I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia
terbentuk dari berbagai komponen lahan, mencakup formasi geologi/litologi dan terrain
dengan kondisi iklim yang beragam. Komponen lahan tersebut merupakan faktor
pembentuk tanah utama, dan sangat menentukan tingkat kesesuaian serta
potensinya untuk pertanian. Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang
sangat berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan
curah hujan merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau
pH yang masam dan kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI)
umumnya beriklim kering, sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan
kejenuhan basanya tinggi. Namun, itu semua berkaitan dengan jenis batuan.
Di daerah tropis,
suhu udara dan curah hujan sangat berperan dalam proses pelapukan batuan, baik
secara fisik maupun kimia, serta terhadap pembentukan danperkembangan
sifat-sifat tanah. Tanah di dataran tinggi umumnya terbentuk dari bahan volkan,
dan dengan suhu rendah proses pelapukan berlangsung lambat, sehingga kesuburan
tanahnya secara alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada pada
topografi yang berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor,
penggunaannya sangat terbatas.
Secara alamiah pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi tanah,
lahan dan iklim. oleh karena itu pengklasifikasian iklim
berbasis data curah hujan sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis
tanaman apa yang ditanam pada suatu lahan. Apabila terjadi kesalahan penentuan
jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu tempat maka tanaman tersebut tidak
akan bisa tunbuh dengan maksimal. Akan tetapi apabila dalam penanaman suatu
tanaman mengacu pada klasifikasi iklim maka akan membuat kecocokan antara
tanaman dan iklim yang berada daerah tersebut maka tanaman yang akan ditanam
akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Oleh karena
itu, pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian sangat penting
mengingat iklim merupakan salah satu komponen faktor lingkungan yang menentukan
hasil tanaman. Iklim akan menentukan potensi hasil suatu tanaman maka dari itu
pemahaman yang mendalam mengenai kesesuaian antara tanaman sangat dibutuhkan
oleh seorang ahl praktisi tanaman.
1.2
Tujuan
Mengetahui cara pemanfaatan data curah
hujan untuk penetapan klasifikasi iklim dan menentukan kesesuaiannya dengan
jenis tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim
adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan, suhu,
tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim
merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata
cuaca, sehingga iklim tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar.
Meskipun perilaku iklim di bumi cukup rumit tetapi ada kecenderungan
karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai daerah yang
letaknya saling berjauhan, bila faktor utamanya sama. Mendasarkan atas kesamaan
sifat tersebut maka dalam bidang ilmu iklim juga dikena pengelompokan iklim
dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi iklim (Prihmantoro,
1999).
Wilayah
Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat berbeda. Kawasan Barat
Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan merata sepanjang
tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan kejenuhan
basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering,
sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi.
Namun, itu semua berkaitan dengan jenis batuan. Di daerah tropis, suhu udara
dan curah hujan sangat berperan dalam proses pelapukan batuan, baik secara
fisik maupun kimia, serta terhadap pembentukan dan perkembangan sifat-sifat
tanah. Tanah didataran tinggi umumnya terbentuk dari bahan volkan, dan dengan suhu
rendah proses pelapukan berlangsung lambat, sehingga kesuburan tanahnya secara
alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada pada topografi yang
berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor, penggunaannya
sangat terbatas (Lingga, 2003).
Potensi
terjadinya erosi dan longsor tidak hanya ditentukan oleh faktor lereng, curah
hujan, dan penggunaan tanah, tetapi juga oleh tipe mineral liat tanah. Tanah
dengan tipe mineral liat 2:1, yaitu montmorilonit, vermikulit, dan illit sangat
labil dan peka erosi dibandingkan dengan tanah yang tipe mineralnya kaolinit
1:1 (Van Reeuwijk 1983; Wilding et al. 1983). Oleh karena itu, pemahaman
mengenai klasifikasi tanah termasuk mineraloginya bagi seorang pedologist,
soil mapper, dan land evaluator menjadi suatu keharusan
(Stell et al, 1991).
Karakteristik
esensial dari agroekosistem terdiri atas empat sifat uama yaitu: 1)
produktivitas, 2) kestabilan, 3) keberlanjutan, dan 4) kemerataan. Kriteria
yang digunakan dalam karakteristik agroekosistem meliputi faktor-faktor:
ekosistem, ekonomi, sosial dan teknologi konservasi yang sesuai dengan daerah
setempat. Sedangkan tipologi agroekosistem lahan terdiri atas lia tipe yaitu:
lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan kerng daerah aliran
sungai bagian hulu, lahan pasang surut termasuk didalamnya lahan daerah surutan
waduk (Sutejo et al, 1995).
Penggunaan model deterministik untuk prediksi
curah hujan di daerah tropik yang faktor determinannya sangat komplek, dinamis
dan acak sangat rumit. Oleh karena itu diperlukan model statistik yang dapat
diperbarui secara real time. Berbagai pendekatan model telah banyak digunakan
untuk prakiraan iklim baik dengan model statistik, model deterministik maupun
kombinasinya. Model statistik dapat diformulasikan berdasarkan hubungan peubah
bebas dan tidak bebas secara empirik, sehingga lebih praktis untuk menalarkan
gejala itu sendiri, tetapi perlu divalidasi setiap saat untuk setiap tempat.
Filter
Kalman menggabungkan pendekatan model fisik dan statistik menjadi model
stokastik yang dapat diperbarui setiap saat untuk tujuan peramalan segera (on
line forecasting). Model prediksi hujan dengan metode Filter Kalman dibangun
untuk memenuhi kebutuhan terhadap perencanaan tanam yang selama ini masih
bertumpu pada pola hujan setempat dan belum memperhitungkan aspek prediksi.
Model disusun berdasarkan pola hubungan antara curah hujan dengan indikator
anomali iklim (suhu permukaan laut Niño 3.4) yang merupakan salah satu
parameter dominan untuk mengetahui munculnya gejala anomali iklim. Hasil
validasi model prediksi hujan mingguan dengan metode filter Kalman
memperlihatkan nilai koefisien korelasi validasi sebagian besar antara 50-80%.
Sedangkan hasil validasi untuk curah hujan bulanan, menunjukkan nilai koefisien
korelasi yang lebih tinggi, yang sebagian besar lebih dari 80%( Estiningtyas
et al, 2006).
III. METOLOGI
3.1 Tempat Dan Waktu
Praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium produksi Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas
Pertanian pada hari sabtu 30 oktober 2010 pada pukul 14.00
WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Alat
tulis
2.
Alat
hitung
3.2.2 Bahan
1.
Data
curah hujan
3.3 Cara Kerja
1.
Menyusun
data curah hujan yang tersedia menjadi data curah hujan bulanan.
2.
Berdasarkan
data curah hujan tersebut menentukan sifat bulannya (bulan basah, bulan lembab
atau bulan kering) menurut batasan Schmidth – Ferguson dan Oldeman.
3.
Berdasar
batasan-batasan sifat bulan yang telah dibuat menentukan klasifikasi iklimnya
menurut Schmidth – Ferguson dan Oldeman.
4.
Berdasar
hasil klasifikasi, menentukan jenis atau kelompok tanaman tahunan atau semusim
yang sesuai dikembangkan di wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prihmantoro,
H. 1999. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lingga,
P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Steel,
R.G.D. & J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik (Terjemahan oleh Bambang Sumantri). Gramedia. Jakarta.
Sutejo,
M.M. & A.G. Kartasapoetra. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Estiningtyas et al, 2006. Pengembangan model prediksi hujan dengan menggunakan metode filter Kalman
untuk menyusun skenario masa tanam. Jurnal Sumber Daya lahan No 1:2.
Tahun
ke
|
CURAH
HUJAN (mm)
|
Jumlah
|
||||||||||||
JAN
|
FEB
|
MAR
|
APR
|
MEI
|
JUN
|
JUL
|
AGT
|
SEP
|
OKT
|
NOP
|
DES
|
BB
|
BK
|
|
1
|
414
|
285
|
281
|
151
|
33
|
36
|
0
|
0
|
5
|
15
|
30
|
219
|
5
|
7
|
2
|
560
|
392
|
260
|
17
|
48
|
0
|
3
|
11
|
0
|
0
|
24
|
139
|
4
|
8
|
3
|
556
|
441
|
359
|
179
|
29
|
86
|
12
|
1
|
31
|
34
|
209
|
212
|
6
|
5
|
4
|
258
|
177
|
141
|
82
|
5
|
13
|
0
|
13
|
3
|
0
|
0
|
367
|
4
|
7
|
5
|
206
|
746
|
14
|
99
|
23
|
28
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
159
|
3
|
8
|
6
|
179
|
458
|
263
|
174
|
80
|
15
|
82
|
0
|
4
|
104
|
193
|
476
|
7
|
4
|
7
|
506
|
526
|
220
|
520
|
0
|
16
|
0
|
0
|
0
|
38
|
105
|
525
|
6
|
6
|
8
|
1121
|
0
|
0
|
150
|
272
|
94
|
0
|
0
|
0
|
148
|
264
|
118
|
6
|
5
|
9
|
562
|
138
|
356.5
|
418
|
0
|
0
|
33
|
16
|
10.5
|
223
|
300
|
365
|
7
|
5
|
10
|
323
|
582
|
119
|
70
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
99
|
252
|
4
|
5
|
Jumlah
|
4685
|
3745
|
2013.5
|
1860
|
490
|
288
|
138
|
40
|
53.5
|
562
|
1224
|
2832
|
52
|
60
|
Rerata
|
465.8
|
374.5
|
201.35
|
186
|
49
|
28.8
|
13.8
|
4
|
5.35
|
56.2
|
122.4
|
283.2
|
5.2
|
6.0
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.
Klasifikasi menurut Scmhidth-Ferguson
Rerata Bulan Kering
Q= X 100%
Rerata
Bulan Basah
6.0
Q=--------X 100%
5,2
Q = 115.38%
Tipe iklim = E
Keterangan = Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
2.
Klasifikasi menurut Oldeman
Bulan Basah berturut-turut = 4
Bulan Kering berturut-turut = 6
Tipe Utama =
D Sub Divisi = 3
Tipe Iklim =
D3
Keterangan = Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali
palawija setahun tergantung pada
adanya persediaan irigas air
4.2 Pembahasan
Dari data yang
doperoleh diketahui bahwa tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson adalah tupe E
dengan keterangan daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana. Sedangkan
tipe iklim menurut Oldeman adalah tipe D3 dengan keterangan hanya mungkin satu
kali padi dan satu kali palawija dalam waktu satu tahun tergantung pada adanya
persediaan air irigasi. Hal ini membuat tanaman yang paling cocok ditananam
adalah tanaman tembakau. Dikarekanan tanaman tembakau tidak terlalu membutuhkan
air yang terlalu banyak sehingga sangat cocok dengan tipe iklim tersebut.
Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tipe iklim seperti disebutkan di atas
adalah tanaman padi. Hal dikarenakan tanaman padi membutuhkan air yang sangat
banyak, apabila tanaman padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan dapat
menghasilkan hasil produksi yang optimal.
Dari keadaan iklim yang
hampir hujan sepanjang tahun ini tanaman
yang paling cocok di tanam dengan iklim yang hujan sepanjang tahun adalah
tanaman padi. Hal ini dikarenakan ketersediaan air yang mempengaruhi produksi
dari padi tersebut. Apabila padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan
bisa tumbuh dan menghasilkan hasil yang optimal. Sedangkan apabila ketersediaan
air cukup, maka tanaman padi akan tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang
optimal.
Tanaman yang
tidak cocok ditanam pada tahun ini yang memiliki iklim hujan hampir sepanjang
tahun adalah tanaman kedelai. Hal ini dikarenakan tanaman kedelai tidak bisa
tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang optimal apabila tanaman kedelai
terlalu banyak mendapatkan suplai air misalnya dari hujan. Oleh karena itu
perlu dilakukan peramalan bulan apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal
untuk penanaman tanaman kedelai.
Dari data yang
diperoleh dimana pada data tersebut data menunjukkan tipe iklim menurut oldeman
adalah D3. Dimana pada iklim tersebut menunjukkan intensitas hujan yang merata
hampir sepanjang tahun. Tanaman yang paling cocok ditanam setelah pengamatan
sepuluh tahun adalah tanaman padi. Dikarenkan intensitas hujan yang merata
hampir sepanjang tahun dapat menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman padi.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Kondisi
iklim akan sangat berpengaruh terhadap tanaman apa yang ditanam agar tanaman
tersebut dapat menghasilkan hasil produksi yang maksimal.
2.
Dari data
yang diperoleh, tanaman yang paling cocok ditanam adalah tanaman padi. Hal ini
dikarenakan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun.
3.
Tanaman
yang paln cocok ditanam pada tahun dengan intensitas hujan yang merata hampir
setiap tahun adalah tanaman padi.
4.
Tanaman
yang tidak cocok ditanam pada tahun ini dengan intensitas hujan adalah tanaman
kedelai.
5.2 Saran
Pada saat
melakukan perhitungan diharapkan kepada praktikan agar menghitung dengan
hati-hati dan teliti. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dari
perhitungan akurat.
No comments:
Post a Comment