BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu komoditas yang
banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia, baik itu untuk kebutuhan pangan
maupun untuk lain-lainnya. Untuk kebutuhan pangan kedelai merupakan salah satu
alternative pengganti beras, kedelai menjadi konsumsi bagi kebanyakan
masyarakat Indonesia untuk lauk pauk, seperti tempe, tahu atau kedelai yang
diekstrakkan menjadi susu kedelai.
Produk-produk
yang dibuat dari kedelai, umumnya memiliki kadar protein relatif tinggi. Tahu
pada dasarnya terdiri dari protein dan air sehingga tinggi kadar proteinnya.
Sementara, tempe tidak hanya mengandung protein tinggi, tetapi juga mengandung
lemak, vitamin, mineral, dan memiliki daya cerna yang baik. Kecap dan susu
kedelai mengandung protein dan lemak yang tidak terlalu tinggi (kadar protein
dan kadar lemak kurang dari 5 persen). Tauco mengandung protein dan lemak dari
kedelai. Kembang tahu mengandung protein dan lemak yang relatif tinggi. Secara
keseluruhan, menurut Sugiyono, di antara produk-produk di atas, tempe memiliki
kadar protein, kadar lemak, kadar mineral, kadar vitamin, kadar serat, dan daya
cerna yang tinggi. Produk kedelai memiliki daya tahan berbeda demikian pula
cara penyimpanannya. Tahu sebaiknya disimpan di lemari es dan dapat tahan
selama beberapa hari. Pada suhu ruang, tahu hanya dapat tahan setengah hari
atau satu hari. Susu kedelai juga tidak tahan lama. Untuk itu sebaiknya susu
kedelai segera disimpan di dalam lemari es setelah dibeli atau dibuat, kecuali
produk susu kedelai yang sudah disterilkan dalam kemasan. Adapun tempe, oncom,
dan tempe gembus dapat tahan selama satu atau dua hari pada suhu ruang. Tempe
sebaiknya disimpan dalam lemari es sehingga dapat tahan selama beberapa hari.
Kecap dan tauco dapat tahan lama pada suhu ruang. Jika tauco sudah dibuka
kemasannya sebaiknya disimpan dalam lemari es
Dari fungsi kedelai
yang menjadi sentral kebutuhan masyarakat, maka budidaya kedelai merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keamanan pasokan kedelai.
Budidaya kedelai harus memperhatikan beberapa faktor umum, seperti halnya
budidaya tanaman pangan lain, seperti harus memperhatikan faktor internal
maupun faktor eksternal.
Hal-hal tersebut diatas adalah
faktor penunjang untuk memperoleh hasil produksi yang optimal sehingga dapat
memenuhi kebutuhan konsumen baik itu konsumen akhir maupun konsumen potensial
atau para pelaku agroindustri
1.2 Tujuan Dan Manfaat
1.2.1
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk
mengetahui teknik budidaya tanaman kedelai yang baik sesuai dengan kondisi
tanah.
1.2.2
Manfaat
1. Mahasiswa
diharapkan dapat menemukan jenis kedelai yang lebih produktif.
2. Mahasiswa
dapat langsung terjun ke lapang dengan tidak hanya dengan ilmu teoritis tapi
ilmu pratek yang serta memberikan saran
pada petani berdasarkan ilmu yang telah didapat.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kedelai
(Glycine max (L.) Merill.) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan
di Indonesia. Namun tanaman ini bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia.
tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM.
Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada
awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai
negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India,
Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16.
Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Oleh karena itu,
keragaman genetis relatif sempit hanya terbatas dari adanya seleksi alami dan
adaptasi (Syafrudin, 2002).
Morfologi
tanaman kedelai bisa dilihat mulai dari bentuk akar, batang, daun serta bunga
yang muncul pada tanaman kedelai yang membedakan tanaman kedelai dari satu
varietas dengan varietas lainnya. Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit
biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan
cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan
terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sedangkan perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta
ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai
panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal, namun demikian,
umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang
tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat tumbuh pada
kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat
ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin
bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain. (Hidayat, 1985).
Pengetahuan
tentang stadia pertumbuhan tanaman kedelai sangat penting, terutama bagi para
pengguna aspek produksi kedelai. Hal ini terkait dengan jenis keputusan yang
akan diambil untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal dengan tingkat produksi
yang maksimal dari tanaman kedelai, misalnya waktu pemupukan, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit, serta penentuan waktu panen. (Irawan, 2006)
Benih
kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan kandungan
lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius
sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban
ruang simpan cukup tinggi. Untuk mencegah peningkatan kadar air selama
penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air. Kemunduran
benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia
kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim, penurunan
cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologi
kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor. Kebanyakan
parameter biokimia yang digunakan untuk mengetahui viabilitas dan vigor benih
kedelai adalah secara umum seperti diatas, sedangkan keberadaan makromolekul
penyusun membran antara lain membran mitokondria dan enzim respirasi belum
diteliti. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan berkaitan dengan mutu benih
kedelai selama kurun waktu penyimpanan. (Tatipata, et al, 2004)
Biji kedelai termasuk biji-bijian yang mudah
rusak,sehingga penanganannya harus dilakukan
secara cermat. Benih kedelai mudah rusak akibat cara penyimpanan yang
kurang sesuai. Penyimpanan biji kedelai berhubungan erat dengan perawatan
benih.benih yang telah dipilih bersih dan sehat perlu dirawat sebaik baiknya
supaya daya kecambah tidak cepat menurun. Benih kedelai akan turun daya
kecambahnya dalam waktu satu bulan jika tidak dilakukan tindakan perawatan
tehadap benih. (Kartono, 2004)
Untuk
mendukung pengembangan produksi kedelai nasional diperlukan adanya penyediaan
benih bermutu secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas abu sekam dalam memperlambat kemunduran viabilitas benih kedelai
selama penyimpanan dalam kemasan plastik yang kedap udara.(Pramono, 2002)
No comments:
Post a Comment