Sunday, March 25, 2012

klasifikasi iklim


I.  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Wilayah Indonesia terbentuk dari berbagai komponen lahan, mencakup formasi geologi/litologi dan terrain dengan kondisi iklim yang beragam. Komponen lahan tersebut merupakan faktor pembentuk tanah utama, dan sangat menentukan tingkat kesesuaian serta potensinya untuk pertanian. Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering, sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi. Namun, itu semua berkaitan dengan jenis batuan.
            Di daerah tropis, suhu udara dan curah hujan sangat berperan dalam proses pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia, serta terhadap pembentukan danperkembangan sifat-sifat tanah. Tanah di dataran tinggi umumnya terbentuk dari bahan volkan, dan dengan suhu rendah proses pelapukan berlangsung lambat, sehingga kesuburan tanahnya secara alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada pada topografi yang berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor, penggunaannya sangat terbatas.
            Secara alamiah pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi tanah, lahan dan iklim. oleh karena itu pengklasifikasian iklim berbasis data curah hujan sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis tanaman apa yang ditanam pada suatu lahan. Apabila terjadi kesalahan penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu tempat maka tanaman tersebut tidak akan bisa tunbuh dengan maksimal. Akan tetapi apabila dalam penanaman suatu tanaman mengacu pada klasifikasi iklim maka akan membuat kecocokan antara tanaman dan iklim yang berada daerah tersebut maka tanaman yang akan ditanam akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Oleh karena itu, pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian sangat penting mengingat iklim merupakan salah satu komponen faktor lingkungan yang menentukan hasil tanaman. Iklim akan menentukan potensi hasil suatu tanaman maka dari itu pemahaman yang mendalam mengenai kesesuaian antara tanaman sangat dibutuhkan oleh seorang ahl praktisi tanaman.

1.2  Tujuan
Mengetahui cara pemanfaatan data curah hujan untuk penetapan klasifikasi iklim dan menentukan kesesuaiannya dengan jenis tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

            Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan, suhu, tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata cuaca, sehingga iklim tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan, bila faktor utamanya sama. Mendasarkan atas kesamaan sifat tersebut maka dalam bidang ilmu iklim juga dikena pengelompokan iklim dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi iklim (Prihmantoro, 1999).
            Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering, sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi. Namun, itu semua berkaitan dengan jenis batuan. Di daerah tropis, suhu udara dan curah hujan sangat berperan dalam proses pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia, serta terhadap pembentukan dan perkembangan sifat-sifat tanah. Tanah didataran tinggi umumnya terbentuk dari bahan volkan, dan dengan suhu rendah proses pelapukan berlangsung lambat, sehingga kesuburan tanahnya secara alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada pada topografi yang berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor, penggunaannya sangat terbatas (Lingga, 2003).
            Potensi terjadinya erosi dan longsor tidak hanya ditentukan oleh faktor lereng, curah hujan, dan penggunaan tanah, tetapi juga oleh tipe mineral liat tanah. Tanah dengan tipe mineral liat 2:1, yaitu montmorilonit, vermikulit, dan illit sangat labil dan peka erosi dibandingkan dengan tanah yang tipe mineralnya kaolinit 1:1 (Van Reeuwijk 1983; Wilding et al. 1983). Oleh karena itu, pemahaman mengenai klasifikasi tanah termasuk mineraloginya bagi seorang pedologist, soil mapper, dan land evaluator menjadi suatu keharusan (Stell et al, 1991).
            Karakteristik esensial dari agroekosistem terdiri atas empat sifat uama yaitu: 1) produktivitas, 2) kestabilan, 3) keberlanjutan, dan 4) kemerataan. Kriteria yang digunakan dalam karakteristik agroekosistem meliputi faktor-faktor: ekosistem, ekonomi, sosial dan teknologi konservasi yang sesuai dengan daerah setempat. Sedangkan tipologi agroekosistem lahan terdiri atas lia tipe yaitu: lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan kering, lahan kerng daerah aliran sungai bagian hulu, lahan pasang surut termasuk didalamnya lahan daerah surutan waduk (Sutejo et al, 1995).
            Penggunaan model deterministik untuk prediksi curah hujan di daerah tropik yang faktor determinannya sangat komplek, dinamis dan acak sangat rumit. Oleh karena itu diperlukan model statistik yang dapat diperbarui secara real time. Berbagai pendekatan model telah banyak digunakan untuk prakiraan iklim baik dengan model statistik, model deterministik maupun kombinasinya. Model statistik dapat diformulasikan berdasarkan hubungan peubah bebas dan tidak bebas secara empirik, sehingga lebih praktis untuk menalarkan gejala itu sendiri, tetapi perlu divalidasi setiap saat untuk setiap tempat.
Filter Kalman menggabungkan pendekatan model fisik dan statistik menjadi model stokastik yang dapat diperbarui setiap saat untuk tujuan peramalan segera (on line forecasting). Model prediksi hujan dengan metode Filter Kalman dibangun untuk memenuhi kebutuhan terhadap perencanaan tanam yang selama ini masih bertumpu pada pola hujan setempat dan belum memperhitungkan aspek prediksi. Model disusun berdasarkan pola hubungan antara curah hujan dengan indikator anomali iklim (suhu permukaan laut Niño 3.4) yang merupakan salah satu parameter dominan untuk mengetahui munculnya gejala anomali iklim. Hasil validasi model prediksi hujan mingguan dengan metode filter Kalman memperlihatkan nilai koefisien korelasi validasi sebagian besar antara 50-80%. Sedangkan hasil validasi untuk curah hujan bulanan, menunjukkan nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi, yang sebagian besar lebih dari 80%( Estiningtyas et  al, 2006).

III. METOLOGI

3.1 Tempat Dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium produksi Jurusan Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian pada hari sabtu 30 oktober 2010 pada pukul 14.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Alat tulis
2.      Alat hitung
3.2.2 Bahan
1.      Data curah hujan
3.3 Cara Kerja
1.      Menyusun data curah hujan yang tersedia menjadi data curah hujan bulanan.
2.      Berdasarkan data curah hujan tersebut menentukan sifat bulannya (bulan basah, bulan lembab atau bulan kering) menurut batasan Schmidth – Ferguson dan Oldeman.
3.      Berdasar batasan-batasan sifat bulan yang telah dibuat menentukan klasifikasi iklimnya menurut Schmidth – Ferguson dan Oldeman.
4.      Berdasar hasil klasifikasi, menentukan jenis atau kelompok tanaman tahunan atau semusim yang sesuai dikembangkan di wilayah tersebut.









DAFTAR PUSTAKA


Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Steel, R.G.D. & J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik (Terjemahan oleh Bambang Sumantri). Gramedia. Jakarta.

Sutejo, M.M. & A.G. Kartasapoetra. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Estiningtyas et  al, 2006. Pengembangan model prediksi hujan dengan menggunakan metode filter Kalman untuk menyusun skenario masa tanam. Jurnal Sumber Daya lahan No 1:2.



Tahun
ke
CURAH HUJAN (mm)
Jumlah
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
BB
BK
1
414
285
281
151
33
36
0
0
5
15
30
219
5
7
2
560
392
260
17
48
0
3
11
0
0
24
139
4
8
3
556
441
359
179
29
86
12
1
31
34
209
212
6
5
4
258
177
141
82
5
13
0
13
3
0
0
367
4
7
5
206
746
14
99
23
28
8
0
0
0
0
159
3
8
6
179
458
263
174
80
15
82
0
4
104
193
476
7
4
7
506
526
220
520
0
16
0
0
0
38
105
525
6
6
8
1121
0
0
150
272
94
0
0
0
148
264
118
6
5
9
562
138
356.5
418
0
0
33
16
10.5
223
300
365
7
5
10
323
582
119
70
0
0
0
0
0
0
99
252
4
5
Jumlah
4685
3745
2013.5
1860
490
288
138
40
53.5
562
1224
2832
52
60
Rerata
465.8
374.5
201.35
186
49
28.8
13.8
4
5.35
56.2
122.4
283.2
5.2
6.0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil


1. Klasifikasi menurut Scmhidth-Ferguson
                         Rerata Bulan Kering
Q=                                                    X 100%
                        Rerata Bulan Basah
                   6.0    
Q=--------X 100%
                   5,2   
Q = 115.38%
Tipe iklim         = E
Keterangan       = Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
2. Klasifikasi menurut Oldeman
    Bulan Basah berturut-turut                = 4
    Bulan Kering berturut-turut   = 6
    Tipe Utama              = D                              Sub Divisi         = 3
    Tipe Iklim                 = D3
Keterangan              = Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija     setahun tergantung pada adanya persediaan irigas air



4.2 Pembahasan
            Dari data yang doperoleh diketahui bahwa tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson adalah tupe E dengan keterangan daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana. Sedangkan tipe iklim menurut Oldeman adalah tipe D3 dengan keterangan hanya mungkin satu kali padi dan satu kali palawija dalam waktu satu tahun tergantung pada adanya persediaan air irigasi. Hal ini membuat tanaman yang paling cocok ditananam adalah tanaman tembakau. Dikarekanan tanaman tembakau tidak terlalu membutuhkan air yang terlalu banyak sehingga sangat cocok dengan tipe iklim tersebut. Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tipe iklim seperti disebutkan di atas adalah tanaman padi. Hal dikarenakan tanaman padi membutuhkan air yang sangat banyak, apabila tanaman padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan dapat menghasilkan hasil produksi yang optimal.
Dari keadaan iklim yang hampir hujan sepanjang tahun ini  tanaman yang paling cocok di tanam dengan iklim yang hujan sepanjang tahun adalah tanaman padi. Hal ini dikarenakan ketersediaan air yang mempengaruhi produksi dari padi tersebut. Apabila padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil yang optimal. Sedangkan apabila ketersediaan air cukup, maka tanaman padi akan tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang optimal.
            Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tahun ini yang memiliki iklim hujan hampir sepanjang tahun adalah tanaman kedelai. Hal ini dikarenakan tanaman kedelai tidak bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang optimal apabila tanaman kedelai terlalu banyak mendapatkan suplai air misalnya dari hujan. Oleh karena itu perlu dilakukan peramalan bulan apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal untuk penanaman tanaman kedelai.
            Dari data yang diperoleh dimana pada data tersebut data menunjukkan tipe iklim menurut oldeman adalah D3. Dimana pada iklim tersebut menunjukkan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun. Tanaman yang paling cocok ditanam setelah pengamatan sepuluh tahun adalah tanaman padi. Dikarenkan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun dapat menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman padi.


V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1.      Kondisi iklim akan sangat berpengaruh terhadap tanaman apa yang ditanam agar tanaman tersebut dapat menghasilkan hasil produksi yang maksimal.
2.      Dari data yang diperoleh, tanaman yang paling cocok ditanam adalah tanaman padi. Hal ini dikarenakan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun.
3.      Tanaman yang paln cocok ditanam pada tahun dengan intensitas hujan yang merata hampir setiap tahun adalah tanaman padi.
4.      Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tahun ini dengan intensitas hujan adalah tanaman kedelai.

5.2 Saran
            Pada saat melakukan perhitungan diharapkan kepada praktikan agar menghitung dengan hati-hati dan teliti. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dari perhitungan akurat.
           

No comments:

Post a Comment