BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kemajuan pembnguan pertanian, benih memainkan
peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini
akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Dengan
menggunakan benih yang mempunyai kualitas fisik fisiologis dan genetic yang
baik merupakan cara yang strategis untuk menghasilkan tegakan yang berkualitas
pula. Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama, oleh karena itu
kita perlu mengupayakan bagaimana agar benih ini tetap berkualitas, dalam arti
kalau disemai memberikan prosen kecambah yang tinggi dan bila di tanam pada
lahan yang bervariasi keadaanya bisa tumbuh baik, kematiannya kecil. Oleh
karena itu kita harus memperhatikan dan menggunakan cara-cara yang tepat dalam
pengunduhan dan penanganannya.
Sampai saat ini program penanaman selalu diawali
dengan pengumpulan biji dari sumber benih yang telah ada disuatu wilayah yang
bersangkutan, baik dari sumber benih yang secara alami sudah ada maupun dari
hutan tanaman yang sudah ditetapkan untuk sumber benih. Agar pengumpulan biji
ini bisa sesuai dengan target yang diharapkan maka instansi yang bergerak di
bidang perbenihan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi panen biji
pada tanaman, serta faktor-faktor apa yang bisa dikendalikan agar panen bisa
terjadi setiap tahun.
Penanganan benih setelah panen seperti pengeringan
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu fisik dan
fisiologis benih. Berbagai hasil
penelitian terhadap pengeringan benih menunjukkan adanya penurunan mutu fisik
akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan alat
pengering maupun dengan sinar matahari.
Pengeringan secara alami menggunakan energi panas yang bersumber dari
sinar matahari biasa dilakukan dengan menjemur tongkol jagung di atas lantai
jemur, demikian pula dengan biji jagung yang telah dipipil. Namun ada juga yang melakukan penjemuran
tongkol maupun biji jagung beralaskan terpal untuk menghindari kotoran-kotoran
dan memudahkan pengumpulan benih di lapangan.
Pengeringan terhadap benih merupakan suatu cara
untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat
disimpan lama. Pengeringan benih dapat terjadi sebelum benih tersebut dipanen. Hal
ini terjadi bila kemasakan benih terjadi pada saat cuaca panas/musim kemarau.
Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam ruangan
dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air. Tetapi sebaliknya, jika benih
diletakan dalam ruangan dengan RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah
atau meningkat.
Selain bersifat hygroskopis, benih juga selalu ingin
berada dalam kondisi equilibrium dengan kondisi sekitarnya. Benih juga bersifat
seperti spon yaitu dapat menyimpan air yang diserap sampai seimbang dengan
keadaan di sekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari
dalambenih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih
akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pengeringan benih?
2. Bagaimana
Macam-macam metode pengeringan benih yang baik dan benar?
3. Apa
saja Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Agar
mengetahui pentingnya pengeringan benih
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan benih
3. Untuk
mengetahui macam-macam metode pengeringan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengeringan benih berhubungan erat dengan
pengurangan kadar air pada benih yang akan kita simpan. Pengeringan atau proses penurunan kadar air
dapat meningkatkan viabilitas benih, tetapi pengeringan yang mengakibatkan
kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabilitas benih. Proses penurunan
kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan,
penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk menurunkan kadar air (Kartaspoetra, 2003).
Kadar air sangat berpengaruh terhadap kehidupan
benih. Pada benih ortodoks, kadar air saat pembentukan benih sekitar 35-80% dan
pada saat tersebut benih belum cukup masak untuk dipanen. Pada kadar air
18-40%, benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih
tinggi, serta benih peka terhadap serangan cendawan, hama dan kerusakan
mekanis. Pada kadar air 13-18% aktivitas respirasi benih masih tinggi, benih
peka terhadap cendawan dan hama gudang, tetapi tahan terhadap kerusakan
mekanis. Pada kadar air 10-13%, hama gudang masih menjadi masalah dan benih
peka terhadap kerusakan mekanis. Pada kadar air 8-10%, aktivitas hama gudang
terhambat dan benih sangat peka terhadap kerusakan mekanis. Kadar air 4-8%
merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dengan kemasan kedap
udara. Kadar air 0-4% merupakan kadar
air yang terlalu ekstrim, dan pada beberapa jenis biji mengakibatkan
terbentuknya biji keras. Penyimpanan benih pada kadar air 33-60% menyebabkan
benih berkecambah (Sutopo, 1990).
Syarat dari pengeringan benih adalah evaporasi uap
air dari permukaan benih harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian
dalam ke bagian permukaan benih. Jika evaporasi permukaan terlalu cepat maka
tekanan kelembaban yang terjadi akan merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan
viabilitas benih (Justice dan Bass, 2000).
Pada benih ortodoks, pengeringan dapat dilakukan
dengan menjemur benih atau menggunakan mesin hingga kadar air benih mencapai
4-5%. Dalam pengeringan benih, suhu udara pengeringan dianjurkan tidak lebih
dari 400C dengan RH yang dialirkan minimal 45%. Menurut Boyd dan
Deluouche (1990) suhu pengeringan yang optimal untuk pengeringan benih tidak
lebih dari 450C. Pada benih yang dengan minyak tinggi seperti kacang
tanah dan kedelai, dianjurkan suhu pengeringan dan RH masing-masing tidak lebih
dari 370C dan 45% .
Penanganan benih setelah panen seperti
pengeringan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mempertahankan mutu
fisik dan fisiologis benih. Berbagai
hasil penelitian terhadap pengeringan benih jagung menunjukkan adanya penurunan
mutu fisik akibat kerusakan mekanis dalam proses pengeringan baik menggunakan
alat pengering maupun dengan sinar matahari (Arief, 2009).
Menurut Utomo (2006), kandungan kadar
air benih 10-20% pada waktu pemanenan adalah normal pada kebanyakan benih jenis
ortodoks. Benih ortodoks yang belum masak maupun benih rekalsitran yang masak,
kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%. Buah yang dikumpulkan
ketika cuaca lembab merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur dan
bakteri.
Kecepatan uap air yang dikeluarkan dari suatu benih
tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan
kelembaban disekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran
dan bentuk benihnya. Bila kadar air awalnya tinggi, suhu pengeringan tinggi
atau kelembaban nisbi udaranya rendah, maka kecepatan pengeringannya tinggi.
Suatu perubahan dari pergerakan udara yang sangat lambat menjadi cepat akan
meningkatkan kecepatan pengeringan. kecepatan pengeringan akan menurun sejalan
dengan menurunnya kadar air benih. Hal ini berarti semakin menurun kadar air
benihnya maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama (Rasaha, 1999).
BAB 3. PEMBAHASAN
Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi
kandungan air di dalam benih,dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama.
Kandungan air benih sangat menentukanlamanya penyimpanan. Sebagai contoh benih
kedelai dengan kandungan air 15% (atas dasar
berat basah) tidak aman untuk disimpan. Pada 14% hanya disimpan bila
temperature rendah,tetapi pada 13% ia dapat disimpan selama setahun. Pada
kandungan air 12% yang menjadi mutu pasaran ia bertahan selama 3 tahun ,
sedangkan pada 10% benih kedelai akan dapat bertahanselama 4 tahun. Pada
umumnya penyimpanan sampai lima tahun membutuhkan penurunan kandungan air
sebanyak 2% dari kandungan air untuk penyimpanan setahun.
Penjemuran biji dengan panas sinar matahari
merupakan salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dan umum dilakukan
oleh para petani di Indonesia. Pada benih-benih tertentu pengeringan tidak bisa
dilakukan secara langsung. Misal benih tomat harus melalui perlakuan
pendahuluan dengan pemeraman yang tujuannnya untuk memisahkan biji dari bahan-
bahan yang melapisinya, barulah setelah itu biji dicuci bersih dan dapat
dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengam memakai suatu alat pengering
(Articial drying) atau dengan penjemuran di bawah sinar matahari (sun drying).
Untuk pengeringan biji yang dipergunakan sebagai
sebagai benih harus diperhatikan temperature udara sebaiknya antara 32o-
43oC (90o± 110oF). Bila pada pengeringan
benihdigunakan temperature udara yang tinggi maka pengeringan akan berlangsung
cepat. Tetapi padagabah pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan timbulnya
retak-retak atau ³sun cracking´karena tenperatur di bawah sinar matahari
langsung di daerah tropis dapat mencapai di atas 160o F (71oC).
pada beberapa jenis biji, pengeringan yang terlalu cepat dapat ppula menyebabkanimpermeabilitas
kulit biji melalui perubahan sstruktur pada testa. Bagian luar biji menjadi
keras tetapi bagian dalamnya masih basah.
Mengeringkan benih merupakan bagian yang sangat
penting dari proses penyimpanan benih. Jika benih tidak dikeringkan dengan baik
maka benih akan membusuk ketika disimpan. Berikut merupakan beberapa metode
dalam pengeringan benih:
1. Pengeringan
dengan sinar matahari
Pengeringan
benih dengan penjemuran merupakan cara yang tradisional di indonesia. Keuntungannya
adalah bahwa energi yang didapat dari energi sinar matahari murah dan berlimpah
terutama di daerah tropis. Namun kerugian dari cara ini adalah : kadar air
benih tak merata, penjemuran tergantung pada keadaan cuaca, waktu yang
diperlukan lebih lama,dan banyak tenaga kerja yang diperlukan.
2. Pengeringan
dengan alat pengering/mekanis (artificial-drying)
Dikenal tiga
pengeringan secara mekanis:
a) Pengeringan
tanpa pemanasan, pengeringan ini dilakukan di daerah yang udaranya relatif
kering, di mana kelembaban nisbi di bawah atau sekitar 70%
b) Pengeringan
dengan pemanasan tinggi, dilakukan dengan aliran atau tiupan udara yang kontinu
tinggi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui suatu alat pemanas
c) Pengeringan
dengan tambahan pemanasan, digunakan
suhu rendah misalnya ditambahkan 10oF (-12,2oC) di atas
suhu lingkungan.Karena suhu yang digunakan tidak tinggi sehingga dapat menjaga
kualitas benih serta lebih aman dalam pelaksanaannya
Keuntungan cara ini adalah :
ü Suhu
dapat diatur dan kadar air benih dapat merata
ü Tidak
tergantung iklim
ü Waktu
pengeringan lebih pendek
ü Mudah
diwasi dalam pelaksanaannya
Ada bermacam-macam alat pengeringan mekanis
tergantung dari bahan yang digunakan dan tujuan pengeringannya missal:
batch-drier, continuous flow machine, cabinet drier,air lift drier, spray
drier, drum drier, vacuum drier, dan lain-lain
Waktu yang dipergunakan untuk pengeringan benih
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kondisi
benih yang akan dikeringkan
Benih
dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan kadar air yang rendah sesudah
pengeringan maka akan memakan waktu pengeringan yang lama. Tebal tipisnya kulit
biji juga menentukan lamanya pengeringan
2. Tebalnya
timbunan benih
Tebal
tipisnya timbunan benih mempengaruhi lamanya pengeringan. Hal ini juga tergantung
pada jenis , besar, bentuk dan berat biji.
3. Temperatur
udara
Semakin
tinggi temperatur udara maka makin cepat pengeringannya. Sebaiknya temperatur
untuk pengeringan benih diatur antara 950-1040C,
temperatur yang terlalu tinggi akan merusak benih.
4. Kelembaban
nisbi
makin tinggi
kelembaban nisbi udara makin lama pengeringan berlangsung.
5. Aliran
udara
Angin
mengangkut uap air dari benih sehingga mempercepat proses pengeringan. Kalaukecepatan
angin besar maka pengeringan dapat berlangsung lebih cepat
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan
seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi
(high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal
seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro
organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam
biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang
dihasilkan tidak normal. Adapun tujuan pengeringan itu sendiri yaitu:
Meningkatkan daya simpan benih, Mempertahankan viabilitas benih, Menghasilkan
benih berkualitas, Mempertahankan daya fisiologi benih, dan Menambah nilai ekonomis. Maka dari itu
dilakukan pengeringan dalam menangani masalah pasca panen.
.
.BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pengeringan
benih dilakukan agar dapat mengurangi kadar air benih sampai taraf yang aman
untuk penyimpanan dan mempertahankan presentase viabilitas benih.
2. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengeringan adalah waktu, metode, dan sistem
pengeringan, kebutuhan energi, dan sumber panas.
3. Ada
beberapa metode dalam pengeringan yaitu pengeringan tradisional (dengan
matahari) dan pengeringan mekanis (dengan mesin)
4.1 Saran
Saran yang bisa kami sampaikan mengenai
pentingnya pengeringan pada mutu benih adalah, sebaiknya dalam melakukan
pengeringan benih kita harus mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan benih dan juga metode-metode dalam melakukan pengeringan benih,
sehingga tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari benih itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,
R. 2009. Mutu Benih Jagung Pada Berbagai Cara Pengeringan. Seminar Nasional, 1(1): 261-271
Boyd
dan Deluouche. 1990. Seed technology and
its biological basis. CRC Press. Boca
Raton, FL.
Justice
dan Bass. 2000. Physiology of Seed
Deterioration. Crop Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Kartasapoetra,
A.G., 2003. Teknologi Benih. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta
Rasaha, C.
A., 1999. Refleksi Pertanian. Pusataka Sinar Harapan, Jakarta
Sutopo L, 1990. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Utomo, M. 2006. Memproduksi Benih
Bersertifikat, PS, Jakarta