokok unsur hara tanaman maka dosis dan jenis pupuk dapat ditentukan lebih tepat.( Agus Ruhnayat.2007)
Pemupukan merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan dalam budidaya kapas karena kondisi lahan yang diperuntukkan tanaman kapas biasanya tidak subur bahkan cenderung marginal. Konsep pemupukan berimbang yang dipopulerkan tahun 1987 merupakan upaya untuk menentukan kebutuhan pupuk dengan tepat. Pendekatan tersebut sebenarnya baik, tetapi dengan berjalannya waktu, konsep tersebut banyak disalahartikan menjadi pemupukan yang lengkap jenisnya dengan jumlah tertentu sehingga dalam prakteknya sering berlebihan unsur tertentu dan ada unsur lain yang tidak dipenuhi. Upaya untuk menentukan pemupukan yang tepat agar produktivitas tanaman tetap optimal dan pemborosan pupuk dapat dihindari, diperkenalkan konsep pemupukan rasional. Pemupukan rasional adalah memberikan jenis hara yang kurang melalui pemupukan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai dengan kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman. Rekomendasi pemupukan kapas pada awalnya didekati melalui percobaan-percobaan pemupukan lapang di lokasi pengembangan kapas yang hasilnya bersifat sangat spesifik sehingga kurang tepat untuk diekstrapolasikan.( Fitriningdyah.2006)
Dengan selalu berpindahpindahnya lokasi pengembangan kapas maka metode tersebut menjadi kurang relevan. Status hara tanah yang diperoleh dari hasil analisis tanah, apat menggambarkan tingkat kemampuan tanah menyediakan hara sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman kapas yang rasional. Pemupukan rasional pada kapas adalah untuk Nitrogen berdasarkan kadar N-NO3 tanah dengan batas kritis 20-25 ppm, untuk pemupukan P berdasarkan P tersedia dalam tanah (POlsen) dengan batas kritis 20 ppm P, sedangkan untuk pemupukan K berdasarkan pada K tersedia dalam tanah (K-dd) dengan batas kritis 150 ppm K. Pupuk kandang, bokashi dan limbah pabrik (sipramin) dapat digunakan sebagai pupuk organik alternatif pada tanaman kapas dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.( Fitriningdyah.2006)
Pada tanaman unsur hara N diperlukan untuk membangun protoplasma sel, pembentukan enzim yang berperan dalam proses fermentasi yang akan mengubah glukovanilin menjadi vanilin yang beraroma harum.Pemberian larutan hara dengan konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan warna daun lebih hijau. Daun yang warnanya lebih hijau umumnya kandungan klorofilnya akan lebih banyak sehingga proses fotosintesa akan lebih baik. Proses fotosintesa akan menghasilkan karbohidrat yang digunakan untuk pembentukan tunas.(Setiawan Budiharso.1998)


DAFTAR PUSTAKA
Agus Ruhnayat.2007.Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N.P.K Untuk
Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Anonim.1998.Pengolahan Unsur Hara.Gramedia.Jakarta
Fairhurst.2002.Hubungan Ketersediaan Hara Dengan Tanaman.Gramedia.Jakarta
Fitrining Dyah Tri Kadarwati.2006.Pemupukan Rasional Dalam Upaya
Peningkatan Produktivitas Kapas.Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat Indonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute Jl. Raya
Karangploso.Kotak Pos 199.Malang-Jawa Timur.
Setiawan Budiharso.1998.Pemupukan Tanaman.PT.Grasindo.Jakarta
Syafruddin, Faesal, dan M. Akil.2008. Pengolahan Hara Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia.Maros.

IV.PEMBAHASAN


Perlakuan yang paling optimum adalah perlakuan dua,karena pertumbuhan jumlah daun,lebar daun tinggi tanaman,jumlah klorofil semakin hari semakin meningkat dan konsisten.
Unsur hara dapat tersedia disekitar akar melalui 3 mekanisme penyediaan unsur hara, yaitu: (1) aliran massa, (2) difusi, dan (3) intersepsi akar. Hara yang telah berada disekitar permukaan akar tersebut dapat diserap tanaman melalui dua proses, yaitu:
1. Proses Aktif, yaitu: proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif atau proses penyerapan hara yang memerlukan adanya energi metabolik, dan
2. Proses Selektif, yaitu: proses penyerapan unsur hara yang terjadi secara selektif.
Proses penyerapan unsur hara dengan energi aktif dapat berlangsung apabila tersedia energi metabolik. Energi metabolik tersebut dihasilkan dari proses pernapasan akar tanaman. Selama proses pernapasan akar tanaman berlangsung akan dihasilkan energi metabolik dan energi ini mendorong berlangsungnya penyerapan unsur hara secara proses aktif. Apabila proses pernapasan akar tanaman berkurang akan menurunkan pula proses penyerapan unsur hara melalui proses aktif. Bagian akar tanaman yang paling aktif adalah bagian dekat ujung akar yang baru terbentuk dan rambut-rambut akar. Bagian akar ini merupakan bagian yang melakukan kegiatan respirasi (pernapasan) terbesar.
Proses Selektif:
Bagian terluar dari sel akar tanaman terdiri dari: (1) dinding sel, (2) membran sel, (3) protoplasma. Dinding sel merupakan bagian sel yang tidak aktif. Bagian ini bersinggungan langsung dengan tanah. Sedangkan bagian dalam terdiri dari protoplasma yang bersifat aktif. Bagian ini dikelilingi oleh membran. Membran ini berkemampuan untuk melakukan seleksi unsur hara yang akan melaluinya. Proses penyerapan unsur hara yang melalui mekanisme seleksi yang terjadi pada membran disebut sebagai proses selektif.
Proses selektif terhadap penyerapan unsur hara yang terjadi pada membran diperkirakan berlangsung melalui suatu carrier (pembawa). Carrier (pembawa) ini bersenyawa dengan ion (unsur) terpilih. Selanjutnya, ion (unsur) terpilih tersebut dibawa masuk ke dalam protoplasma dengan menembus membran sel.
Mekanisme penyerapan ini berlangsung sebagai berikut:
(1) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk kation (K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+) maka dari akar akan dikeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara, serta
(2) Saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk anion (NO3-, H2PO4-, SO4-) maka dari akar akan dikeluarkan HCO3- dengan jumlah yang setara.
Penyerapan hara yang lama menyebabkan konsentrasi hara dalan sel jauh lebih tinggi, ini dikenal dengan akumulasi hara. Namun secara alamiah tumbuhan mempunyai mekanisme sendiri untuk menghambat terjadinya akumulasi unsur hara, Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan peran dari unsur-unsur ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk memindahkan DNA asing ke dalam bakteri. Manipulasi genetik memungkinkan untuk memasukkan sepotong kecil Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Penyediaan unsur hara untuk tanaman terdiri dari tiga kategori, yaitu: (1) tersedia dari udara, (2) tersedia dari air yang diserap akar tanaman, dan (3) tersedia dari tanah.
Unsur hara N diserap saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk massa air oleh akar tanaman terikut juga terbawa unsur hara Mekanisme pengikatan Al+++ dan Fe++ oleh gugus fungsi dari penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. dan membantu penyerapan hara N oleh tanaman.
Setiap mahkluk hidup pasti membutuhkan nutrien sebagai sumber energi pertumbuhan, demikian pula halnya dengan tanaman. Untuk dapat hidup dan berkebang secara baik setiap harinya tanaman membutuhkan bahan nutrsi berupa unsur hara yang dapat dikonsumsi.
Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan unsur hara pada tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar pemberian unsur hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan tidak baik dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut krang dari takaran yang semestinya diberikan.
Fungsi Nitrogen (n)
  • Penyusun Purin, Alkohid, Enzym, Zat Pengatur Tumbuh, Klorofil, Membran sel
  • Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
  • Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
  • Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
  • Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
Kekurangan Nitrogen
  • Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
  • Klorosis di daun tua dan semakin parah akan terjadi juga pada daun muda
Pemberian pupuk yang tidak seimbang, berlebih, atau kurang dari kebutuhan tanaman, menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman. Kelebihan dan kekurangan pada salah satu unsur hara ditunjukkan dengan gejala perubahan warna.gejala kekurangan dan kelebihan unsur hara makro dan mikro pada tanaman jagung.Dengan adanya pemupukan tanaman jagung semakin cepat pertumbuhannya.
Pengaruh N terhadap percepatan fase vegetative adalah  nitrogen (n) nitrogen berperan dalam pembentukan sel , jaringan dan organ tanaman. ia berfungsi sebagai sebagai bahan sintetis klorofil.gejala kekurangan dan kelebihan unsur hara makro dan mikro pada tanaman.


V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.   Pemberian pupuk yang tidak seimbang, berlebih, atau kurang dari kebutuhan tanaman, menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman
2.  Kelebihan dan kekurangan pada salah satu unsur hara ditunjukkan dengan gejala perubahan warna.gejala kekurangan dan kelebihan unsur hara makro dan mikro pada tanaman jagung.Dengan adanya pemupukan tanaman jagung semakin cepat pertumbuhannya.


5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan dosis unsur hara yang ditambahkan,dan harus rajin menyiram tanaman agar tidak mati.