BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.
Kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai yang cukup tinggi dan
penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi
perkebunan lainnya. Kelapa sawit memiliki harga jual dan manfaat yang tinggi
dikarenakan komoditi kelapa sawit hasil pasca panennya dapat dimanfaatkan
sebagai minyak goreng, sebagai bahan bakar BIO, penghasil minyak nabati dan
limbahnya yang berupa ampas dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan makan
ternak. Di Indonesia
kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian dan merupakan salah
satu komoditas non-migas andalan dalam menghasilkan devisa. Disamping
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, perannya cenderung
meningkat dari tahun ke tahun.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet, berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai
pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama
di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti
pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau
Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh
Palmbomen Cultuur Mij.
Produksi tanaman kelapa sawit sangat berpengaruh pada saat penanaman
sampai panen. Terdapat beberapa teknik penanaman dan perawatan tanaman kelapa
sawit hingga dapat menghasilkan/ berproduksi tinggi. Pada lasa-masa sekarang,
tanaman kelapa sawit dibudidayakan pada lahan-lahan marginal seperti
tanah-tanah gambut yang berada di daerah Kalimantan, Sumatra dan sekitarnya.
Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit relative toleran terhadap kondisi
lahan yang marginal. Sebagai salah satu tanaman penghasil minyak nabati, tanaman kelapa
sawit memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan
tanaman kelapa sawit memiliki banyak keunggulan disbanding dengan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya sperti, kedelai, jagung dan bunga matahari.
Dengan demikian, sebagai mahasiswa pertanian pengetahuan tentang kelapa sawit
yang dapat mendukung peningkatan produksi kelapa sawit sangat penting untuk
dipelajari. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang kelapa sawit dalam
mendukung produksinya, maka diperlukan studi lapang tentang kelapa sawit agar
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang tanaman
kelapa sawit.
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15
°LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500
m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu
optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran
matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik
Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan
memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi
pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
Produksi kelapa sawit diharapkan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan produksi CPO dapat dilakukan melalui peningkatan produksi buah
kelapa sawit. Salah satu hal yang berhubungan dengan produksi kelapa sawit
adalah panen. Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari memotong tabdan
buah segar matang panen sesuai dengan kriteria matang panen, mengutip dan
mengumpulkan berondolan, serta mengumpulkan di tempat penampungan hasil (TPH).
Melalui panen akan terlihat bagaimana perawatan terhadap kelapa sawit
dilakukan. Perawatan yang bain akan terlihat melalui hasil kelapa sawit yang
baik.
1.2
Tujuan
1.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui morfologi bunga kelapa sawit.
2
Mampu mnggambar bunga kelapa sawit dengan bagian-bagian secara
lengkap.
3
Mengerti proses penyerbukan pada tanaman kelapa sawit.
4
Mampu menyebutkan dan menjelaskan kegunaan penunasan kelapa sawit.
5
Mampu melakukan penunasan dengan benar.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya
pengembangan perkebunan Kelapa sawit sangat erat kaitannya dengan daya dukung
lahan sebagai media tanam komoditi ini. Besarnya pengaruh kesesuaian lahan
untuk mendukung pertumbuhan tanaman akan berpengaruh secara langsung terhadap kesuburan
tanah yang pada akhirnya berdampak pada produkvitas hasil. Dengan luas
Kabupaten Kubu raya sekitar ± 6.985,25 km2, potensi sumber daya lahan yang ada sangat
mendukung untuk dikembangkannya komoditi sejenis. Dengan letak geografis yang dekat
dengan pusat perdagangan, serta karakteristik perekonomian yang bersifat agraris-industri,
sangat potensial untuk dikembangkan perkebunan kelapa sawit. Namun, berlawanan
dengan potensi tersebut, kondisi fisiografis Kabupaten Kubu Raya sebagian besar
berada pada lahan gambut, menjadi tantangan bagi pengembangan kelapa sawit
secara optimum (Ari, 2011).
Adanya
perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perkebunan
baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu seperti budidaya kelapa sawit,
kesempatan bekerja, akses lingkungan dan sebagainya. Budidaya kelapa sawit yang
dilaksanakan oleh penduduk sekitar perkebunan sama dengan yang dilakukan pihak
perkebunan, tetapi hasil yang diperoleh tidak sama karena masyarakat sekitar
perkebunan menggunakan bibit yang tidak jelas asal usul varietasnya karena
hanya membeli dari pedagang pembibitan yang ada disekitar perkebunan, sedangkan
perkebunan mendapatkan bibit dari balai penelitian perkebunan yang sangat jelas
varietasnya dan juga menggunakan teknologi modern serta berorientasi pasar
sehingga benar-benar memikirkan keuntungan, masyarakat sekitar perkebunan baru
berorientasi sub sistem sehingga belum memikirkan keuntungan yang besar, hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. Perkebunan memberikan kesempatan
kerja kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kesempatan secara langsung yaitu dengan menerima mereka bekerja di
perkebunan dengan syarat-syarat tertentu seperti tingkat pendidikan,
ketrampilan dan pengalaman. Sedangkan kesempatan tidak langsung adalah dengan
banyak munculnya pedagang dan warung-warung yang memenuhi kebutuhan para
masyarakat perkebunan, masyarakat perkebunan juga banyak membutuhkan pelayanan
jasa seperti tukang kayu, tukang batu, tukang jahit, servis motor, tukang cuci,
pembersih rumah dan lain-lain (Retni, 2008).
Dengan
meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi
negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak
mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan
yang sangat berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah
menjadi primadona dalam komoditi eksport negara Indonesia. Namun dibalik
kesuksesan tersebut, suatu konsekuensi lain adalah timbulnya permasalahan
limbah PKS. Hampir semua pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah mengeksport
minyak mentah kelapa sawit mempunyai kelemahan dalam hal penanganan limbahnya,
baik terhadap limbah padat ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir yang
dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrikpabrik CPO
yang ada di Indonesia umumnya masih belum memenuhi kriteria sesuai standar
peraturan yang berlaku, misalnya kadar BOD masih di atas 100 ppm. Dengan
demikian bila telah diberlakukan secara konsisten tentang standar internasional
yang mensyaratkan harus adanya ecolabelling, maka pabrik-pabrik CPO tersebut
tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri. Karena itu sangat
dibutuhkan penyempurnaan sistem pengolahan limbah cair untuk meningkatkan
kualitas air buangan akhir yang tidak mencemarkan lingkungan sekitar pabrik CPO
(Pertus, 2009).
Pemangkasan daun
pada kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah
daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan. Memangkas daun
dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam
pemangkasan:
1.
Pemangkasan pasir,
yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16-20 bulan
dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buahbuah pertama yang busuk.
Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut
dodos.
2.
Pemangkasan produksi,
yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun
tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo
dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah buah
yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3.
Pemangkasan
pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi
dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok
hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
sependek mungkin, agar tidak mengganggu kegiatan panen (Kiswanto, 2008).
Pembibitan
kelapa sawit merupakan tahap awal yang paling menentukan pertumbuhan kelapa
sawit setelah dipindahkan ke lapangan. Oleh karena itu, penggunaan bibit unggul
merupakan modal utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Selain dengan
menggunakan bibit yang baik secara genetik, untuk mendapatkan bibit unggul
bermutu diperlukan beberapa upaya lain yang menyangkut aspek teknis dan
lingkungan di pembibitan. Terkait dengan hal tersebut, kondisi lingkungan yang
sesuai, kultur teknik serta kesuburan media tanam merupakan aspek-aspek yang
perlu dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik. Salah satu usaha rekayasa
kesuburan media tanam adalah dengan menggunakan media alternatif yang mampu
memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia tanah (Hanibal, 2007).
Salah satu
permasaslahn pada perkebunan rakyat saat ini adalah penggunaan benih palsu.
Diperkirakan sekitar 0,4 juta Ha areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia
terutama tanaman sawit rakyat berasal dari benih palsu. Benih palsu menyebabkan
turunnya produksi CPO (Crude Palm Oil). CPO indonesia diperkirakan akan merosot
sekitar 15% pada 2010 akibat semakin maraknya penggunaan benih palsu. Padahal
di lain pihak pemerintah menetapkan sasaran produksi sawit sebesar 16,7 juta
ton pada 2009 dengan laju penambahan 6,25%. Produktivitas tanaman yang berasal
dari benih palsu ini hanya 1,5-2 ton per hektar. Di Pprovinsi Jambi saat ini
diperkirakan beredar lebih dari 5 juta bibit yang berasal dari benih palsu.
Penangkaran benih palsu ini dilakukan diratusan lokasi kota jambi dan 8
kabupaten diprovinsi Jambi. Kerugian petani akibat peredaran bibit palsu ini
diperkirakan mencapai 658 milyar (Hamzah, 2008).
Keberhasilan
suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efesiensi dalam
sistem pengelolaannya. Peningkatan efesiensi dapat didekati dengan menekan
biaya persatuan output serendah mungkin. Salah satu alternatif tindakan efisiensi
yang dapat dilakukan adalah dengan mening-katkan efisiensi pemupukan, karena
pemupukan adalah salah satu komponen biaya yang besar, baik pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM), termasuk di pembibitan. Salah
satu jenis pupuk yang banyak digunakan pada tanaman kelapa sawit termasuk pada
pembibitan tanaman adalah pupuk nitrogen. Untuk itu, perlu diketahui pada dosis
berapa yang merupakan kebutuhan tanaman yang sesuai dengan pertumbuhan bibit
tanaman kelapa sawit yang baik (Darmawan, 2005).
Kemampuan tanah
untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan tanaman kelapa sawit,
termasuk pada pertanaman yang belum menghasilkan. Keterbatasan seperti ini akan
menjadi faktor pembatas terhadap jumlah ketersediaan hara yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, misalnya nitrogen. Keterbatasan pemnafaatan unsur
hara oleh tanaman dapat menyebabkan sistem pemupukan yang dilakukan menjadi
tidak efektif. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas
dari faktor efesiensi dalam sistem pengelolaannya. Peningkatan efesiensi dapat
didekati dengan menekan biaya persatuan output serendah mungkin. Salah satu alternatif
tindakan efisiensi penggunaan biaya pemupukan pada pertanaman kelapa sawit
adalah dengan mening-katkan efisiensi pemanfaatan pupuk oleh tanaman. Agar tanaman dapat menyerap pupuk
lebih banyak, maka pupuk harus berada dalam larutan tanah dan tersedia bagi
tanaman. Karena itu, diperlukan ketersediaan air sebagai pelarut hara sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman (Darmawan, 2006).
Perhitungan
kecukupan air pada tanaman kelapa sawit, karet dan tanaman lainnya untuk tujuan
praktis di lapangan dapat dilakukan dengan pendekatan neraca air. Kapasitas simpan air dalam tanah sangat
tergantung pada jenis tanah dan jenis tutupannya. Kelebihan air akan disimpan dalam
tanah sebagai cadangan awal untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum pada
nilai kandungan air tanah (KAT). Perkembangan akar kelapa sawit menyebar kearah
vertikal maupun lateral mengikuti perkembangan umur tanaman. Penyebaran akar
umumnya berkisar sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah berpasir dapat mencapai
kedalaman 5 m dan 18 m secara horizontal,
namun kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7 – 1.1 m. Sementara itu, sesuai
dengan sifat dikotilnya, tanaman karet mempunyai akar tunggang sehingga
perakaran jauh lebih vertikal ke dalam dan melebar ke lateral dengan kedalaman
efektif antara 1.0 – 1.5 m (Gusti, 2011).
Palm oil and
copra are two important estate produces in Indonesia. Palm oil is primarily produced
by the large plantations, whereas copra is primarily produced by the
small-holders. The two commodities may be exported or used for raw material of
the fat and oil industries. This study shows that developing the fat and oil
industry is very important for increasing import, income and labor absorption.
The industry enables export substitution process, from primary commodities to
secondary (processed) commodities. Developing this processing industry reduces
dependence on the world market. This study also shows that the oil and fat industry
is capital intensive. It as a rather small employment creation but large income
generation. Most of the employment and income are generated indirectly through
its linkage with other industries, especially backward linkage (Reni, 2007).
BAB
3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum mata kuliah teknologi produksi tanaman pangan dan perkebunan acara
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dilaksanakan di kebun kelapa sawit milik
Politeknik Negeri Jember, tepatnya pada tanggal 12 Mei 2012 pada pukul 07.00
WIB.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1
Bahan
1. Bunga
kelapa sawit jantan dan bunga betina, pelepah daun, TBS (Tandan Buah Segar),
Bibit MN (Main nursery)
2. Tanaman
Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit.
3.2.2
Alat
1.
Jangka sorong
2.
Pisau
3.
Timbangan
4.
Meteran
5.
Kertas HVS
6.
Loupe
7.
Petridish
8.
Pinset
9.
Dodos pruning
10. Parang
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Morfologi dan
Penyerbukan tanaman kelapa sawit
1.
Lakukan pengamatan bunga
betina kelapa sawit dengan gambar (foto) bagian-bagiannya secara lengkap,
hitung setiap bagian, sebut warnanya.
2.
Lakukan pengamatan bunga
jantan kelapa sawit dengan gambar (foto) bagian-bagiannya secara lengkap,
hitung setiap bagian dan sebut warnanya.
3.
Dari pengamatan yang telah
dilakukan, simpulkan system penyerbukan bunga pada tanaman kelapa sawit.
3.3.2
Pruning / Penunasan (Pendodosan) Tanaman Menghasilkan (TM)
1.
Lakukan pruning / penunasan
(pendodosan) tanaman (TM) kelapa sawit sesuai dengan petunjuk dosen pembimbing.
2.
Lakukan pembersihan pohon
dari pakis-pakis supaya bersih.
3.
Lakukan pembersihan janjangan
buah busuk (tanda aborsi)
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Gambar
|
Bagian bunga jantan
|
Bentuk
|
Warna
|
||||
1
|
|
a. Janjang Bunga
|
Panjang
|
Coklat
|
||||
b. Seludang
|
Kasar
|
Hijau coklat
|
||||||
c. Spikilet
|
Spiral
|
Kuning coklat
|
||||||
d. Serbuk Sari
|
Serbuk
|
Putih
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
No
|
Gambar
|
Bagian bunga Betina
|
Bentuk
|
Warna
|
||||
2
|
|
a. Janjang Bunga
|
Bulat panjang
|
Coklat
|
||||
b. Seludang
|
Kasar
|
Coklat kusam
|
||||||
c. Spikilet
|
Spiral
|
Kuning
|
||||||
d. Putik
|
Bulat panjang
|
Kuning
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
No
|
Gambar
|
Bagian Buah
|
Bentuk
|
Warna
|
||||
3
|
|
a. Janjang Buah
|
Panjang
|
Coklat
|
||||
b. Buah Segar
|
Lonjong
|
Merah Hitam
|
||||||
c. Eksocarp
|
Bulat lonjong
|
Kuning coklat
|
||||||
d. Mesocarp
|
Bulat lonjong
|
Kuning
|
||||||
e. Endocarp
|
Bulat lonjong
|
Kuning
|
||||||
f. Kernel
|
Bulat kecil
|
Putih
|
||||||
g. Epikal
|
|
|
||||||
No
|
Gambar
|
Bagian Daun
|
Bentuk
|
Warna
|
||||
4
|
|
a. Pelepah
|
Spiral
|
Coklat
|
||||
b. Helai Daun
|
Memanjang
|
Hijau
|
||||||
c. Lidi
|
Panjang runcing
|
Coklat hijau
|
||||||
d. Duri
|
Runcing
|
Hijau
|
||||||
e. Up rank
|
Runcing
|
Hijau
|
||||||
f. Donw Rank
|
Menggelombang
|
Hijau kuning
|
||||||
|
|
|
||||||
No
|
|
Bagian Batang
|
Bentuk
|
Warna
|
||||
5
|
|
a.
Batang
|
Tidak bercabang
|
Coklat
|
||||
b. Bouwl (bokor)
|
Gemuk/besar
|
Coklat
|
||||||
c. Bekas Pruning
|
Runcing
|
Coklat Hitam
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
No
|
Gambar
|
Bagian Akar
|
Ukuran
|
Warna
|
||||
6
|
|
a. Primer
|
5 – 10 mm
|
coklat
|
||||
b. Sekunder
|
2 – 4 mm
|
Coklat
|
||||||
c. Tersier
|
1 – 2 mm
|
Coklat
|
||||||
d. Kwarter
|
0,1 – 0,3 mm
|
Coklat
|
||||||
e. Adventif
|
|
coklat
|
||||||
|
|
|
||||||
|
|
|
4.2
Pembahasan
Dari kegiatan
lapang tentang tanaman kelapa sawit yang telah dilaksanakan Universitas
Politeknik Jember yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 12 Mei 2012 puku 07.00
WIB. Dalam kegiatan lapang tersebut terdapat banyak ilmu yang telah dibahas
dari morfologi tanaman kelapa sawit, cara budidaya, cara perawatan dan cara
pemangkasan pada daun produksi kelapa sawit. Penyaji atau mentor yang memberi
penjelasan tentang kelapa sawit merupakan salah satu orang yang memberikan
solusi kepada perkebunan kelapa sawit yang terdapat diluar pulau Jawa (pulau Kalimantan).
Kegiatan awal yang dilakukan dalam praktikum lapang ini adalah pengenalan
terhadap morfologi tanaman kelapa sawit, hal ini dikarenakan apabila kita
mengetahui morfologi kelapa sawit dengan benar maka kita dapat mudah dalam
budidaya dan perawatan terhadap tanaman kelapa sawit. Bagian tanaman kelapa
sawit meliputi:
a.
Akar
Kelapa sawit merupakan
tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar)
pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus
dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan
akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam
tanah dan horizontal ke samping. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa
mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
b. Daun
Tahap perkembangan daun :
Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupah helaian daun yang
utuh. Bifurcate Bentuk daun dan helaian
daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate Bentuk daun dengan
helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan
kebawah. 1. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah )
pertahun pada tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun. 2. Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak
daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m dengan lebar tengah + 6 cm. 3. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan
pada tanaman dewasa adalah 40 – 56 pelepah selebihnya dibuang saat panen. 4.
Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran terdapat 8
daun. 5. Spiral kiri atau spiral kanan. 6. Arah putaran dilihat dari arah atas
kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap produksi
c. Bunga
Tanaman kelapa sawit yang
berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau
bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina
agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross
pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga
jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga
penyerbuk. Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau
betina Bunga mulai berbunga pada umur ±
14 – 18 bulan, Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan kemudian secara
bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang akan muncul bunga banci yaitu :
bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian. Sex ratio yaitu : perbandingan
bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina). Bunga
jantan Bunga betina Terdiri dari 100-250 spikelet Terdiri dari 100-200
spikelet, 1 tandan mekar dengan bau Tiap spikelet 15-20 bunga, yang wangi
selama 2-4 hari.
d.
Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya
memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda
(seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Di
batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas,
sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
f. Biji
Setiap jenis kelapa sawit
memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm
dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji.
Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika
rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki
periode dorman (masa non-aktif).
Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan
sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
e. Buah
Buah kelapa sawit tersusun
dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari
susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau
cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm)
yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). mampu
melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat
muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau
kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah
kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan
(buah leles).
Kelapa sawit dibedakan
menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan daging buah tanaman
kelapa sawit, yaitu sebagai berikut:
1.
Dura
Ciri-cirinya: tebal
cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang,
daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah,
banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.
2.
Pisifera
Ciri-cirinya: tebal
cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal
dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat
diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh
jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman
komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan.
3.
Tenera
Ciri-cirinya: tebal
cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung,
daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih
kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini merupakan
yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar. Umumnya
menghasilkan lebih banyak tandan buah.
Gulma merupakan salah satu
faktor pembatas dalam produksi perkebunan kelapa sawit hal ini dikarenakan
gulma merupakan salah satu pesaing tanaman kelapa sawit dalam memperoleh
ketersediaan unsur hara yang terdapat pada tanah. Herbisida yang digunakan
untuk mengendalikan gulma yang telah dilaksanakan di Poltek Jember yaitu
menggunakan Gramoxone yang bersifat kontak. Dosis yang umumnya digunakan adalah
1 Lt/ 250 Lt dengan konsentrasi herbisidanya adalah 4 ml/ L. Pembersihan
piringan pokok dilakukan secara kimiawi, dapat dilakukan mulai TBM 3 dengan
rotasi 2 bulan. Pemeliharaan piringan pokok dilakukan dengan menyingkirkan
semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah seluas piringan pohon yang
ditentuakan sehingga daerah piringan bersih dari rumput. Syarat penggunaan
herbisida ini yaitu tidak boleh mengenai tajuk dari tanaman kelapa sawit. Cara
yang paling tepat dalam pengaplikasian herbisida ini yaitu dengan membelakangi
tanaman kelapa sawit kemudian melakukan penyiangan disekitar tanaman kelapa
sawit dengan berkeliling disekitar tanaman kelapa sawit. Penggunaan herbisida
yang salah dapat menyebabkan abnormalitas terhadap tanaman kelapa sawit. Selain
itu hal yang harus diperhatikan adalah jenis nozl yang digunakan untuk
melakukan penyiangan menggunakan herbisida, usahakan ujung nozlnya yang
memiliki ukuran sedang. Tetapi untuk lebih baiknya dalam melakukan penyiangan
gulma di areal kelapa sawit yaitu melakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk
mengetahui kecepatan jalan dan kecepatan semprot dari alat yang digunakan
sehingga herbisida yang digunakan tidak terbuang dengan percuma atau sia-sia.
Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan tergantung dari umur
tanaman kelapa sawit, tanaman yang berumur <12 bulan herbisida yang
digunakan adalah jenis kontak untuk tanaman yang berumur >12 bulan herbisida
yang digunakan adalah jenis sistematik. Pada penyemprotan di jalan rintis dan
gawangan dapat menggunakan herbisida kontak atau sistematik sesuai dengan gulma
yang menjadi sasaran (target).
Pengendalian gulma bertujuan
untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma
dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma
juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di
areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha,
Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara,
Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan
di piringan (circle weeding), penyiangan gulma yang tumbuh di antara tanaman
LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Manfaat dalam penimbangan
sampel buah kelapa sawit yaitu untuk mengetahui jumlah berat dari beberapa buah
kelapa sawit sehingga berat tersebut dapat mewakili satu tandon buah kelapa
sawit yang telah dipanen. Selai itu penimbangan buah kelapa sawit juga dapat
digunakan untuk mengetahui rendemen dari buah kelapa sawit yang telah dipanen
dan juga dapat mengetahui jumlah biji kelapa sawit dalam satu tandon. Dalam
satu tandan buah kelapa sawit bervariasi menurut umu tanamannya dan ukuran
tandannya itu apabila dilihat dari fisiologi tanaman kelapa sawit. Apabila
dilihat dari sisi lain curah hujan, kelembapan, intensitas cahaya, angin dapat
berpengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit.
Pada umumnya 1 tandan besar kira-kira tersusun dari 1.600 biji/buah. Brntuk dan
ukuran buah tergantung pada posisi buah tersebut di dalam tandan ukuran panjang
antara 3-5 cm, dengan berat 20-30 gram.
Jarak tanam merupakan salah
satu aspek terpenting dalam budidaya tanaman, hal ini berkaitan dengan jumlah
optimalisasi penggunaan areal dan jumlah produksi yang dihasilkan oleh tanaman.
Pada umumnya jarak tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman kelapa sawit
adalah 9,2 X 9,2 X 9,2 cm dan membentuk bujur sangkar. Tujuan dari jarak tanam
9,2 X 9,2 X 9,2 cm dan membentuk bujur sangkar yaitu agar areal penanaman
tersebut dapat digunakan secara maksimal dan meningkatkan jumlah produksi dari
tanaman kelapa sawit, jarak tanam tersebut juga dapat menghambat tumbuhnya
gulma yang terdapat pada areal penanaman kelapa sawit hal ini dikarenakan tidak
ada cahaya yang masuk kedalam areal sekitar tanaman kelapa sawit akibat
tertutupnya areal tersebut oleh kanopi daun kelapa sawit. Untung menghitung
berapa besar areal yang tertutupi oleh daun kelapa sawit yaitu dapat
menggunakan cara penghitungan ILD. Selain keterangan yang terpapar di atas
jarak tanam tersebut memudahkan dalam tanaman melakukan penyerbukan secara
alami, memudahkan dalam hal perawatan dan memudahkan dalam melakukan pemanenan
biji kelapa sawit.
Kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai yang cukup tinggi
dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan
komoditi perkebunan lainnya. Kelapa sawit memiliki harga jual dan manfaat yang
tinggi dikarenakan komoditi kelapa sawit hasil pasca panennya dapat
dimanfaatkan sebagai minyak goreng, sebagai bahan bakar BIO, penghasil minyak
nabati dan limbahnya yang berupa ampas dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan
makan ternak. Di Indonesia
kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian dan merupakan salah
satu komoditas non-migas andalan dalam menghasilkan devisa. Disamping
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, perannya
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Adanya
perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perkebunan
baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu seperti budidaya kelapa sawit,
kesempatan bekerja, akses lingkungan dan sebagainya. Dengan meningkatnya jumlah
pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi negara yang paling
besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak mentah kelapa sawit
juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat berarti,
yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam
komoditi eksport negara Indonesia.
Lama penyinaran matahari yang
baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan
tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang
ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban
optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam
untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah
Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut
saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum
untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,
datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80
cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya
tidak lebih dari 15o.
a. Hama
Hama yang biasa menyerang
tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak
daun, hama perusak tandan buah.
1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar
kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan
nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman
kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah
pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi
tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian
mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan
buah.
2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang
merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak
menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3
tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh ( pupus )
dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak. Pengendalian
hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu
menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur
pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan
bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan mati
mempercepat tertutupnya tanah
dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup
bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di
lokasi kebun
Pemberian bahan pengusir,
misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai
membusuk (pada pembukaan ulangan)
b. Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak
– anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur
antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke
lidinya. Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan
secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan
musuh alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah
Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae
c. Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna trima
menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula
menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan
kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa
sawit. Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan
hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang
terserang dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan
musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun
hasilnya tidak seefektif cara kimia.
d. Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang
daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun
nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman
kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara
kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan
dengan memanf`atkan musuh alami.
b. Penyakit
a. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman
kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang
belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan
pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah
infeksi dari jamur Fusarium sp.
b. Basal Steam Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma
sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada
tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon
akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat
menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan dilakukan dengan
membersihkan pohon.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah melaksanakan
praktikum ini dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kelapa sawit merupakan
salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai yang cukup tinggi dan penyumbang
devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan
lainnya.
2.
Bagian morfologi dari
tanaman kelapa sawit meliputi akar, batang, daun, biji, bunga, dan buah.
3.
Herbisida yang digunakan
untuk mengendalikan gulma yang telah dilaksanakan di Poltek Jember yaitu
menggunakan Gramoxone yang bersifat kontak.
4.
Contoh gulma yang dominan di
areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha,
Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara,
Gleichenia linearis dan sebagainya.
5.
Jarak tanam merupakan salah
satu aspek terpenting dalam budidaya tanaman, hal ini berkaitan dengan jumlah
optimalisasi penggunaan areal dan jumlah produksi yang dihasilkan oleh tanaman.
6.
Manfaat dalam penimbangan
sampel buah kelapa sawit yaitu untuk mengetahui jumlah berat dari beberapa buah
kelapa sawit sehingga berat tersebut dapat mewakili satu tandon buah kelapa
sawit yang telah dipanen.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam kegiatan
praktikum lapang tempat yang dijadikan sebagai kegiatan lapang adalah areal
perkebunan kelapa sawit hal ini agar mahasiswa dapat mengerti dari awal sampai
akhir pengolahan komoditas perkebunan kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Ari,
K. 2011. Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit
Kabupaten Kubu Raya. Journal Teknologi
Perkebunan & PSDL. Vol. 1 Hal.1-7.
Darmawan.
2005. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Hasil Dederan Pada Berbagai Dosis
Nitrogen. Jurnal Agrivigor 5 (1):92-97.
Darmawan.
2006. Aktivitas Fisiologi Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Melalui Pemberian
Nitrogen Pada Dua Tingkat Ketersediaan Air Tanah. Jurnal Agrivigor 6 (1):41-48.
Gusti,
R. 2011. Dinamika Kandungan Air Tanah Di Areal Perkebunan Kelapa Sawit Dan
Karet Dengan Pendekatan Neraca Air Tanaman. Jurnal
Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Ffakultas Pertanian UNLAM. Vol 18.
Hamzah.
2008. Penyuluhan Benih Sawit Palsu Dan Akibat Penggunaannya Di Desa Bukit
Baling Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat No.46.
Hanibal.
2007. Pengaruh Kombinasi Tanah Gambut Dan Tanah Mineral Sebagai Media
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pembibitan Utama. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2.
Kiswanto.
2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.
Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian). Bandar Lampung
Pertus,
NR. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Journal Teknologi Lingkungan. Vol.10 No.1
Hal.09-18.
Reni,
S. 2007. Hasil Penelitian Pertanian
Komoditas Kelapa Sawit. Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi
Pertanian: Bogor.
Retni,
M. 2008. Buletin Ilmiah INSTIPER. Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Lppm) Institut Pertanian Stiper
(Instiper): Yogyakarta.
blog'e wong homo.....
ReplyDelete