Thursday, May 31, 2012

sistem SRI padi yang berkelanjutan


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga seluruh lahan produktif di tanam padi untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Pada saat sekarang, intensifikasi pertanian perlu dilakukan karena mengingat lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian (>500 Ha/tahun) dan akibat pengaruh era globalisasi. Intensifikasi tersebut merupakan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut : pengolahan tanah yang tepat, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pengolahan pasca panen, dan pemasaran.
Pemupukan merupakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi padi. Sementara itu penggunaan pupuk anorganik secara intensif dan pengunaan lahan secara terus-menerus untuk mengejar hasil yang tinggi akan menyebabkan degradasi lahan, seperti menurunkan kandungan bahan organik dan khususnya kesuburan tanah sehingga produktivitas lahan juga menurun. Oleh karena itu, pemanfaatan bahan organik sebagai pupuk organik yang dapat mensuplai kebutuhan unsur hara tanaman padi sangat perlu untuk dilakukan.
Petani merupakan salah satu sumber daya yang dapat mempertahankan kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu dengan menggunakan metode pertanian yang berkelanjutan dimana pengolahan padi menggunakan metode ramah lingkungan. Metode SRI (System of Rice Intensification) merupakan metode pertanian yang tepat dalam pengeloalaan lingkungan dalam mengurangi input pupuk anorganik yang berlebih sehingga tidak merusak alam.  Penggunaan bahan organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi.

1.2  Tujuan
Untuk memberikan informasi tentang metode pertanian SRI (System of Rice Intensification).

1.3  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mengolah pertanian SRI dengan baik sesuai dengan sistem pertanian berkelanjutan?
2.      Bagaimana perbandingan input antara pertanian konvensional dan metode SRI?
3.      Bagaimana perbedaan hasil produki pada pertanian SRI dan Konvensional?
4.      Manfaat apa saja dari Metode SRI?


















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian konvensional selain menimbulkan dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, ternyata pemberian input berupa pupuk anorganik juga banyak menimbulkan masalah. Sulistyowati (1999), menyatakan bahwa akibat penggunaan pupuk kimia, tanah menjadi keras, sehingga energi yang dibutuhkan untuk mengolah tanah menjadi lebih berat. Pupuk anorganik selain dapat menurunkan kandungan bahan organik dalam tanah ternyata menyebabkan kecenderungan penurunan pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia seperti urea dan ZA secara terus menerus membuat kondisi tanah semakin masam. Penggunaan pupuk N-sintetik secara berlebihan juga menurunkan efisiensi P dan K serta memberikan dampak negatif seperti gangguan hama dan penyakit (Musnamar,2003).
Untuk merubah input yang besar dari pupuk anorganik maka perubahan pertanian ke arah organik perlu dilakukan. Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada penggunaan input yang dapat diperbaharui dan bersifat alami serta menghindari penggunaan input sintesis maupun produk rekayasa genetika. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik, seperti hijauan (jerami, batang pisang, dan hijauan lainnya) dan kotoran hewan (kotoran kambing, sapi, ayam, kelinci, kerbau, dan sebagainya). Sebelum digunakan bahan-bahan tersebut terlebih dahulu difermentasikan. Pupuk kandang atau kornpos biasanya dicampur dengan bahan-bahan alami lainnya yang berada di lahan pertanian atau di sekitarnya (Andoko, 2002).
Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur y`ng produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam metode SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
Pendekatan-pendekatan yang ditempuh dalam pertanian organik dilakukan melalui pengelolaan lingkungan pertanian yang berkelanjutan, yang mencakup peningkatan keanekaragaman hayati, penciptaan keseimbangan ekosistem, dan siklus energi, dan mengusahakan konservasi tanah dan air. Pada konteks sekarang ini, pertanian organik tidak hanya memperhatikan aspek ekologis dan sosiologis, tetapi juga aspek lainnya. Menurut Salikin (2003), pengelolaan sistem pertanian organik yang berkelanjutan harus memenuhi prasyarat sebagai berikut : bernilai ekonomis, kesadaran lingkungan, dan berwatak sosial atau kemasyarakatan. Simbolon (2003) mengemukakan bahwa pertanian organik memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) menghasilkan pangan dengan kualitas gizi yang tinggi dan dalam jumlah yang mencukupi; 2) menerapkan sistem alami dan tanpa mendominasi alam; 3) mengaktifkan dan meningkatkan daur biologis didalam sistem pertanian, melibatkan mikroorganisme, tumbuh-tumbuhan dan hewan; 4) meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah; 5) menggunakan sumber-sumber yang dapat diperbaharui dalam sistem pertanian yang terorganisir secara lokal; 6) mengembangkan suatu sistem tertutup dengan memperhatikan elemen-elemen organik dan bahan nutrisi; 7) memperlakukan ternak secara alami; 8) mengurangi dan mencegah semua bentuk polusi yang mungkin dihasilkan dari pertanian; 9) memelihara keragaman genetik di dalam dan di sekeliling sistem pertanian, termasuk perlindungan tanaman dan habitat air; 10) memberikan pendapatan yang memadai dan memuaskan petani; dan 11) mempertimbangkan pengaruh sosial dan ekologis yang lebih luas dari sistem pertanian.



BAB 3. PEMBAHASAN

Budidaya padi organik dengan menggunakan metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Berikut merupakan gambaran dari masalah pertanian saat ini :


 










Dari gambar di atas, permasalahan yang timbul yaitu tingginya input pupuk kimia, pestisida, dan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi selama masa tanam sehingga produksi menurun dan menyebabkan petani gagal panen.
SRI merupakan metode pertanian yang berkelanjutan yang ramah lingkungan dimana pengelolaannya jauh dari polusi kimia sehingga produk berbasis organik dan  non-residu baik di tanah, lingkungan, dan produk. Metode SRI dapat menurunkan input yang besar dari penggunaan pupuk anorganik dimana kadar kimianya dapat merusak tanah. Metode SRI hanya mengandalkan bahan organik dalam pengelolaannya dan pengurangan input air skala besar selama masa tanam padi. Dengan cara penanaman yang berbeda dengan pertanian konvensional, maka pertanian metode SRI ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
1.      Tanaman hemat air, jadi selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah sedikit kering.
2.      Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.
3.      Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 – 12 hss (hari setelah semai), dan waktu panen akan lebih awal
4.      Produksi meningkat,  di beberapa tempat hingga mencapai 11 ton/ha
5.      Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikroorganisme), begitu juga penggunaan pestisida (menggunakan pestisida alami).
            Data tersebut diambil dari daerah jawa barat, sebagian besar lahan pertanian di Jawa Barat menggunakan saluran irigasi yang sumber airnya berasal dari Sungai Citarum. Hal ini tidak mengherankan, karena dengan panjang 297 kilometer, Sungai Citarum melewati 9 kabupaten dan 3 kota di Propinsi Jawa Barat dan merupakan sungai terbesar dan terpanjang di propinsi ini. Total area irigasi pertanian yaitu sekitar 420,000 hektar, yang sumber airnya sebagian besar berasal dari Sungai Citarum. Dengan pertumbuhan penduduk yang amat pesat di Propinsi Jawa Barat (data statistik tahun 2009 menyebutkan populasi penduduk Jawa Barat mencapai 41,483,729 jiwa), maka kebutuhan akan sumber air, pangan dan ruang juga ikut meningkat. Karenanya diperlukan strategi dan inovasi didalam menghadapi tantangan ini. Dalam bidang pertanian padi, metode SRI yang dinilai dapat menghemat air, merupakan salah satu alternatif solusi. Sebagai ilustrasi saja, dalam metode penanaman padi konvensional, kebutuhan air per hektarnya adalah sekitar 4,8 juta liter. Sedangkan dalam metode penanaman padi SRI, kebutuhan air per hektarnya adalah 2,4 juta liter. Atau hemat sekitar 50 persen.
Sebagai contoh, jika metode SRI diterapkan secara luas di daerah sentra produksi padi seperti Kabupaten Karawang, yang luas areal pertaniannya sekitar 94, 311 hektar, maka sudah berapa juta liter air yang dapat dihemat. Produktivitas padi dengan metode SRI juga lebih tinggi, meskipun hasilnya berbeda-beda pada tiap-tiap daerah. Di Karawang misalnya, hasil panen padi metode konvensional adalah 5 juta ton/ hektar, sedangkan panen padi dengan metode SRI adalah sekitar 7,5 juta ton/hektar. (Data Kementerian Pertanian Maret 2011) Keunggulan lainnya adalah penanaman padi metode SRI organik penuh yang menggunakan pupuk alami dan pestisida nabati, maka unsur hara tanah dapat mengalami perbaikan. Hal ini merupakan alternatif yang baik bagi lahan-lahan pertanian intensif yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia selama bertahun-tahun, untuk mengejar peningkatan hasil panen.
Dalam pengelolaanya, metode SRI hanya mengandalkan kebutuhan pupuk organik dan pestisida organik untuk padi organik metode SRI yang dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuatnya sendiri. Seperti pembuatan kompos sebagai pupuk ini dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator EM (Efektif Mikroorganisme), begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama.
Namun yang perlu diketahui dalam pertanian metode SRI ini, penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya memang mengalami penurunan rata-rata 25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk dapat meningkatkan produksi (panen) apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba, selain itu juga akan merusak alam, lingkungan, dan lahan dengan menyisakan residu. Namun dalam jangka waktu yang lama, metode SRI akan meningkat produktivitasnya dengan baik karena unsur hara dapat tersuplai dengan baik dan komplit dari hara makro dan mikro, biasanya metode pertanian SRI akan terlihat setelah 3 kali musim panen, karena perombakan hara yang dilakukan mikroorganisme tanah sudah dapat digunakan oleh tanaman.
Karena metode pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit dan biaya akan semakin mahal, berikut merupakan perbandingan metode SRI dengan konvensional :
1.      Tabel Perbedaan sistem tanam padi Organik SRI dengan  Konvensional
No
Komponen
Sistem Konvensional
Sistem organik SRI
1
Kebutuhan benih
30 - 40 Kg/ha
5-7 Kg/ha
2

Pengujian benih
tidak dilakukan
dilakukan pengujian
3

Umur di persemaian
20 - 30 HSS
7 - 10 HSS
4
Pengelolaan tanah

3 kali (berlumpur)
2 kali (macak-macak)
5

Perlubang
rata-rata 5 pohon/lubang
1        pohon/ lubang
6

Posisi akar waktu tanam
tidak teratur
posisi akar horizontal (L)
7
Pengairan

terus digenagi
tidak perlu digenangi
8
Pemupukan

mengutamakan pupuk kimia
disesuaikan dengan kebutuhan (macak-macak)

hanya dengan pupuk organik
9
Penyiangan
diarahkan kepada pemberantasan gulma

diarahkan kepada pengelolaan perakaran








2.        Tabel Analisa Usaha Tani Cara Konvensional dan metode SRI setelah musim ke 2 dalam 1 ha.
No
Komponen Input/ha
Cara Konvensional
Cara SRI organik
1.
Benih (Rp. 5000/kg)
250,000
25,000

Pupuk



1. organik (jerami +3 ton kompos)
-
1,200,000

2. an-organik Urea, SP36, KCl.(2:1:1)
750,000
-

Pengolahan Tanah
1.000.000
1,000,000

Pembuatan persemaian
105,000
30,000

Pencabutan benih (babut)
100,000
-

Penanaman
350,000
350,000

Penyulaman
20,000
50,000

Penyiangan
750,000
1,050,000

Pengendalian OPT dengan



1. Pestisida kimia
500,000
-

2. Biopestisida
-
150,000

Panen
1,000,000
2.000.000
2.
Jumlah
Komponen output
4,825,000

5,855,000


-Produksi padi
5 ton
10 ton
3.
-Harga padi Rp 2.000,00/kg (diprediksi harga sama)
10,000,000
20,000,000
4.
Keuntungan
5,175,000
14,145,000



BAB 4. PENUTUP

Pertanian metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan. Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Dari penggunaan pupuk organik dan pengurangan dosis pupuk kimia hingga 50% - 99% dapat menurunkan biaya produksi budidaya. Selain itu dapat meningkatkan produksi padi sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, penggenangan lahan dikurangi sehingga tanah menjadi gembur, dan mikroorganisme tanah meningkat sehingga ramah lingkungan.



















DAFTAR PUSTAKA

Andoko. 2002. Penyiapan Bibit dan Cara Tanam Padi Sawah. Jakarta : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Anugrah, I.S., Sumedi, I Putu W. 2008. Gagasan Dan Implementasi System Of Rice Intensification (SRI) Dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BEP). Bogor. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 6, No. 1, 2008 : 75 – 99.

Kementrian Pertanian. 2011. Pengairan Berselang. Jakarta : Bank Pengetahuan Padi Indonesia.

Habibie, A. F., Agung Nugroho, Agus Suryanto. 2011. Kajian Pengaturan Jarak Tanam Dan Irigasi Berselang (Intermittent Irrigation) Pada Metode Sri (System Of Rice Intensification) Terhadap Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang. Malang : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Musnamar. 2003. Pola Tanam SRI. Jakarta : Ganesha Organik SRI.

Salikin. 2003. Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. 6, No. 1, 2003 : 58-64.

Simbolon. 2003. Konsep Pedoman Teknis Pengembangan System Of Rice Intensification TA. 2012. Jakarta : Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Jakarta.


















PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI SRI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan dan Perkebunan






Oleh :

Dodik Surya P                        091510501064
Aris Nila A                             091510501065
Ristiyan Mahardhika            091510501066
Wiyanti Desi W                      091510501068
Muh. Handy Hi                      091510501066






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012